Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans
Penduduk kecamatan Lyari di Pakistan terkenal sangat fanatik mendukung Brasil tiap Piala Dunia sejak bertahun-tahun lalu. Foto oleh penulis.
Olahraga

Kisah Satu Kecamatan di Pakistan yang Warganya Fanatik Dukung Brasil di Piala Dunia

Brasil tersingkir dari Qatar, tapi penduduk Lyari bakal selalu jadi 'si paling Brasil' selama Piala Dunia. “Perawakan kami mirip. Tarian kami pun mirip,” kata warga Lyari, yang jaraknya 14 ribu km dari Brasil.

Ketika Brasil dan Kroasia beradu di perempat final Piala Dunia pada 9 Desember 2022, stadion bola di sebuah kawasan padat penduduk berubah menjadi lautan hijau dan oranye. Suporter rela berjejalan demi menyaksikan klub favorit mereka berlaga.

Dengan menyampirkan bendera dan jersey tim nasional Brasil di punggung, mata mereka terpaku pada layar lebar yang menayangkan jalannya pertandingan. Setiap kali Brasil mencetak gol, gemuruh suara penonton disertai irama musik menggelegar memenuhi seisi stadion.

Iklan

Euforia Piala Dunia, khususnya ketika Brasil unjuk gigi, begitu kentara terasa hingga 14.000 kilometer jauhnya dari negara jagoan. Acara nonton bareng ini digelar di Lyari, wilayah berpenduduk 2-3 juta jiwa di Karachi, Pakistan. Warga setempat memang dikenal sebagai penggemar berat timnas Brasil.

“Yang ada di pikiranku cuma Brasil. Saya hidup untuk Brasil. Saya ogah nonton Piala Dunia kalau Brasil kalah,” ungkap Javaid Carlos sambil menggoyangkan badan di atas mobil polisi. Nama belakang laki-laki itu aslinya Ibrahim, tapi kemudian ia mengubahnya jadi Carlos—terinspirasi dari bek legendaris Roberto Carlos.

“Mereka (orang Brasil) sudah seperti saudara kami sendiri. Perawakan kami mirip. Tarian kami pun mirip. Mereka menyembutnya Samba, sedangkan kami menyebutnya Lewa,” lanjut Carlos, menjelaskan soal tarian tradisional Lewa yang ia peragakan.

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Suporter timnas Brasil di Lyari, Pakistan

Di dalam negeri, Lyari menyandang reputasi “Mini Brasil” berkat obsesi warganya dengan klub sepakbola negara tersebut. Kehebohan mereka menyambut penampilan Brasil di Piala Dunia bahkan sampai diliput oleh Globo Television, stasiun televisi terbesar di Amerika Latin. Antusiasme penduduk Lyari, yang jelas-jelas bukan keturunan Brasil, sukses bikin rakyat Brasil terperangah.

Walau jarak jauh memisahkan, baik Brasil maupun Lyari memiliki beberapa kesamaan. Menyusuri gang-gang sempit di Lyari mungkin akan memberi kesan seperti berkunjung ke favela Brasil. Sementara itu, sebagian besar penduduk setempat berasal dari etnis Baloch dan Sheedi, dengan ciri khas kulit Hitam dan garis keturunan Afrika Timur. Perbedaan fisik menjadikan mereka kelompok terpinggirkan di Pakistan.

Iklan

Warga Lyari kerap diperlakukan rasis dan mendapat stereotipe negatif. Warna kulit hingga dialek mereka tak jarang diolok-olok media arus utama. Sementara masyarakat Pakistan tergila-gila dengan kriket, sepakbola sukses merebut hati para penduduk Lyari. Bagi mereka, bola adalah segala-galanya. Mereka tak pernah melewatkan gelaran Piala Dunia—perayaannya selalu meriah di seluruh penjuru kota. Bendera Brasil tentu paling banyak menghiasi jalanan.

Jurnalis olahraga dan komentator Ahmed Naqvi menjelaskan, kriket “cenderung populer di daerah-daerah yang memiliki campur tangan langsung dari negara dan paling merasakan manfaat” dari olahraga tersebut.

Sementara itu, menurutnya, ketertarikan terhadap sepakbola umumnya berkembang di daerah-daerah yang jarang diperhatikan negara, seperti Lyari salah satunya.

Daerah itu punya kesebelasannya sendiri, tapi kurang diakui oleh negara. Isu ini sering disinggung di kancah musik lokal, salah satunya dalam lagu rap Players of Lyari karya Lyari Underground (LUG). Lagu ini menceritakan perjuangan para anggota menjadi pesepakbola profesional. Penggalan lirik “Latihan setahun penuh, tapi yang dipilih malah pemain non-Lyari” menyinggung pelatih yang menganaktirikan atlet Lyari. 

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Segerombolan laki-laki nongkrong di dekat tembok yang terdapat lukisan bendera Brasil

Setiap empat tahun sekali, acara nonton bareng Piala Dunia diadakan di berbagai wilayah di Lyari. Namun, tahun ini menjadi pertama kalinya warga berkumpul di stadion Maulvi Usman Park untuk menyaksikannya secara bersama-sama. 

