FYI.

This story is over 5 years old.

Kuliner

Mencicipi Sejarah Belitung Dalam Semangkuk Mi Atep

Kami menemui Ibu Atep, sosok perempuan 72 tahun yang membidani restoran mi terpopuler di Pulau Belitung. Dia berbagi resep awet muda dan obsesi terus menggeluti bisnis mi.
Alice .
oleh Alice .
Semua foto oleh penulis.

Ibu Atep, perempuan 72 tahun pemilik jaringan kedai mi Belitung yang tersebar di seluruh Indonesia, nampak jauh lebih muda dari usianya. Saat ditanya resep agar terlihat awet muda dan tetap bugar, dia punya jawaban sederhana: masak mi tiap hari.

"Mungkin itu rahasia saya," ujarnya sambil tertawa, "Masak dan menyanyi. Saya suka menyanyi. Menyanyi bikin saya rileks."

Ibu Atep adalah pembuat mi terlezat di Belitung, pulau kecil di selatan lepas pantai Sumatra. Mau bukti popularitas mi buatannya? Ibu Atep telah diwawancarai media lebih dari 90 kali sejak pertama kali membuka kedainya sejak 1973. Dinding di dalam bangunan kedai Ibu Atep disesaki dengan foto pesohor indonesia dan politikus yang pernah mampir merasakan racikan mi ibu Atep. salah satunya Mantan presiden Megawati Soekarnoputri.

Iklan

Mi Belitung adalah masakan otentik Belitung yang menggabungkan elemen kuliner dari berbagai kelompok etnis. Seperti halnya masakan khas kawasan pantai, mi Belitung kental dengan sea food. Anda bisa dengan mudah menemukan potongan udang dan bakwan ikan di dalamnya. Kuahnya yang kental dan berwarna coklat terbuat dari bermacam bumbu khas Indonesia semacam lengkuas, kemiri, jahe, bawang putih dan bawah merah. Bahan lain yang digunakan untuk meracik mi Belitung adalah potongan tahu goreng, kentang rebus, tauge, mentimun dan emping melinjo. Penggunaan bakwan, tahu, mi telur mewakili budaya kuliner imigran Cina, yang datang dalam gelombang besar ke Belitung untuk bekerja di pertambangan pada abad 16.

Mi Atep kini menjadi 'ekspor' paling populer ketiga dari Belitung, setelah sosok Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan novel Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata. Padahal, olahan mi dengan seafood melimpah sudah dirintis jauh sebelum Belitung kini dikenal sebagai lokasi pariwisata favorit.

"Saya enggak tahu Mi Belitung sudah ada sejak kapan," kata Ibu Atep. "Saya menggunakan resep keluarga untuk memasak mi dan menjualnya menggunakan nama saya 'Atep'. Saya dulu kecilnya gendut dan orang tua saya memanggil saya 'Tep,' yang dalam bahasa Cina dialek Khek berarti 'Gendut'. Sejak saat itu, saya dipanggil Atep. Rasanya itu panggilan yang pas buat penjual mi."

"Sejujurnya, tak ada yang spesial dalam resep keluarga saya. Cuma mi Belitung biasa. Entahlah kenapa mi buatan saya jadi terkenal," imbuhnya. Ayah Ibu Atep datang dari Cina daratan dan Ibunya adalah peranakan Cina Belitung. Dari ibundanya, Ibu Atep diwarisi resep mi keluarganya. "Mungkin komposisinya kebetulan pas."

Iklan

Saya menjajal satu porsi Mie Atep Belitung yang dipatok dengan harga yang lumayan murah, Rp15.000. Sausnya langsung bikin ketagihan. Rasanya campur-campur: manis, pedas sekaligus tajam. Minya lembut tapi nyaman dikunyah dan punya cita rasa sendiri yang tepat menandingi aroma kuat dari kuah mi dan beragam toppingnya yang kriuk. Satu porsi mi—cukup untuk makan ringan—langsung saya tandaskan dalam waktu singkat bersama segelas es jeruk nipis.

Sang maestro mi Belitung sampai saat ini masih memasak sendiri dagangannya. Ibu Atep memasak tanpa henti selama 44 tahun. "Saya tidak mau membocorkan resep mi keluarga saya ke orang lain. Saya bangun pagi-pagi untuk memasak kuah dan merebus mi. Timing penting sekali untuk menghasilkan mi yang empuk. Mi yang saya gunakan dibeli dari seorang teman. Toppingnya saya beli dari pasar. Bahan-bahan ini cukup dipanaskan dengan direbus."

Ibu Atep memperkerjakan beberapa orang karyawan. Tugas mereka cuma dua: memasukkan bumbu dan menyajikan mi ke pelanggan.

Saat pertama kali memulai bisnis mi, kedainya tak langsung populer. Ibu Atep membuka kedainya dari pukul 7 pagi sampai 11 malam. Tak ayal, Ibu Atep harus bangun pagi-pagi buta untuk memasak semua bahan baku. Sekarang, Ibu Atep tinggal memanen hasil kerja kerasnya. Ibu Atep bisa lebih santai. Jam kerjanya kini lebih pendek: dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam saja.

Perempuan lulusan SMA membesarkan tiga anaknya sampai lulus perguruan tinggi dari hasil berjualan mi. Anak sulungnya—kini berusia 48 tahun—mengelola salah satu cabang Mi Atep di Serpong. Ibu Atep juga membuka cabang di dekat Bandara Belitung yang diurus oleh anaknya.

"Saya bersyukur pada Tuhan pariwisata di Belitung terus meningkat. Zaman dulu, pemandu wisata membawa wisawatan asing atau lokal ke kedai saya untuk mencoba mi buatan saya," ujarnya. "Sekarang, kedai saya sudah terkenal. Turis dengan sendirinya datang ke sini. Mi Atep Belitung sudah terkenal bahkan sebelum Laskar Pelangi dan Ahok dikenal banyak orang," ujarnya.

Saya pun iseng bertanya, apakah Ibu Atep kepikiran pensiun? Dia bergegas menjawab tanpa keraguan sedikitpun. "Kenapa harus pensiun? Saya enggak punya kegiatan lain."