Budaya Pop

Kenapa Cewek Kini Mustahil Ketemu Jodoh Tak Sengaja di Jalan? Salahkan Internet

Dulunya menjadi langganan plot film romcom, momen perempuan tidak sengaja bertemu dengan calon kekasih sudah tidak relevan di zaman serba digital. Internet membunuh semua "momen kebetulan".
Alex Zaragoza
Brooklyn, US
Steve menyelamatkan Mary dalam film The Wedding Planner
Steve menyelamatkan Mary dalam film The Wedding Planner. Sumber gambar: Getty Images.

Aku sedang nonton konser dari tribun ketika mataku tertuju pada laki-laki di tribun bawah yang bangkit dari tempat duduknya. “Tuh cowok lucu, deh,” aku berteriak ke arah teman di sebelahku. Pas aku menoleh, ternyata lelaki tadi sudah menggantikan posisi temanku. “Aku melihatmu di Comic Con, dan kamu cantik banget banget. Tak menyangka bisa ketemu kamu lagi di sini,” katanya. Dunia mendadak terasa seperti milik berdua. Aku sampai tidak menyadari keadaan di bawah sudah kacau-balau.

Iklan

Adegan semacam itu biasanya muncul dalam film romantis komedi 2000-an ke atas. Karakter perempuan dan laki-laki awalnya bertabrakan atau berpapasan secara tidak disengaja. Dari situ, mereka semakin sering bertemu dan lama-kelamaan resmi berpacaran.

Dalam Notting Hill, bintang Hollywood Anna Scott memasuki toko buku William Thacker. Natalie tak henti-hentinya berceloteh saat berjabat tangan dengan Perdana Menteri Inggris yang gagah dalam Love Actually. Tapi tetap saja tidak ada yang bisa mengalahkan adegan The Wedding Planner di mana Steve menyelamatkan Mary yang hak sepatu Gucci-nya tersangkut tepat ketika tong sampah meluncur ke arahnya.

Intinya, ‘meet-cute’ atau momen kebetulan bisa terjadi dalam berbagai cara—mau itu malu-malu, unik, sassy, tidak senonoh, menyebalkan, ambisius, suka ngomong, arogan, maupun slutty. Sayangnya, pertemuan tidak disengaja kayak begini bisa dibilang sudah tidak berlaku di zaman serba digital seperti sekarang.

Meet-cute adalah bagian terpenting dalam film romantis, tapi rasanya semakin langka di dunia nyata. Data pun mendukung gagasan ini. Pada 2019, para sosiolog dari Stanford University dan University of New Mexico menemukan pasangan heteroseksual kini cenderung lebih sering bertemu lewat aplikasi dan situs kencan online, daripada bertemu langsung. 39 persen pasangan yang disurvei mengaku kenalan dari internet. Faktanya, pertemuan online telah mengalahkan cara tradisional seperti dikenalkan teman. Para peneliti meyakini pergeseran ini terjadi kira-kira sejak 2013 lalu. Jumlahnya bahkan lebih dramatis pada pasangan sesama jenis. Menurut studi, 65 persen dari mereka berkenalan secara online. Bagi orang transgender, aplikasi kencan online adalah sarana utama bertemu calon kekasih, meskipun masih banyak tantangannya.

Iklan

Saat ngobrol dengan teman, mereka sering menceritakan hari-hari ketika harus mengajak orang kenalan, atau keterkejutannya saat orang lain memulai obrolan dengannya. Kalau dulu mereka suka mencueki orang yang mendekati saat mabuk, mereka sekarang tampak malu mengakui kenalan sama gebetan atau pacar di internet; rasanya tidak istimewa. Sewaktu kuliah dulu, cowok-cowok sering mengajakku ajojing setiap aku nongkrong di bar. Cara ini terasa jadul sekali. Walau kejadiannya dulu, aku sering terkejut dengan permintaan mereka. Seolah-olah habis dikasih VCR. Dan kini, peluang semacam itu tampak mustahil.

Menit-menit pertama ngobrol dengan orang baru sangat menegangkan. Kamu bisa saja bikin malu diri sendiri karena ditolak mentah-mentah, atau justru mereka adalah orang yang kamu cari selama ini. Manusia terkadang harus siap mengambil risiko. Akankah Lucy (Sandra Bullock) menikah dengan Jack (Bill Pullman) dalam While You Were Sleeping jika dia mengaku bukan tunangan saudara lelaki Jack yang jatuh koma? Mungkin tidak!

Kencan online menghindari kita dari penolakan langsung, tetapi masih menawarkan kesempatan menemukan cinta sejati. Jadi, masuk akal jika cara modern ini lebih disukai orang, walau mereka tidak mau terang-terangan mengakuinya. Selain itu, kebangkitan #MeToo membuat kita lebih waspada saat ada yang mengajak berkenalan, terutama bagi perempuan dan kelompok LGBTQ. Niat baik seorang lelaki dapat dengan cepat berubah menjadi niat jahat. Kalau aku diserempet taksi dan jatuh ke pelukan lelaki tinggi, aku mungkin takkan langsung mengiyakan ajakannya minum kopi bareng. Aku terlalu sering nonton Dateline! Bagaimana kalau ternyata dia pembunuh sadis? Aku mungkin akan meminta nomor telepon atau Instagramnya sebelum memutuskan mau kencan dengan dia atau tidak. (Aku berkata seperti ini karena dulu pernah ngewe sama orang dari Chatroulette dan Offer Up ketika jualan meja makan. Yup, kamu tidak salah baca.)

Iklan

Momen kebetulan romantis akhirnya cuma bertahan dalam film romcom, karena adanya alasan menghindari penolakan dan meningkatnya kesadaran penyerangan terhadap perempuan. Kita sekarang takut didekati orang asing, meski mungkin mereka sebenarnya hanya ingin memuji baju kita. Lama-kelamaan, ini menjadi lingkaran setan.

Kita sendiri tidak mau dikira orang jahat, sehingga akhirnya mengurungkan niat untuk menyapa seseorang yang menarik di tempat umum. Bahkan jika ide meet-cute masih terdengar bagus, kita kini terjebak dalam situasi membingungkan, siklus penilaian negatif yang tidak pernah berakhir bagi mereka yang mencoba berkenalan langsung dengan orang baru. Memikirkannya saja sudah bikin lelah dan frustrasi. Aku cuma kepingin pacaran!

Dilihat dari sisi positifnya, internet memudahkan kita untuk memastikan kenalan adalah orang baik-baik. Dengan Google, kita bisa mencari apakah mereka pembunuh, penipu, atau penguntit. Meski orang-orang di internet ada juga yang jahat, setidaknya kita tidak langsung bertemu dengan mereka (Kecuali kalau kamu di-catfish).

Jadi alih-alih meratapi kematian momen kebetulan, kita sebaiknya mengubah pandangan pertemuan pertama harus dibangga-banggakan karena “romantis”. Ketemuan online juga seru, kok! Bagus malah. Di dunia menyebalkan ini, tidak ada yang lebih menyenangkan selain berkenalan dengan orang yang suka ngasih meme, menghargai kebutuhan dan batasanmu, dan membalas perasaanmu. Cara bertemunya tidak perlu dipusingkan.

Kalau kamu masih ingin menggunakan cara tradisional, akan lebih baik jika kamu memahami situasi dan tetap menghargai keputusan orang lain. Bisa saja kamu ketemu belahan jiwa, atau justru tidak ada yang cocok. Sebagaimana dikutip Michael Scott dari Wayne Gretzky, kamu akan melewatkan kesempatan jika tidak mencobanya.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.