Konflik Rusia-Ukraina

Neo-Nazi Ukraina Siapkan Peluru Berlumur 'Lemak Babi’ Lawan Milisi Muslim Rusia

“Wahai saudara Muslim dari Rusia, kalian tidak akan bisa masuk surga jika ikut bertempur di negara kami,” kata prajurit ultranasionalis. Milisi Chechnya ikut dikerahkan Rusia untuk menggempur Ukraina.
Rimal Farrukh
Islamabad, PK
Rusia, Ukraina, perang, islamafobia, neonazi, azov, Eropa
Prajurit batalion Azov menghadiri upacara ucap janji di Kiev, Ukraina pada 2014. Foto: Genya Savilov/AFP via Getty Images

Video viral menampilkan lelaki bertopeng hitam mencelupkan peluru ke dalam lemak babi, lalu memasukkannya dengan hati-hati ke dalam magasin. Dia kemudian memberi peringatan serius.

“Wahai saudara Muslim sekalian, kalian tidak akan bisa masuk surga di negara kami. Di sini, kamu hanya akan menghadapi masalah,” ujarnya.

Video tersebut diunggah akun Twitter Garda Nasional Ukraina pada Minggu (27/02) lalu, tiga hari setelah pasukan Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Prajurit Batalion Azov, yang sering disebut berideologi Neo-Nazi, mempersiapkan peluru yang telah dilumuri lemak babi. Peluru tersebut nantinya digunakan untuk melawan “orc Kadyrov”, julukan yang diyakini ditujukan kepada pasukan muslim Chechnya.

Iklan

Sementara konflik Rusia-Ukraina dikhawatirkan memicu perang Eropa Timur, militer di kedua belah pihak mulai menyebarkan propaganda dan retorika yang akan semakin memperkeruh keadaan.

Batalion Azov merupakan pasukan bersenjata sukarelawan ultranasionalis, yang secara resmi dimasukkan ke dalam barisan Garda Nasional Ukraina saat bertempur melawan separatis pro-Rusia pada 2014. Pasukan itu diduga mendukung pandangan neo-Nazi dan masih memamerkan lencana Wolfsangel yang digunakan Nazi selama Perang Dunia II.

Mantan komandan Andriy Biletsky, seorang nasionalis kulit putih, mengklaim pada 2010, tujuan nasional Ukraina yaitu “memimpin ras kulit putih sedunia dalam perang salib terakhir… melawan Untermenschen [subhuman] yang dipimpin Semit.”

Presiden Rusia Vladimir Putin membenarkan “operasi militer khusus” negaranya sebagai upaya “demiliterisasi dan de-Nazifikasi” Ukraina. Ramzon Kadyrov selaku pemimpin wilayah mayoritas Muslim Chechnya juga menggambarkan pasukan Ukraina sebagai “Nazi”.

Klaim “Nazi” Ukraina disambut dengan kemarahan dari masyarakat luas dan telah dibantah keras oleh pejabat Ukraina, termasuk presidennya Volodymyr Zelenskyy, yang merupakan orang Yahudi dan dikabarkan memiliki saudara yang menjadi korban Holocaust. 

Iklan

Pasukan Azov dan Garda Nasional Ukraina dikritik habis-habisan karena postingan tersebut. Beberapa bahkan menuding mereka telah menyebarkan Islamofobia. Komedian keturunan Inggris-Pakistan Tez Ilyas berkomentar di akun Twitter-nya, “Tewas terbunuh peluru yang diolesi lemak babi tidak mendiskualifikasi seseorang masuk surga. Gerakan sayap kanan rasis hanya mengarang cerita dan Garda Nasional Ukraina mendukung kebohongan itu. Menteri Luar Negeri Inggris yakin ingin meminta rakyatnya berjuang bersama pasukan semacam ini?”

“Garda Nasional Ukraina secara terbuka memuji tindakan prajurit neo-Nazi dari gerakan supremasi kulit putih Azov yang mengoleskan peluru dengan lemak babi untuk membunuh pasukan Muslim Rusia. Mereka juga menghina pasukan Muslim ‘orc,’” kata pengguna Twitter lain.

Meskipun telah ditandai sebagai konten kebencian, videonya belum dihapus oleh Twitter. Sementara itu, Facebook tak kunjung menandai konten yang menampilkan Batalion Azov. Menurut kebijakan internal yang dipelajari The Intercept, jejaring sosial tersebut untuk sementara akan “mengizinkan pujian terhadap Batalion Azov selama itu secara eksplisit dan eksklusif memuji peran mereka sebagai bagian dari Garda Nasional Ukraina.”

Agama Islam melarang konsumsi babi, sebuah fakta yang kerap dimanfaatkan untuk melawan pejuang Muslim di masa lalu. Ini bukan pertama kalinya pihak musuh mengolesi lemak babi pada peluru. Pada 2013, perusahaan amunisi yang berbasis di Idaho City, Amerika Serikat menuai kecaman usai memproduksi “Jihawg Ammunition” — peluru yang telah diolesi lemak babi. Perusahaan juga mengutuk “teroris Islam masuk neraka”.

Follow Rimal Farrukh di Twitter.