Orang memakai kostum tengkorak di depan sebuah gedung
Semua foto oleh Benede
Perubahan Iklim

Kehampaan yang Dirasakan Warga Venesia Menyaksikan Kampung Halamannya Tenggelam

Venesia nampak lebih asri selama pandemi hanyalah sementara. Masih ada krisis eksistensial yang mengancam kota terapung itu.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Italy.

Saya lahir di Castello, Venesia pada 1980-an. Penduduk saat itu belum punya mobil, jadi saya bisa main bola sepuasnya di jalanan.

Area terbesar di Venesia itu dulunya adalah tempat terpencil. Saya masih ingat dengan “Red Madman” yang sering mengejarku, dan “Crazy Nene” yang keluar rumah mengenakan roll rambut. Para tetanggaku mencari nafkah sebagai tukang cukur, tukang kayu, karyawan bar, tukang daging, penjaga toko kelontong dan pedagang.

Iklan

Namun kini, Venesia terancam tenggelam. Secara geologis, kota bersejarah itu memang rawan banjir. Fenomena alam yang hingga seabad lalu digambarkan lambat dan stabil telah diperburuk oleh industrialisasi besar-besaran di wilayah laguna dan pelabuhan sejak pasca Perang Dunia II, dan naiknya permukaan laut akibat krisis iklim.

Ekosistem alam, sosial dan budaya Venesia telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Sulit sekali rasanya menyaksikan perubahan itu untuk orang-orang sepertiku, yang besar di Venesia tapi sekarang pindah ke kota lain.

Meski sekarang tinggal di Milan, saya selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Venesia. Bagian tidak menyenangkannya adalah saya dihadapi pada kenyataan kota ini tak lagi sama dengan Venesia yang ada di kenanganku.

Benedetta Panisson di Campo Do Pozzi, Venesia.

Penulis saat masih kecil di Campo Do Pozzi, Venesia, 1987. Foto oleh Benedetta dan Giorgio Panisson

Teman mainku di Venesia mengirim SMS pada Juni lalu. Begini bunyi pesannya: “Ini musim panas terbaik di Venesia.” Dia bilang seperti itu, padahal sedang pandemi. Namun, kegembiraannya bukan tanpa alasan. Ini pertama kalinya Venesia sepi pengunjung. Tanpa kapal pesiar besar, permukaan air jadi lebih tenang dan laut jadi lebih bersih.

Penduduk Venesia bisa bernapas dan tertawa lega di musim panas tahun ini. Kami berenang sesuka hati, setelah bertahun-tahun tidak dapat melakukannya. Kami percaya diri bahwa ini bisa menjadi awal baru, mengakhiri kekhawatiran tempat tinggal kami akan tenggelam suatu saat nanti.

"People do Water", seri foto oleh Benedetta Panisson

Seri foto "People do Water", (2013-2020) oleh Benedetta Panisson.

Orang tua kami beruntung. Mereka masih bisa merasakan serunya berenang di kanal Venesia. Generasiku hanya boleh menyelam di hari terakhir sekolah, dengan persyaratan tidak menelan airnya. Sementara generasi selanjutnya hanya bisa membayangkan keseruan ini.

Iklan

Yah, memang sudah ada teknologi canggih yang dapat mengurangi pencemaran di sekitar aliran sungai Venesia. Airnya tak lagi sekotor 30 tahun lalu. Tapi tetap saja, limbah hotel terus mencemari kanal. Kami harus berjuang melawan kotoran manusia kalau ingin berenang di sana.

Laguna sudah berubah. Kapal kargo terus berdatangan, membawa moluska dan krustasea yang menggusur ekosistem alami dan mengancam habitat hewan asli. Kelestarian lingkungan diabaikan demi kepentingan ekonomi. Hasilnya? Dalam 40 tahun terakhir, populasi kota berkurang setengahnya menjadi 52.000 jiwa pada 2019. Sementara Venesia kian ditinggalkan penduduknya, suasana romantis di kota ini mampu menarik 30 juta wisatawan setiap tahun. 

Seri foto "Come to Venice" oleh Benedetta Panisson

Seri foto "Come to Venice", (2008—) oleh Benedetta Panisson.

Dalam beberapa tahun terakhir, penduduk setempat mulai memandang air pasang secara berbeda. Banjir bandang yang melanda Venesia pada November 2019 memecahkan rekor lama pada 1966, membuat takut mereka-mereka yang sudah 80 tahun terbiasa dengan pasang surut air laut.

Sedih rasanya melihat komunitasmu perlahan menghilang. Hati terasa hampa; hanya bisa kesal dan marah akan keadaan ini.

Seri foto "Come to Venice" oleh Benedetta Panisson

Seri foto "Come to Venice", (2008—) oleh Benedetta Panisson.

Venesia menyambut dan memenuhi keinginan orang lain — kota ini memanfaatkan eksotismenya sendiri. Tapi kini, Venesia adalah korban sekaligus pelaku atas kerusakannya.

Saya membayangkan akan seperti apa kotanya setelah pandemi berakhir, mengingat “keadaan normalnya” saja sudah tidak berkelanjutan.

Seniman visual dan peneliti Benedetta Panisson kerap memasukkan Venesia ke dalam karyanya. Silakan cek proyek fotografinya yang berjudul “Come to Venice” di sini.