Virus Corona

Siapa Sangka, Sosok yang Menolak Rasisme Pada Etnis Tionghoa Terkait Corona Adalah UAS

Ustaz Abdul Somad dalam ceramah terbarunya tidak se-konservatif yang dibayangkan kelompok liberal. Meski begitu, dia sempat menyebut virus corona sebagai "tentara Allah" untuk melindungi muslim Uighur.
Ustadz Abdul Somad Minta Umat Islam Tak Membenci Etnis Tionghoa Karena Virus Corona
Ustadz Abdul Somad dalam salah satu ceramahnya. Foto oleh Muhraz/via Wikimedia Commons/lisensi CC 4.0

Akhirnya ada pesohor yang mau melawan rasisme di seputar wabah virus corona COVID-2019. Dalam ceramahnya Masjid Al-Kautsar, Depok hari ini (26/2), Ustadz Abdul Somad (UAS) meminta jemaahnya tidak membenci orang China gara-gara wabah corona. Soalnya, membenci suatu suku itu sama aja membenci Tuhan.

"[Menjadi etnis Tionghoa] itu bukan pilihan dia. Kita enggak boleh benci orang karena sukunya. 'Saya benci sama Tionghoa, saya benci sama bule.' Enggak bisa karena itu bukan pilihan dia, itu pilihan Allah," demikian ceramah UAS, dikutip CNN Indonesia. "Kalau membenci orang karena sukunya, berarti membenci yang memilihkan suku itu untuk dia, berarti benci Allah, tauhidnya rusak," lanjutnya.

Iklan

Masalah rasisme emang nyata mewarnai penanganan wabah corona. Di Indonesia, virus muncul hoaks dan penolakan yang disusupi kebencian rasial atas kedatangan WN China. Sementara itu, orang dengan tampang Asia di AS jadi sasaran serangan fisik dan verbal, serta restoran China di New York jadi sepi pengunjung.

Tapi kalau agak dipikir, pernyataan UAS kayaknya perlu dilengkapi deh. Selain enggak boleh benci sama satu suku, kita juga enggak boleh beranggapan satu-satunya bangsa yang terjangkit dan bisa menularkan virus corona cuma orang China.

Sebelum ceramah ini, UAS sudah pernah menanggapi isu virus corona, tapi dalam rangka menormalisasi wabahnya. Waktu itu UAS sempat berceramah bahwa virus corona adalah "tentara Allah" yang diturunkan untuk menolong muslim Uighur di China. Ia menyodorkan bukti bahwa enggak ada tuh muslim Uighur yang kena corona.

Padahal, data ini tidak bisa diverifikasi, karena identitas pasien virus corona tidak dipublikasikan. Tambah lagi, di Provinsi Xianjiang tempat mayoritas muslim Uighur berdomisili, per 19 Februari udah ada 76 orang yang positif corona. Yang agak gawat, UAS melandaskan klaim enggak ada muslim Uighur kena corona gara-gara mereka rajin wudu. Hmm….

Upaya menormalisasi virus corona bisa dijumpai di mana-mana, tapi kejadian di Iran kemarin rada gawat. Dua hari lalu pemerintah Iran bikin konpers kalau negara mereka enggak perlu panik sama wabah corona. Hadir bersama juru bicara pemerintahan, ada Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi yang tampak enggak sehat.

Sehari kemudian, Harirchi dinyatakan positif terjangkit Covid-2019. Kabar ini bikin deg-degan jurnalis karena Harirchi beberapa hari lalu sempat nge- briefing mereka soal perkembangan corona. Enggak ngerti lagi deh kenapa seorang pejabat kesehatan enggak pake masker atau istirahat aja ketika merasa sakit.

Sejak ditemukan akhir Desember 2019, per hari ini virus corona Covid-2019 tercatat sudah menginfeksi 81.133 orang. Sebanyak 2.765 di antaranya meninggal dan 30.192 orang sembuh. Iran adalah wilayah dengan pasien terbanyak keenam setelah China, Korea Selatan, kapal pesiar Diamond Princess, Italia, dan Jepang.