Artikel ini pertama kali tayang di Noisey Italia
Arctic Monkeys akan merilis album baru mereka pada 2018—begitu menurut Nick O'Malley, basis band tersebut sejak 2006. Selain kolaborasi dan proyek sampingan, Arctic Monkeys belum merekam materi baru apapun sejak 2013. Jadi tidak heran ada orang-orang seperti saya (yang sudah melewati fase obsesi British pop), yang kangen mendengar aksen Sheffield mereka sekali lagi. Banyak juga pendengar, termasuk saya yang paham betul bahwa karisma Arctic Monkeys sebagian besar dihasilkan oleh daya tarik frontmannya, Alex Turner.
Sebetulnya apa sih penyebab kegilaan terhadap Alex Turner? Banyak yang mengatakan soalnya dia "artistik", tapi sesungguhnya karena dia ganteng aja sih. Agar kalian semua mengerti seberapa kesengsemnya saya, saya pernah menunggu empat jam di malam hari yang dingin di luar sebuah venue di Barcelona—yang sengaja saya kunjungi hanya demi menonton Arctic Monkeys manggung, dan sepanjang konser, saya melambaikan poster yang bertuliskan "ALEX, YOU CAN CALL ME ANYTHING YOU WANT!" (untuk bukti tambahan, silakan tonton video ini). Seharusnya penantian saya berakhir dengan pertemuan saya dengan Alex, tapi saya hanya mendapatkan keheningan dan pemandangan menyakitkan sebuah mobil SUV berkaca gelap, dan hingga hari ini saya masih tidak yakin apakah Alex memang berada di dalam mobil tersebut.
Tapi abaikan anekdot menyedihkan tadi. Menjelang era baru Arctic Monkeys, saya memutuskan untuk melacak sejarah elemen singkat namun substansial band yang berhubungan dengan perkembangan artistik dan spiritual mereka: potongan rambut Alex Turner dan berbagai fase yang muncul karenanya. Saya sadar betul bahwa tulisan saya ini mungkin terlihat superfisial dan gak penting—dan memang iya. Tapi ya inilah artinya menjadi seorang penggemar sejati. Tanpa panjang lebar lagi, yuk mari lihat sejarah dari model rambut Alex Turner.
2005-2006: Whatever People Say I Am That's What I'm Not, atau fase "jangan percaya hype"
Di era ini, nama Arctic Monkeys belum meledak, sama seperti hormon Turner yang saaat itu masih penuh dengan jerawat dan menopang model rambut bowlcut ala Gallagher bersaudara. Di fase ini, bocah asal Sheffield masih belum sadar akan potensi daya tariknya. Semuanya masih tersembunyi dalam matanya, yang membuatnya justru lebih menarik dan murni. Sesuai dengan kaos polo dengan kerah berdiri dan sepatu Reebooks klasik yang mereka gunakan dalam "A Certain Romance," penampilan Turner dan teman-teman sebandnya sesuai dengan sifat album pertama mereka: kotor, berani, tidak pantas, dan penuh ketidakpastian, ya pokoknya sesuai dengan kehidupan bocah 19 tahun.
2007-2008: Favourite Worst Nightmare dan kerjasama dengan Miles Kane
Album kedua mereka langsung mengkonfirmasi dan melipatgandakan kesuksesan mereka, berkat pembersihan yang mereka lakukan secara artistik dan penampilan. Belum sepenuhnya membuang penampilan remaja tua dengan jerawat, berkat dukungan dari rekan proyek sampingannya, Miles Kane, potongan rambut Alex terlihat lebih elok dan terinspirasi jelas oleh estetika 1960-an, seperti terlihat dalam With The Beatles dengan potongan rambut bob dan turtleneck hitam.
2009-2010: Humbug dan krisis eksistensial
Album ketiga Arctic Monkeys mengambil arah yang berbeda, meninggalkan sound dari dua album pertama. Humbug adalah album yang kurang dihargai, tapi justru menurut saya karya terbaik mereka. Atmosfirnya jauh berbeda dengan rilisan mereka sebelumnya—jauh lebih gelap dan menghindari arogansi remaja yang mereka biasa tampilkan. Di sini, Turner meninggalkan masa mudanya, dan juga tukang cukur rambutnya, dan memilih rambut belah tengah dan mengenakan sweater kuno, mencapai puncak dari karirnya dan juga kegantengannya. Tidak ada lagi referensi estetika terhadap The Beatles dan Oasis, yang ada hanya rambut panjang dan lagu-lagu serius.
2011: Suck it and See atau fase Alex Turner menemukan budaya Amerika
Di Suck It and See, Turner meninggalkan Humbug yang melankolis dan juga Alexa Chung, dan mulai hobi mengendarai motor dan kerap mengenakan jaket kulit. Untuk menemani semangat bikernya, dia memilih model rambut klimis disisir ke belakang dan suara vokal bersenandung yang berat, masuk ke fase Amerophile yang sangat didukung oleh Josh Homme. Tidak ada lagi ruang untuk rambut bob ala Paul McCartney: hanya ada gitar agresif, aksen Amerika, dan rock 'n' roll yang mengingatkan kita akan gaya Turner yang lama dan film Submarine. Tidak jelas apakah musiknya terpengaruh oleh gaya rambut Turner, atau sebaliknya, tapi jelas ada perubahan dalam dirinya. Buktinya? Dia mulai sering menggunakan sisir.
2013: AM dan selamat tinggal selamanya ke benua Eropa
AM adalah album dewasa di mana Alex Turner membalas dendam terhadap siapapun yang menganggapnya sebagai bocah kutu buku kurus, dan mengubah dirinya menjadi bad boy yang hanya mau minum whiski. Kini jambulnya memiliki nyawa sendiri dan ketika tidak mengenakan koleksi jaket kulit, dia mengenakan kostum putih ala Elvis Presley. Di akhir era ini, Turner bahkan tidak malu mengenakan sepasang loafers, dan mungkin memberi kita petunjuk akan inkarnasi dia berikutnya. Apa kira-kira destinasi berikutnya bagi seniman menawan dan bunglon ini? Apakah album baru Arctic Monkeys akan menampilkan Paul Anka ataukah Alex akan berubah haluan lagi ke ranah yang kita tidak duga?