Politik Internasional

Musuh Politik Vladimir Putin Diracun Dengan Senjata Kimia Milik Intel Rusia

"Pemerintah Rusia harus menjelaskan kenapa tokoh oposisi bisa diracun seperti ini," kata jubir pemerintah Jerman, yang menampung Alexei Navalny selama koma di RS.
Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny diracun dengan senjata kimia Novichok
Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny mengikuti demonstrasi menuntut pemilu jujur. Foto oleh Valeriy Melnikov/Sputnik/ via Associated Press

Pertengahan Agustus 2020, politikus oposisi Rusia Alexei Navalny keracunan saat terbang menuju Ibu Kota Moskow. Oleh pendukungnya, dia segera dilarikan ke luar negeri, dan kini dirawat di rumah sakit Jerman. Hasil tes dokter menyatakan dia diracun dengan gas saraf Novichok, yang masuk kategori senjata kimia kelas berat. Novichok selama ini dikenal sebagai senjata yang menjadi ciri khas agen intelijen Rusia saat negara itu masih bernama Uni Soviet.

Iklan

Tes tersebut disimpulkan tim dokter, “menunjukkan bukti tidak terbantahkan” adanya kandungan Novichok dalam aliran darah Navalny. Racun yang sama dipakai untuk menyerang Sergei Skripal, bekas mata-mata Rusia, di Inggris pada 2018. Berulang kali tokoh oposisi yang dianggap musuh Presiden Vladimir Putin mendadak jatuh sakit, rata-rata akibat diracun.

Steffen Seibert, selaku juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel, menilai pemerintah Rusia kini punya beban untuk membuktikan diri tidak terlibat. “Sangat mengejutkan saat kami mengetahui bahwa Alexei Navalny menjadi korban senjata kimia yang selama ini diasosiasikan sebagai senjata milik Rusia,” ujarnya. “Pemerintah Rusia harus menjelaskan kenapa tokoh oposisi bisa diracun seperti ini.”

Navalny saat ini masih koma, dirawat di Rumah Sakit Charite Berlin. Dia mendadak pusing, mual, dan nyaris pingsan dalam penerbangan menuju Moskow. Pesawat pun terpaksa mendarat darurat. Staf Navalny menyatakan politikus 44 tahun itu sempat minum teh yang mencurigakan di bandara Omsk, kota kelahirannya. Dia sedang pulang kampung dan hendak kembali ke Moskow. Navalny sempat dirawat sehari di RS Omsk. Karena sakitnya makin tak tertahankan, bawahan Navalny berinisiatif menerbangkannya ke zona netral, yakni Jerman.

Navalny dianggap masyarakat sebagai pemimpin gerakan oposisi di parlemen Rusia. Dia aktif menolak amandemen konstitusi tahun ini yang membuat Presiden Vladimir Putin secara teknis bisa menjabat seumur hidup. Sejak 2011, Navalny rajin membuka data soal korupsi di birokrasi Rusia. Surat kabar The Wall Street Journal menjuluki pemimpin Partai Rossiya Budushchego (Masa Depan Rusia) itu sebagai “sosok rival politik yang paling ditakuti Putin.”

Iklan

Sekutu politik Navalny meyakini politikus muda itu diracun atas perintah Kremlin, dan tentunya sepengetahuan Putin. “Meracuni Navalny pakai Novichok sama saja si pembunuh meninggalkan tanda tangan di TKP kejahatan,” kata Leonid Volkov di Twitter, sesama politikus oposisi yang bersahabat dengan Navalny. Dalam postingan itu, Volkov turut memajang foto Putin.

Kremlin sendiri membantah terlibat upaya meracuni sang tokoh oposisi. Pada Rabu, 2 September 2020, juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menyatakan semua tuduhan soal Navalny masih prematur. Dia berdalih otoritas kesehatan Jerman belum membagi data soal hasil tes Navalny kepada pemerintah Rusia. Ketika dites di Omsk, dokter mengklaim tak ada kandungan racun sama sekali dalam tubuh Navalny.

Jerman sendiri kini hendak membagikan hasil tes tersebut ke Uni Eropa dan NATO. Seibert menyatakan pemerintahan Merkel ingin mengajak para sekutu di Eropa untuk menekan Rusia agar jujur mengenai serangan kesekian terhadap tokoh oposisi tersebut.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News