Berkat Album ‘Four Minute Mile’, Genre Emo Jadi Seperti Sekarang

FYI.

This story is over 5 years old.

Sejarah Emo

Berkat Album ‘Four Minute Mile’, Genre Emo Jadi Seperti Sekarang

Debut The Get Up Kids yang rilis 1997 ini mengangkat topik patah hati remaja dan kebosanan tinggal di kota kecil. Dua tema itu nantinya menjadi ciri khas genre rock 'remaja poni lempar'.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Kejayaan grunge mulai memudar memasuki 1997. Segerombolan band baru membawa musik rock ke arah penulisan lirik yang lebih jujur dan emosional. Sadar atau tidak, mereka membangun pondasi bagi jenis musik yang nantinya disebut emo. Maka, dalam seri artikel '1997: The Year Emo Broke' awak redaksi kami menyelami album-album yang membuat genre emo meraih popularitas lebih luas di kancah musik mainstream awal Abad 21.

Iklan

Para penonton yang masih nampak semangat berhamburan keluar dari venue The Door, pinggiran Kota Dallas menjelang akhir penampilan The Get Up Kids. Saat itu September tahun 2000. Ratusan penggemar di luar tidak berhasil mendapat tiket. Banyak penonton dari dalam venue harus keluar sebelum terkena dehidrasi. Sebagian malah terpaksa dilarikan tim medis ke RS. Sambutan hangat publik Dallas buat The Get Up Kids sangat mengejutkan. Biarpun Jimmy Eat World adalah band yang lebih dikenal, di panggung malam itu mereka tidak mendapatkan reaksi yang sama riuhnya. Bersama Saves The Day, The Get Up Kids sukses mengangkat reputasi label rekaman mereka: Vagrant Records. Kedua band itu mengusung jenis musik pop punk yang sangat mudah dicerna—sampai personel The Get Up Kids sempat meminta maaf karena merasa ikut membidani lahirnya genre yang kontroversial: emo. Bagi subgenre emo, meraih perhatian generasi muda—dan pasar musik yang lebih luas—awal Abad 21 adalah saat-saat menjelang popularitasnya menyebar ke seluruh dunia.

Album debut The Get Up Kids, Four Minute Mile (1997) penuh lirik berkisah seputar patah hati remaja dan kebosanan tinggal di kota kecil. Seperti banyak band emo lainnya, The Get Up Kids terinspirasi kehidupan suburban dan tragedi pacaran anak SMA/kuliah. Album berdurasi 28 menit ini sukses menangkap kegalauan remaja muda yang tidak sabar ingin meninggalkan rumah lalu melihat dunia. Biarpun kualitas produksinya tidak sempurna dan penulisan lagunya jauh dari matang, Four Minute Mile harus diakui sebagai album yang menempatkan The Get Up Kids sebagai peletak pondasi sound masa depan emo. Saat banyak band seangkatannya mendaur ulang tema lirik yang sama di album-album berikutnya, The Get Up Kids justru berevolusi sesuai umur para personelnya. Keputusan mengubah haluan musik inilah yang menurut banyak orang sebut menjadi alasan mereka tidak pernah benar-benar mencapai sukses besar seperti band emo lain.

Iklan

The Get Up Kids dibentuk1995 di Kansas City, Negara Bagian Missouri. Semua anggota band ini ngebet ingin tur, termasuk drummer kedua mereka, Ryan Pope (16 tahun), yang harus mengatur jadwal sekolahnya agar band bisa terus jalan. Setelah merilis beberapa vinyl 7", label Doghouse Records menawarkan uang muka US$4.000 buat merekam album debut mereka. Mengingat Pope masih duduk di bangku SMA, The Get Up Kids terpaksa melakukan sesi rekaman maraton di Chicago. Begitu Pope lulus, mereka langsung melangsungkan tur nasional pertama bareng Braid.

Begitu Four Minute Mile dirilis, The Get Up Kids langsung mendapatkan perhatian besar, sampai-sampai mereka mengalahkan populeritas Braid yang lebih senior. Tidak sulit memahami kenapa banyak penonton pada masa itu menyukai band belia ini. Prinsip bermusik The Get Up Kid relatif sederhana: "menulis lagu galau yang bisa dijogetin." Formula ini terbukti sangat diminati oleh generasi muda yang masih mabuk cinta—banyak band lain yang lebih sukses di genre ini tidak bisa melakukan hal yang sama, atau mau masuk ke ranah itu.

Bagaimanapun, mutu rekaman memang jelek sekali. Four Minute Mile adalah korban proses mastering yang datar dan kualitas produksi biasa-biasa aja. Untunglah reaksi yang mereka dapat tetap luar biasa. Sound yang terkesan mentah menambah sentuhan punk organik, dan memberi gambaran bagi pendengar seperti apa The Get Up Kids jika tampil live. Kadang, vokal di album ini terkesan memantul ke dinding studio, membuat pendengar berkesempatan lebih intim terhubung sama lirik yang dinyanyikan.

