Penonton konser boyband K-Pop SEVENTEEN yang digelar di gedung Prudential Center, New Jersey, Amerika Serikat pada 10 Januari 2020. Foto: Michael Loccisano, Getty Images/AFP
Penonton konser boyband K-Pop SEVENTEEN yang digelar di gedung Prudential Center, New Jersey, Amerika Serikat pada 10 Januari 2020. Foto: Michael Loccisano, Getty Images/AFP
Budaya Pop

Kisah Penggemar yang Berjasa Menerjemahkan Konten K-Pop Sukarela di Balik Layar

Tanpa fans yang jadi translator swadaya, mayoritas penggemar K-pop pasti kesulitan memahami idolanya. Siapa sih mereka? Ini beberapa penerjemah di balik layar yang bersedia ngobrol sama VICE
Angel Martinez
Quezon City, PH

Bulan ini, VICE menggandakan semua hal tentang K-Pop dan musik Korea, menampilkan artikel dan video tentang musik, fandom, dan selebriti.

Kamu baru menerjunkan diri ke dunia per-K-Pop-an, tapi kamu tak yakin harus mulai dari mana. Kamu juga tidak fasih berbahasa Korea, sehingga membutuhkan subtitle dalam bahasa yang kamu pahami. Namun, dari jutaan konten yang tersedia di dunia maya, hanya sebagian yang telah dialihbahasakan secara resmi. Kamu penasaran dengan wawancara terbaru mereka dan mengapa penggemar heboh membicarakannya, tapi kamu tak mengerti satu patah kata pun.

Iklan

Di sinilah fan translator memegang kendali. Mereka penggemar berdedikasi yang menghabiskan sebagian besar waktunya menerjemahkan video klip, cuplikan behind-the-scene, variety show hingga wawancara idola mereka agar bisa dinikmati lebih banyak orang. Fan translator secara tidak langsung berjasa memperkenalkan musisi Korea ke dunia internasional. Tanpa mereka, orang mungkin sulit memahami apa yang menarik dari boyband dan girlband K-Pop karena adanya keterbatasan bahasa.

Para penerjemah ini bertekad menyediakan terjemahan yang akurat dan konsisten bagi para penggemar asing. Semua dilakukan secara ikhlas, tanpa meminta bayaran sepeser pun. Fan translator sering menghadapi tantangan karena kurangnya liputan media Korea yang tersedia dalam bahasa lain. Meski terkadang ada subtitle resmi dari perusahaan—contohnya bahasa Inggris, Spanyol dan Indonesia—terjemahannya sering kali tidak akurat.

“Terjemahan semacam itu yang biasanya selalu meledak dan menyebabkan miskomunikasi,” kata Young, perempuan 29 tahun yang mengelola akun terjemahan boyband SEVENTEEN di Twitter. “Saya selalu berharap ada orang yang fasih berbahasa [Inggris dan Korea] bersedia memperbaiki [kesalahannya]. Mungkin inilah yang mendorongku untuk menjadi penerjemah.”

Young dan semua fan translator di artikel ini meminta agar nama belakang mereka dirahasiakan untuk melindungi privasi.

Iklan
Boyband SEVENTEEN tampil dalam konser tur Ode to You pada 10 Januari 2020 di gedung Prudential Center, Newark, New Jersey. Foto: Michael Loccisano, Getty Images/AFP

Boyband SEVENTEEN tampil dalam konser tur Ode to You pada 10 Januari 2020 di gedung Prudential Center, Newark, New Jersey. Foto: Michael Loccisano, Getty Images/AFP

Terjemahan penggemar bukanlah hal yang baru di budaya perfandoman, telah menjembatani fans dan idola sejak zaman LiveJournal dan Dailymotion. Namun, keunikan fan translator saat ini, yang mulai bermunculan di pertengahan tahun 2000-an, adalah mereka mampu mengubah hobi menjadi suatu usaha yang sukses — beberapa terdiri dari tim sukarelawan yang bekerja dengan cekatan dan tak pernah ketinggalan berita terbaru. Sementara sebagian besar penerjemah berkeliaran di Twitter, ada juga yang membagikan kontennya di YouTube dan V Live, platform siaran selebritas Korea.

