Kejahatan

Mengapa Pelajar asal Tiongkok di Australia Sering Memalsukan Penculikan Mereka?

Ada pelaku berpura-pura jadi pejabat negara, yang ingin mendeportasi korban penculikan abal-abal.
Gavin Butler
Melbourne, AU
korban penculikan palsu di australia
Foto disediakan oleh NSW Police

Pelajar asal Tiongkok di Australia menjadi korban penculikan palsu. Keluarga mereka akan diminta membayar tebusan hingga jutaan dolar lewat telepon.

Kepolisian New South Wales mengungkapkan, untuk tahun ini saja, ada delapan kasus “penculikan virtual” yang telah dilaporkan. Pada Mei, Kepolisian Federal Australia mengatakan tengah menyelidiki setidaknya 25 kasus penipuan berkedok penculikan yang menyasar pelajar Tionghoa di seluruh negeri.

Iklan

Jaringan berita Australia SBS melansir oknum biasanya berpura-pura menjadi pejabat pemerintah Tiongkok, dan menghubungi korban untuk memberi tahu mereka telah melanggar hukum di negara asalnya. Mereka diancam akan dipenjara atau dideportasi jika tidak mengikuti perintah penipu.

Setelah itu, korban disuruh membujuk orang tua untuk mentransfer tebusan ke rekening bank luar negeri. Bahkan ada juga yang dipaksa mengirim foto “bukti” penculikan ke keluarganya di kampung halaman. Keluarga wajib membayar jika tidak mau korban kenapa-kenapa.

Para korban yang mayoritas pelajar Tionghoa dipaksa memutuskan kontak ponsel dan media sosial, dan mengirim foto sedang diculik dengan pesan meminta uang tebusan kepada keluarga.

fake kidnapping.jpg

Tahun ini, pelaku telah meraup 3,2 juta Dolar Australia atau setara Rp33 miliar dari aksi penipuan mereka. Uang tebusannya berkisar antara $20.000-500.000 (Rp207 juta hingga 5,1 miliar Rupiah). Sepasang orang tua bahkan mentransfer 2 juta Dolar Australia (Rp20 miliar) untuk memastikan putri mereka dibebaskan dengan selamat.

“Korban penculikan virtual trauma berat. Mereka yakin telah membahayakan diri sendiri dan keluarga,” ujar Asisten Komisaris Polisi NSW Peter Thurtell. “Keluarga dan teman korban kerap menyemangati mereka untuk melaporkan kasusnya ke polisi, karena mereka malu dan merasa bersalah sudah terlibat dalam penculikan palsu ini.”

Kepala Detektif NSW Inspektur Darren Bennett mengklaim “penculikan virtual” semakin merajalela selama 10 tahun terakhir.

Iklan

“Panggilan telepon ini kelihatannya mungkin bersifat acak, tapi penipu cenderung menyerang komunitas Tionghoa-Australia yang rentan,” terangnya. “Konsulat Jenderal Tiongkok di Sydney telah mengonfirmasi tak ada satupun lembaga negara, baik itu kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan, yang menghubungi pelajar untuk meminta uang tebusan.”

Tahun lalu, totalnya ada 1.172 kasus penipuan yang mengaku sebagai pejabat Tiongkok di Australia, dengan kerugian mencapai dua juta Dolar Australia (Rp20 miliar).=

Follow Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia