FYI.

This story is over 5 years old.

Krisis Kemanusiaan

Jumlah Pengungsi Mencapai Rekor Terbanyak Sepanjang Sejarah

Data terbaru PBB menunjukkan krisis kemanusiaan yang memaksa orang meninggalkan kampung halamannya memburuk sepanjang 2016-2017.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Nyaris dua tahun berselang, setelah dunia terguncang akibat foto jasad Alan Kurdi, balita dua tahun pengungsi asal Suriah, tewas terdampar di pesisir Turki. Foto tersebut menyadarkan banyak orang bahwa krisis kemanusiaan akibat arus pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika nekat memasuki Eropa lebih serius dari perkiraan awal. Sejak itu, perdebatan politikus dan pemilu yang menghasilkan rezim antiimigran merebak di Eropa maupun Amerika Serikat. Narasi nasionalisme membuat nasib ratusan ribu pengungsi terlunta-lunta tanpa kepastian. Tak ada perubahan berarti setelah Alan Kurdi kehilangan nyawa bersama keluarganya hanya demi mencari hidup yang lebih baik.

Iklan

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan situasi sepanjang tahun ini justru lebih buruk daripada dua tahun lalu. Jumlah pengungsi di seluruh dunia mencapai rekor terbanyak sepanjang sejarah.

Tanggal 20 Juni dicanangkan sebagai Hari Pengungsi Sedunia. Untuk itu, VICE News menjabarkan lebih detail data terbaru dari Komisi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) yang bisa memberi kita gambaran, betapa nasib jutaan orang di luar sana masih sangat rentan dan sewaktu-waktu dapat berubah membahayakan.

65,5 juta

Ini adalah jumlah orang yang terpaksa pergi dari kampung halamannya sepanjang 2016. Angka tersebut tidak hanya mencakup pengungsi, namun juga pelarian, manusia tanpa negara, pencari suaka, serta imigran.

Pendek kata: data ini menunjukkan periode 2016-2017 adalah momen terburuk dari krisis pengungsi seluruh dunia.

Apabila dibedah lebih jauh lagi, total pengungsi mencapai 22,5 juta orang. Pelarian akibat politik maupun kelaparan mencapai 40,3 juta orang, sementara pencari suaka sebanyak 2,8 juta orang.

22,5 juta

Angka tersebut seperti telah disebut sebelumnya, merupakan total jumlah pengungsi di seluruh negara. Jumlahnya meningkat 58 persen dibanding 10 tahun lalu. Belum pernah ada pengungsi sebanyak ini dalam satu waktu sepanjang sejarah umat manusia.

Lebih dari 17,1 juta pengungsi ditangani langsung oleh UNHCR. Sementara 5,3 juta lainnya difasilitasi UNRWA, lembaga yang khusus menangani pengungsi Palestina selepas perang Arab-Israel pada 1948. Sisanya masih terkatung-katung tanpa penanganan memadai lembaga internasional manapun.

Iklan

Meningkatnya jumlah pengungsi ini diakibatkan oleh gelombang kekerasan dan perang di seluruh dunia selama lima tahun terakhir. Faktor utama tentu saja masih dari konflik Suriah. Namun setahun belakangan, konflik kawasan sub-sahara Benua Afrika, khususnya perang saudara di Sudan Selatan, mulai mempengaruhi penambahan jumlah pengungsi secara drastis.

Komisioner PBB untuk Urusan Pengungsi, Filippo Grandi, menuntut setiap negara anggota PBB serius memikirkan solusi jangka panjang untuk mengakhiri krisis kemanusiaan akibat pengungsi. "Isu ini sangat menentukan bagi generasi kita. Bukan hanya karena jutaan orang terpaksa meninggalkan tanah airnya, namun juga, sangat disayangkan, nasib mereka lebih banyak dipengaruhi oleh permainan politik," ujarnya dalam pidato Februari lalu.

51

Angka ini menggambarkan persentase pengungsi anak di bawah 12 tahun. Anak-anak yang terpaksa mengungsi setahun terakhir paling banyak berasal dari Afghanistan, Sudan Selatan, dan Suriah.

5 BESAR NEGARA ASAL PENGUNGSI

  • Suriah
  • Afghanistan
  • Sudan Selatan
  • Somalia
  • Sudan

5 BESAR NEGARA PENAMPUNG PENGUNGSI

  • Turki
  • Pakistan
  • Libanon
  • Iran
  • Uganda

Berbeda dari retorika politikus-politikus negara Barat yang menganggap wilayah mereka dibanjiri pengungsi, para manusia yang terlunta-lunta itu sebetulnya lebih banyak ditampung oleh sesama negara berkembang. UNHCR mencatat 84 persen pengungsi dari data sebelumnya, hidup di negara-negara yang sebetulnya juga tidak cukup punya dana untuk mengurusi mereka. Tiga besar negara yang menampung pengungsi terbanyak tahun lalu adalah Republik Demokratik Congo, Ethiopia, dan Uganda. Bahkan, menurut Indeks Perkembangan Manusia PBB, tiga negara itu bisa dibilang masuk kategori negara terbelakang, yang kondisinya tak lebih baik dari negara asal para pengungsi.

Iklan

Situasi setahun terakhir menunjukkan indikasi berbahaya, karena bisa muncul konflik akibat arus pengungsi…

Tercatat jumlah pengungsi yang tewas ketika berusaha menuju ke negara-negara penampung, termasuk Yunani sebagai gerbang menuju Uni Eropa, meningkat selama enam bulan terakhir, jauh lebih tinggi dibanding 2016.

1 dari 47

Perbandingan ini menunjukkan peluang seorang pengungsi tewas dalam perjalanan mencari kehidupan yang lebih baik di negeri orang. Angka kematian tertinggi muncul dari rute Mediterania, tepatnya penyeberangan kapal ilegal dari pesisir utara Afrika menuju pulau terluar Italia. Sepanjang 2016, dari jalur tersebut ada 181.000 migran maupun pengungsi yang mempertaruhkan nyawa naik kapal calo menuju Eropa. Mereka berasal dari Libya, Eritrea, Somalia, Nigeria, serta negara-negara lain Benua Hitam yang tengah dilanda peperangan maupun konflik etnis.

1 dari 88

Perbandingan ini menampilkan peluang seorang imigran tewas saat menempuh rute pelayaran laut ilegal dari pesisir Turki menuju Yunani di Mediterania timur. Inilah rute yang menewaskan Alan Kurdi. Pengungsi yang nekat menempuh jalur tersebut kebanyakan berasal dari Suriah, Afghanistan, maupun Somalia.

MARI BANTU MEREKA

Ada ratusan organisasi kemanusiaan di seluruh dunia yang menolak berpangku tangan, kendati pemerintah bersikap lamban menangani krisis kemanusiaan ini. Dari manapun kalian berasal, ada yang bisa dilakukan untuk membantu para pengungsi. Banyak hal yang bisa kita sumbangkan, tak cuma donasi. Simak tautan ke tiga situs berikut, yang kredibel dan punya reputasi baik, apabila kalian ingin turut mengubah keadaan dan memberi harapan kepada jutaan pengungsi di seluruh dunia.