Berhubung konten K-Pop mencakup berbagai kategori, kebanyakan penerjemah cenderung hanya mengerjakan ceruk yang paling mereka kuasai guna meringankan beban kerja. Orang-orang seperti Misa, misalnya, fokus menggarap update-an bintang K-Pop di media sosial. Penggemar girlband TWICE itu mengumpulkan hampir setengah juta pengikut di akun terjemahannya.

Misa menerjemahkan konten girlband TWICE. Foto milik Misa.

Misa menerjemahkan konten girlband TWICE. Foto milik Misa.

“Saya akan mencari berita di Naver kalau sudah pagi di Korea,” ujarnya, merujuk pada portal berita dan mesin pencarian berbahasa Korea. “Saya sudah hapal jadwal terbit artikel-artikel penting setiap harinya. Saya akan mengecek beberapa kali, tapi kalau tidak ada yang penting, saya akan mengandalkan notifikasi untuk mengetahui kabar baru yang mungkin dapat diterjemahkan.”

Iklan

Sementara itu, proyek yang lebih besar bisa berupa siaran radio berdurasi panjang dan keseluruhan musim acara survival pra-debut. Rekaman mentahan biasanya dipecah menjadi beberapa bagian, lalu melewati serangkaian proses revisi sebelum ditayangkan secara publik. Tentunya ini bukan pekerjaan yang mudah, sehingga penggemar saling bahu-membahu menerjemahkannya. Suvi, 28 tahun, bertugas sebagai manajer proyek untuk kanal YouTube @Like17Subs. Anggota timnya, yang berjumlah 50 orang, berasal dari berbagai daerah dan memiliki keterampilan yang berbeda-beda. 

Suvi mengawasi alur penerjemahan konten K-Pop di kanal YouTube Like17Subs. Foto milik Suvi.

Suvi mengawasi alur penerjemahan konten K-Pop di kanal YouTube Like17Subs. Foto milik Suvi.

“Ada juru ketik dan pengatur waktu yang bisa berbahasa [Korea] dengan cukup baik. Mereka dapat menentukan awal dan akhir kalimat. Lalu ada quality checker yang dapat membaca gerak bibir. Kami membutuhkan tenaga mereka jika ada ucapan [anggota SEVENTEEN] yang kurang jelas,” terangnya. Untuk saat ini, Suvi hanya sanggup “mencari sukarelawan baru dan mengabarkan semua orang bagian mana saja yang sudah dan belum rampung.”

Pastinya tidak mudah menyeimbangkan hobi dengan tanggung jawab di dunia nyata, terutama karena mereka melayani pasar yang tingkat permintaannya cukup tinggi.

“Orang sering nge-DM di Twitter dan YouTube, bertanya kapan menerjemahkan siaran radio A atau bisakah saya fokus pada B karena ada anggota yang mereka sukai,” keluh Young.

Iklan

Proses menerjemahkan melibatkan pengulangan berkali-kali, sehingga pekerjaan ini cepat membosankan dan menghilangkan kesenangan yang diberikan fandom.

“Saya sampai muak saking seringnya menonton ulang [apa yang diterjemahkan]. Saya suka grup ini, saya suka para anggotanya. Tapi begitu tugas selesai, saya kayak, ‘Astaga, aku enek dengerin suara mereka!’ Saya memang ingin membantu orang, tapi saya tidak mau ini membuatku stres dan sampai terpikir untuk berhenti [menjadi fan translator].”

