Ideologi Ekstrem kanan

Kelompok Ekstrem Kanan dan Ultras Italia Punya Rudal 3 Meter, Langsung Disita Polisi

Razia polisi mengungkapkan berbagai kegilaan kelompok ekstrem di Negeri Pizza.
Pasukan anti-teror Italia menemukan rudal antar udara dan propaganda neo-Nazi di gudang simpatisan sayap kanan.
Pasukan anti-teror Italia berdiri di depan rudal yang telah mereka sita. Foto oleh Tino Romano/ANSA via AP.

Awal pekan ini, pasukan anti-teror Italia menggerebek kelompok sayap kanan serta faksi sebuah ultras suporter sepakbola. Aparat menyita rudal antar udara sepanjang 3 meter, peluncur roket dan senapan mesin. Mereka juga menemukan propaganda neo-Nazi dan memorabilia Hitler.

Polisi mengklaim sukses mengusir ekstremis dalam razia yang digelar di seluruh wilayah Italia utara. Menurut mereka, penggerebekannya dipicu oleh penyelidikan mengenai keterlibatan kelompok sayap kanan Italia dalam konflik di Ukraina timur. Namun, operasi dadakan yang sekaligus menangkap mantan politikus sayap kanan dari partai neo-fasis Forza Nuova membuat politikus dan analis bertanya-tanya seberapa besar bahaya perkembangan simpatisan sayap kanan di Italia.

Iklan

“Kelompok sayap kanan di sini memperdagangkan senjata perang sampai rudal. Kejadian ini luar biasa dan bukan main-main,” tutur Maurizio Martina, mantan ketua Partai Demokrat.

Gelombang kemarahan lebih ditujukan kepada Wakil Perdana Menteri Matteo Salvini, yang pernyataan anti-imigrannya memperparah xenofobia dan menguatkan sayap kanan di Italia.

Salvini baru angkat bicara sehari setelah razia dengan klaim sensasional. Dialah yang memberi tahu polisi tentang keberadaan mereka. Salvini mengatakan kelompok sayap kanan Ukraina berencana membunuhnya.

“Saya yang melaporkan mereka,” kata Salvini kepada kantor berita Italia ANSA. “Agen rahasia membicarakan ada kelompok Ukraina yang ingin membunuhku. Saya puas laporannya berhasil membongkar markas orang-orang gila.”

Namun, lembaga penegak hukum dan kejaksaan segera membantah ucapan Salvini. Mereka menyatakan tak menemukan bukti dia menjadi target pembunuhan.

Kepolisian Italia melanjutkan senjata-senjata itu kemungkinan akan diperdagangkan sel sayap kanan. Tiga lelaki ditangkap dalam operasi karena diduga ingin menjual rudal buatan Prancis yang dulunya dimiliki pasukan militer Qatar. Fabio Del Bergiolo, mantan pejabat bea cukai dan kandidat partai pro-Kremlin Forza Nuova, juga ditangkap. Dilansir dari sejumlah media Italia, mereka memasang harga 470.000 euro (setara Rp7,3 miliar) dan salah seorang calon pembelinya merupakan pejabat pemerintah asing yang tidak diketahui namanya.

Iklan

Salvini bukan satu-satunya yang menabur kebingungan soal penggerebekan ini. Kepolisian nasional Italia juga memicu kontroversi setelah mengubah isi siaran pers tentang razia tanpa penjelasan sama sekali.

Pada Senin (15/7), polisi mengaku penangkapannya didasarkan pada laporan adanya kelompok sayap kanan “yang berperang melawan separatis [yang didukung Rusia] di Donbass.” Akan tetapi, mereka kemudian mengubah pernyataannya menjadi lebih ambigu. Polisi tidak menetapkan siapa yang didukung kelompok radikal, dan mengatakan razia dilakukan karena ada penyelidikan terhadap prajurit ekstremis Italia “yang terlibat dalam konflik bersenjata di Donbass, Ukraina.”

Polisi nasional Italia, yang dipimpin Salvini sebagai Menteri Dalam Negeri, tak berkenan memperjelas posisinya kepada VICE.

MENGAPA UKRAINA YANG JADI SASARAN?

Konflik di Ukraina timur seakan menjadi kepuasan tersendiri bagi kebanyakan simpatisan sayap kanan Italia. Kelompok yang mendukung neo-Nazi ini bahkan pernah bertempur di kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia.

Tetapi Alberto Testa, pakar radikalisasi sayap kanan di University of West London, berujar sebagian besar ekstremis sayap kanan Italia lebih condong ke Rusia. Para pelaku pun memiliki hubungan dengan kelompok neo-fasis yang pro-Kremlin. Kepada VICE News, dia mengutarakan laporan Salvini “tak masuk akal”.

Testa menambahkan banyak jaringan sayap kanan radikal Eropa yang mengidolakan Vladimir Putin. Presiden Rusia ini dianggap mewakili nilai tradisionalis dan sayap kanan mereka: anti-globalisasi, tidak liberal, identitas dan kedaulatan pro-nasional. Satu-satunya orang yang dihukum pengadilan Italia karena bertempur di Ukraina dikaitkan dengan milisi neo-Nazi pro-Rusia.

Iklan

Chris Hawkins, analis senior Jane’s Terrorism and Insurgency Centre, memberi tahu VICE News bahwa kelompok sayap kanan Italia tampaknya bersimpati pada kedua belah pihak. Sementara tiga anggota ekstremis pro-Rusia dinyatakan bersalah awal bulan ini, seorang ekstremis Italia lain telah diidentifikasi sebagai perekrut Azov Batallion Ukraina yang neo-Nazi.

KEDEKATAN SALVINI DENGAN RUSIA

Penyediaan rudal ini mungkin adalah skandal terkait Rusia lain yang ada hubungannya dengan Salvini. Anggota populis kontroversial ini sedang dikritik habis-habisan setelah BuzzFeed awal bulan ini mengekspos rekaman pembantu dekat, Gianluca Savoini, yang menerima pendanaan gelap dari tiga orang Rusia untuk partai Lega-nya di sebuah hotel Moskow.

Jaksa di Milan telah membuka penyelidikan awal terhadap kemungkinan dana Rusia yang dibayarkan ke Lega. Politikus oposisi terus menuntut dilengserkannya Salvini. Mereka membawa foto-foto Salvini bersama salah satu terduga utusan Rusia dalam parlemen Selasa kemarin.

Politikus paling berpengaruh di Italia ini sangat dekat dengan Moskow, dan pernah berfoto mengenakan kaus bergambar wajah Putin saat mengunjungi Moskow pada 2014. Partai Lega-nya telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan United Russia Putin, mengakui pencaplokan Crimea di Moskow, dan berulang kali menyerukan pencabutan sanksi Eropa terhadap Rusia.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News