Iklan

Di lagu "Don't Hate Me," vokalis Matt Pryor menyuarakan lirik sederhana yang bisa ditulis bocah berumur 16 tahun manapun. "Oh Amy, don't hate me / for running away from you… I'm sorry I can't be everything to you / your place is at the heart of what I do / everything's for you." Penggunaan synth di lagu ini juga nantinya akan menjadi ciri khas band di album-album berikutnya. "Stay Gold, Ponyboy," yang judul lagunya merupakan referensi dari The Outsiders (dan Robert Frost), membahas masa remaja dan pahitnya rasa kehilangan.

Mungkin kualitas paling luar biasa dari album ini adalah biarpun hanya berdurasi 28 menit, album ini tidak terasa seperti 11 lagu punk pendek yang ditulis ngasal dalam waktu singkat. Album Four Minute Mile terasa bervariasi. Mendengarkannya dapat membawa pendengar berpetualang melalui berbagai macam dinamika dan emosi. Four Minute Mile diakhiri nomor penutup "Michelle With an L," anthem enam menit yang perlahan-lahan dibangun menuju klimaks, lantas menutup album secara epik.

Bersama band macam Lifetime atau Hot Water Music, The Get Up Kids mengembangkan sound yang nantinya bertanggung jawab membentuk karakter khas emo dekade 2000-an. Band-band inilah yang meneruskan sound Jawbreaker. Dengan cara mereka sendiri, band proto-emo tersebut berkontribusi membentuk jenis musik yang nantinya akan menguasai tangga lagu arus utama. The Get Up Kids bukanlah band pertama yang mengkombinasikan punk dengan sound gitar twinkly dan lirik penuh curahan hati. Setidaknya merekalah yang pertama kali berhasil menciptakan sound punk ringan untuk mengajak penonton bernyanyi bersama.

Iklan

Penjualan album Four Minute Mile tidak sebanyak Nothing Feels Good milik The Promise Ring. Lesunya penjualan sebetulnya lebih disebabkan oleh kesulitan yang dialami Doghouse Records untuk mendistribusikan dan merespons permintaan pasar. Nyatanya angka penjualan yang biasa saja sanggup menciptakan hype, yang akhirnya membuat banyak label memperebutkan kontrak album kedua mereka. Label legendaris macam Sub Pop dan Geffen sempat tertarik, namun The Get Up Kids akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan label manajer mereka, Vagrant.

Berkat momentum yang mereka raih dari Four Minute Mile dan tur tanpa henti, The Get Up Kids digadang-gadang menjadi salah satu band emo pertama yang menembus tangga lagu mainstream, dan sebetulnya mereka memang berhasil melakukannya. Kesuksesan mereka berlanjut ketika album Something To Write Home About dirilis. Album tersebut meraup banyak uang bagi Vagrant, dan membantu sound punk-emo kian dominan di AS—sebelum diekspor ke berbagai negara. Sayangnya, The Get Up Kids tidak pernah naik ke popularitas lebih jauh dibanding band-band emo lainnya.

Saat diwawancarai Popmatters, Pryor membahas alasan mereka menulis lirik yang semakin dewasa dan menjajal sound lain di album-album selanjutnya. The Get Up Kids tidak pernah terobsesi menyenangkan penggemar. Sebagian orang bilang itulah alasan mereka malah kalah populer dari The Used, A.F.I, atau Saosin. "Ketika saya berusaha menulis album seperti saat berumur 18 tahun, hasilnya pasti sampah. Kalau lagunya bagus, pasti nuansanya beda. Di satu titik anda hanya bisa berkata, 'Ya sori kalau elo gak suka.'" Itulah jalan yang mereka pilih. Seiring bertambahnya usia, mereka tidak bisa terus menulis lirik-lirik patah hati. The Get Up Kids memilih terus berkembang dan tidak menolak usia. Hasilnya, diskografi mereka mencerminkan sebuah band yang bertambah tua secara jujur.

Four Minute Mile merupakan potret dari sebuah band muda yang karirnya sempat terlihat bakal cemerlang. Kejujuran dari liriknya ditambah inovasi sound yang menjembatani punk dan emo membuat album ini salah satu pilar dalam sejarah musik emo. Mudah dimengerti kenapa banyak orang masih mencintai album ini. Berselang 20 tahun kemudian, album ini bilang dibilang sebuah mahakarya. Apabila The Get Up Kids hanya mengulang-ulang sound dan tema Four Minute Mile di album-album setelahnya, mungkin nilai warisan mereka bakal ternodai. The Get Up Kids bertahan lumayan lama dalam kancah musik AS, tidak mengulang tema lirik dan sound yang terbukti sukses, serta menghindari nasib menjadi band parodi mereka sendiri. Sesuatu yang layak dicontoh.

Eddie Cepeda adalah pemilik toko piringan hitam Mother of Pearl Vinyl serta penulis musik tinggal di New York. Follow dan ajak dia ngobrol soal musik via Twitter.