Keharusan merilis terjemahan secepat mungkin terkadang membuat mereka lupa untuk menambahkan konteks, yang dapat berdampak buruk pada reputasi bintang K-Pop yang mereka wakili. Risiko ini paling kentara di bidang terjemahan langsung. Cel, 21 tahun, paham betul masalahnya. Admin Twitter @_KingdomUpdates ini mengungkapkan, postingannya tentang acara survival Mnet pernah memicu perang fanbase. Seorang kontestan sebenarnya hanya mengamati tingkah kontestan dari grup lain, tapi disalahartikan sebagai sindiran terhadap mereka.

k-pop fan translator twitter

Foto milik Cel.

“Itu sama sekali tidak kontroversial dari sudut pandang orang Korea, tapi itu keluar dari konteks. Saya ingat jumlah retweet dan like twitnya naik drastis,” kenang Cel. “Ini benar-benar sebuah tantangan. Kamu ingin menghasilkan konten dengan cepat, tapi juga ingin memberikan hasil yang akurat tanpa bias. Ditambah lagi, kamu harus memikirkan sudut pandang orang Amerika ketika menerjemahkan dari bahasa Korea.”

Iklan

Terlepas dari semua tantangan ini, kepuasan yang mereka dapatkan sebagai balasannya dan pengaruhnya terhadap kehidupan penggemar sangat luar biasa. Seperti yang dirasakan Zhali Lucina, misalnya. Dia mengandalkan terjemahan untuk memahami dunia AI yang unik milik girlband aespa. “Berkat [terjemahan penggemar], saya bisa lebih menghargai detail [comeback para anggota] dan lebih terhubung dengan grup. Terkadang saya merasa seperti ada di dalam dunia KWANGYA, padahal saya tidak tahu itu di mana,” tuturnya, merujuk pada dimensi alternatif dalam mitologi aespa.

Ketika Lou del Rosario terseret demam DAY6 pada awal 2021, dia menemukan dimensi lain dari industri yang telah dia selami selama satu dekade.

“Sekarang saya mencatat lirik lagu Korea dan terjemahan bahasa Inggrisnya yang paling mengena di hatiku. Setiap saya sendirian, ini mampu menghiburku seperti yang biasa saya dapatkan dari teman-teman dan keluarga,” renungnya sembari membolak-balik buku catatan.

Bagi Lou, semua ini takkan mungkin terjadi tanpa fan translator. “Kami benar-benar mengandalkan penggemar yang jago bahasa Korea dan bisa menyampaikan pesannya.”

“Alasan utama saya [mengelola akun ini] tentu karena saya mengidolakan TWICE. Saya ingin menerjemahkan kata-kata mereka dengan benar, menyampaikannya kepada komunitas internasional dan memberi mereka reputasi yang bagus,” Misa mengutarakan.

Iklan

“Saya lebih baik menjadi bagian dari tim yang mampu membuat terjemahan seakurat mungkin daripada hanya menunggu orang lain melakukannya,” kata Suvi.

Namun, tak semua orang cocok dengan lingkungan yang berisiko tinggi dan bernilai tinggi seperti ini. Calon penerjemah tak hanya perlu memiliki pemahaman kedua bahasa yang bagus, tetapi juga menyadari apa saja yang dipertaruhkan saat memasuki dunia ini.

“Ada konsep komunikasi sebagai cara mengkonstruksi realitas—hal-hal yang kita ucapkan memengaruhi cara kita memandang sesuatu, sedangkan cara kita memandang sesuatu membentuk realitas kita,” ujar Cel. “Saya bertanggung jawab atas semua yang saya komunikasikan dengan orang lain, dan menyadari perkataan saya memiliki dampak.”

“Orang cenderung memercayai suatu terjemahan begitu saja jika orang lain juga memercayainya,” ungkap Suvi. “Penggemar semacam ini dapat memiliki pandangan yang berbeda tentang idolanya, karena satu-satunya cara mereka menikmati karya idola yaitu melalui terjemahan. Ingatlah, terjemahanmu bisa memengaruhi cara orang lain berinteraksi dengan grup.”

Follow Angel Martinez di Twitter dan Instagram.