FYI.

This story is over 5 years old.

Pelarian Korea Utara

Penyebab Kapal Kayu Berisi Tengkorak Selalu Terdampar di Pesisir Jepang

Kapal-kapal 'hantu' asal Korut itu sudah berulang kali ditemukan warga dan aparat Jepang.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Sebuah kapal kayu berisi sisa-sisa kerangka delapan orang terdampar di tepi pantai barat Jepang awal pekan ini. Kapal itu diduga sebagai kapal hantu "Korea" kali kesekian yang telah mencapai negara tersebut.

Kapal itu ditemukan hanya beberapa hari setelah dua mayat pria ditemukan di garis pantai barat Pulau Sado Jepang. Awal bulan ini, tiga kapal serupa ditemukan—satu dengan seorang awak yang masih hidup di kapal, satu dengan kru yang sudah mati, dan satu lagi berisi empat mayat.

Iklan

Pemerintah Jepang berusaha menentukan dari mana asal para pria tersebut, walaupun kemungkinan satu-satunya adalah Korea Utara. Rokok dan jas pelampung yang bertuliskan huruf Korea terletak di dekat mayat yang ditemukan di Pulau Sado pada akhir pekan.

Sky News melaporkan empat puluh empat kapal terdampar di Jepang sepanjang tahun ini, nyaris menyamai jumlah 66 kapal tahun lalu. Media Jepang telah menyebut deretan temuan itu sebagai "kapal hantu."

Pengamat memperkirakan kapal tersebut membawa nelayan atau pengungsi asal Korut. Mereka nekat menyeberangi laut, memasuki wilayah Jepang, kemungkinan didorong oleh kondisi yang memburuk di Korea Utara akibat pengetatan sanksi internasional atas program nuklir rezim Kim Jong-un.

Satoru Miyamoto dari Universitas Seigakuin, pengamat kebijakan Korea Utara asal Jepang, saat diwawancarai CNN menyatakan jumlah kapal yang terdampar di pesisir terus meningkat sejak 2013. Dia tidak yakin kapal kayu itu adalah pelarian politik. Sebaliknya, mereka yang mati terdampar di pesisir Jepang memang dipaksa rezim Korut untuk mencari ikan ke tengah laut dengan peralatan seadanya. Mereka dipaksa melaut, dampak dari kebijakan Pyongyang untuk mendorong pendapatan perikanan serta mencari alternatif pemasukan baru buat memberi subsidi anggaran militer.

"Mereka menggunakan kapal tua yang diawaki anggota militer, oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang memancing," katanya.

Seo Yu-suk, manajer riset Lembaga Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan kepada Sky News penjelasan berbeda. Dia yakin kenaikan jumlah kapal hantu yang terdampar kemungkinan dipicu kekurangan makanan di dalam negeri Korut. Awalnya memang mereka adalah warga yang dipaksa melaut, tapi melihat kondisi kapal yang kurang layak, dia menduga sumber makanan di tempat asal penumpang kapal hantu itu sudah mengenaskan.

Kapal-kapal tersebut tidak selalu membawa orang mati. Kamis pekan lalu, delapan warga Korea Utara berhasil diselamatkan setelah kapal mereka hanyut lalu terdampar di daratan prefektur Akita.

Seminggu sebelumnya, pada 15 November, tiga warga Korea Utara diselamatkan oleh penjaga pantai Jepang di prefektur Ishikawa. Tiga mayat ditemukan di atas kapal mereka keesokan harinya, dan pada hari setelahnya, empat mayat ditemukan di atas kapal yang hanyut di darat.

Pihak berwenang Jepang mengatakan beberapa nelayan Korut yang diselamatkan awal bulan ini dikembalikan ke negaranya bersama mayat rekan sekapal atas permintaan mereka sendiri. Artinya, tidak semua kapal tersebut merupakan bagian dari upaya warga Korut melarikan diri dari Tanah Airnya menghindari rezim diktator Kim Jong-un.