Iklan
Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Tim sepakbola Lyari

Acaranya sendiri diselenggarakan oleh Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang diketuai oleh Bilawal Bhutto, putra mantan perdana menteri Pakistan Benazir Bhutto. Meskipun partainya memiliki basis etnis Sindhi yang kuat, suara terbanyak berasal dari warga etnis Baloch di Lyari. Kemenangan partai di Karachi, kota terbesar di Provinsi Sindh, sebagian besar berkat Lyari.

Diadakannya acara nonton bareng ini bisa dibilang dalam rangka menyukseskan kampanye PPP untuk pemilu bulan depan. Buktinya, lagu mars PPP meraung melalui pengeras suara di sela-sela siaran sepakbola.

Kecintaan warga Lyari pada sepakbola telah dijadikan pion dalam dunia politik Pakistan, kurang lebih seperti taktik yang kerap digunakan politikus Brasil untuk menarik simpati. Pada 1970, pemerintah Brasil memanfaatkan kemenangan negara di Piala Dunia untuk melancarkan propaganda. Baru-baru ini, politikus Jair Bolsonaro dan para pendukungnya sering terlihat mengenakan seragam timnas Brasil agar terlihat lebih relatable selama masa kampanye.

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Lelaki memamerkan topi bendera Brasil

Sementara itu, di Lyari, pendiri PPP Zulfiqar Ali Bhutto dua kali memenangkan pemilu pada 1970 dan 1977 berkat suara yang diterima dari daerah tersebut. Namun, ia dihukum gantung setelah dikudeta militer pada 1979. Sejak itu, Pakistan dilanda aksi kekerasan dan penyensoran yang dilakukan rezim militer.

Iklan

Sejak Pakistan berhasil merebut kembali demokrasi pada 1990-an, partai politik berlomba-lomba mendulang suara dari Lyari, sering kali menggunakan kekerasan. Dua geng bersekutu dengan parpol saingan Karachi—PPP dan MQM yang saat itu mendapat perlindungan dari militer—untuk memperebutkan kekuasaan di wilayah tersebut. Kedua partai memiliki kebijakan yang menguntungkan etnis mereka sendiri, tapi tetap mencari dukungan dari Lyari supaya bisa menang. Dengan kata lain, para penguasa cuma ingat warga etnis Baloch di Lyari saat mereka butuh sesuatu. Sisanya, mereka masa bodoh dengan kondisi di sana.

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Partai politik memanfaatkan kecintaan warga Lyari pada sepakbola untuk mendulang suara

Sepakbola ikut berperan sebagai kekuatan politik geng di daerah tersebut. Pada 2013, ketua geng Uzair Baloch secara sadis membunuh Arshad Pappu, bos geng lawan yang bersekongkol dengan MQM. Uzair bahkan merekam dirinya menendang kepala Arshad yang sudah putus dekat Taman Gabol di Lyari. Tujuh tahun menjadi buronan, ia berhasil diringkus polisi pada 7 April 2020 dan divonis hukuman 12 tahun penjara.

Situasi di Lyari berangsur-angsur membaik sejak kepergian dua bos geng, tapi bekas konflik terlihat jelas di sana. Keamanan polisi diperketat untuk memastikan tidak ada yang hendak menciptakan kerusuhan di Lyari. Pengunjung wajib menjalani pemeriksaan polisi begitu menginjakkan kaki di sana. Maka tidak heran, banyak polisi berjaga-jaga selama acara nonton bareng Piala Dunia 2022. 

Iklan
Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Terlepas dari polarisasi politik yang dipaksakan pihak luar, masyarakat Lyari dikucilkan di Karachi karena perbedaan mereka. Walau begitu, kerukunan dan kekeluargaan di sana sangat tinggi. Mereka juga ramah pada pengunjung, dan siap membantu jika dibutuhkan. Tindakan ini secara tidak langsung untuk memperbaiki reputasi daerah mereka yang buruk di Pakistan. 

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

Suporter timnas Brasil nonton bareng Piala Dunia 2022 di Lyari, Pakistan

Kembali ke stadion, banyak tangan terangkat ketika pertandingan Brasil vs Kroasia memasuki perpanjangan waktu. Mereka berdoa agar tim jagoan menang di menit-menit terakhir. Para suporter di Lyari berteriak heboh saat Neymar mencetak gol pada menit ke-106, dan berseru kaget saat Petrovic menyamakan kedudukan untuk Kroasia di menit ke-117. Raut wajah sedih terlihat di setiap sudut stadion ketika Rodrygo dan Marquinhos gagal mengeksekusi penalti. Penonton yang masih anak-anak langsung menutup mata, tak berani melihat skor akhir. Pada akhirnya, suporter hanya bisa terduduk lemas menerima kekalahan Brasil.

Pakistan, Lyari, Piala Dunia 2022, Qatar, Brasil, Superfans

 Follow Bilal Hassan di Twitter, Instagram dan TikTok.