FYI.

This story is over 5 years old.

Why Is This Still a Thing?

Kenapa Sampai Sekarang Masih Ada Orang Pasang RBT Ya?

Sampai sekarang di berbagai negara masih ada aja yang pakai ringback tone.
Image: BreakingPic/Pexels

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Liam Paris, lelaki berumur 21 tahun yang tinggal di Brooklyn, New York, masih duduk di bangku SMP ketika pertama kali membel ringback tone (RBT). Lagu yang dia pilih waktu itu adalah "Can't Tell Me Nothing"—lagu itulah yang terdengar saban kali seseorang menghubungi nomor ponsel Paris.

Kalau kalian masih remaja di awal tahun 2000, kamu pasti masih ingat fenomena ini—kamu pasti pernah menghubungi ponsel temen kamu. Bukannya dijawab langsung oleh suara teman kamu, yang terdengar adalah lagu kesukaan temanmu. Seringnya sih lagu pop top 40 tapi enggak menutup kemungkinan kamu disapa lagu dangdut. Ini yang namanya RBT. inovasi di kancah musik digital ini pemilik ponsel memaksa siapapun yang memanggilnya mendengarkan lagu pilihannya, sampai telepon di angkat.

Iklan

Pada masanya, maksudnya di tengah dekade 2000an, RBT pernah trendi banget. Namun, nama roda selalu berputar. Tak lama setelah mencapai puncak ketenarannya, RBT mulai turun pamor dan menghilang perlahan-lahan. Saat ini, susah menemukan orang yang masih beli RBT. Tapi, percaya deh, masih banyak loh yang pakai RBT yang berasal dari 10 atau 12 tahun lalu.

Ringtone pertama kali digunakan di dekade 1960an pada telepon rumah (hmm, ada yang masih inget benda ini engga sih?) dan pernah membuat industri telepon tanpa kabel dan musik kaya raya.

Beberapa dekade kemudian, RBT dikembangkan dari ide sesederhana ini. Lagi-lagi, seperti pendahulunya, RBT juga jadi ladang uang. RBT kontemporer pertama kali dipatenkan di Amerika Serikat pada tahun 2001, meski sebenarnya sudah ada teknologi RBT di AS dan beberapa negara lainnya sebelum itu. Verizon Wireless jadi perusahaan pertama di AS yang menawarkan layanan RBT pada tahun 2004. Di tahun yang sama, industri RBT menghasilkan keuntungan miliaran dollar. Itu baru di Negeri Paman Sam dong loh.

Masih di tahun yang sama, di Indonesia, RBT menjadi penyelamat industri musik Indonesia dari kelesuan penjualan fisik.

Penjualan RBT tumbuh dengan subur pada awal tahun 2000an dan tetap tinggi sampai tahun 2008, ketika nilai penjualan RBT tiba-tiba anjlok. Perubahan ini terjadi karena pengguna telepon mulai asik menjajal fitur dan produk baru yang ada kaitannya dengan ponsel pintar, menyitir sebuah pernyataan yang dikirimkan via email ke Motherboard. Pada tahun 2014, nilai penjualan RBT kepalang renda hingga AT&T, penyedia layanan wireless terbesar kedua di AS, menghentikan penjualan RBT. Verizon, penyedia layanan wireless terbesar dari AS, tak membalas permintaan kami untuk memberikan komentar. Sampai tulisan ini diturunkan, Verizon masih menjual RBT seharga $1,99 (atau setara Rp26 ribu) per lagu.

Iklan

Sepintas, pesona RBT memang kelihatan sekali: RBT adalah salah satu cara untuk membuat pengalaman menggunakan telepon di era pra-ponsel pintar lebih mengasikkan. Kamu pasti ngerti lah, zaman segitu, ponsel belum bisa diutak-atik banget. TBT, di lain pihak adalah, kelanjutan dari nada dering (ringtone) yang memberikan pengguna ponsel mengatur pengalaman orang ketika menelepon nomornya.

Sekarang, kalau kamu mencari frase "ringback tone" di Twitter, kamu bakal menemukan komentar seperti ini "si anying, si anu masih make RBT," "Masya Allah, Mas Anu RBT-nya Armada. Hih!". Artinya, masih ada orang yang punya RBT di nomor ponselnya. Saat menyusun tulisan ini, saya dengar ada beberapa orang yang menggunakan RBT atau setidaknya tahu temannya yang memakai RBT. dugaan saya, ada dua alasan kenapa orang-orang ini masih punya RBT yakni 1) mereka emang sudah punya RBT selema bertahun-tahun lamanya dan makanya sudah kadung cinta 2) mereka enggak tahu caranya menghapus RBT.

Paris, remaja 21 tahun asal Brooklyn yang masih RBT Kanye West, mengaku kadang RBT yang dia pakai bikin orang yang meneleponnya geli. "Kakakku pernah masuk rumah sakit (tangannya patah tapi enggak parah-parah amat," jelas Paris. "Lalu, satu perawat meneleponku untuk ninggalin pesan. Aku bisa dengar perawat itu cekikikan. Aku cuma nebak kalau itu gara-gara RBT tuaku." Paris juga bercerita tentang seorang perempuan yang mengungkit-ungkit tentang RBT itu di kencan pertama mereka. Rupanya, perempuan ini heran bukan kepalang kenapa Paris masih punya benda digital sekuno itu.

Tapi, ketika ditanya, kenapa dirinya belum menghapus RBT itu, terutama setelah lagu itu jadi olok-olokan yang menahun, Paris menjawab: "Awalnya sih karena engga tahu cara ngapusnya, tapi lama-kelamaan kok ya kayaknya jadi lucu."

"Tapi gue emang gitu orangnya."