FYI.

This story is over 5 years old.

Panduan Memahami Kultus

Sekte Pemujaan Ekstrem Terus Berkembang dan Makin Sulit Diwaspadai

Mereka disebut 'aliran sesat', 'kumpulan orang aneh' dll. Dulu sih gampang menyadarinya. Sekarang 'cult' makin canggih mencuci otak anggota, buktinya ya ISIS. VICE ngobrol sama pakar mencari solusi agar kalian bisa menghindari bujukan aliran aneh.

Rekan-rekan kami dari VICE Australia merilis bermacam laporan tentang gerakan kultus pemujaan yang berkembang di berbagai negara. Simak cerita warga Queensland yang mengaku titisan Yesus atau sekte Jepang yang hendak meledakkan nuklir dalam seri Your 2017 Guide to Cults and Fringe Religions.

Ketika mendengar kata "cult" (alias kultus, sekte, atau kelompok pemujaan), jangan langsung kepikiran Jonestown, karakter Philip Seymour Hoffman di film The Master, atau malah Xenu, tuhannya penganut Scientology. Sekte sempalan berbasis agama ataupun ideologi tertentu enggak melulu berisi diskusi ide-ide ga waras atau ngobrolin artikel alien yang kamu baca tengah malam di Wikipedia. Kenyataannya cult masa kini jarang memaksa anggotanya memakai jubah atau bersumpah bunuh diri suatu saat nanti ketika komet besar melintasi orbit bumi. Cult sekarang bekerja dengan cara yang semakin canggih. Tanpa sadar kamu bisa saja kenal dengan seseorang yang sudah tergabung dalam kelompok pemujaan tertentu. Fenomena ini terjadi di berbagai negara.

Iklan

"Kelompok pemujaan sekarang jauh lebih samar, lebih diam-diam, dan lebih canggih dari yang orang-orang pikir," ungkap Ros Hodgikns, pendiri Yayasan Cult Information and Family Support Inc (CIFS), organisasi nirlaba yang memberi layanan konseling keluarga dan informasi mengenai bermacam sekte sempalan di Australia. "Mereka sekilas terlihat di mata orang luar seperti sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan."

Selama hampir tiga dekade berkerja sebagai seorang konsultan tentang topik cult, Hodgkins terbiasa dihubungi wartawan, ketika media butuh keterangan tentang kelompok pemujaan paling terkenal dan menyeramkan di Australia: Children of God. Kelompok ini punya julukan lain the Family. Dia tiap tahunnya menerima ratusan permintaan pertolongan dari korban kelompok pemujaan serta keluarga mereka. Orang-orang di CIFS akan memberitahu bahwa sebetulnya anggota cult tidak se-alig atau terang-terangan aneh, sebagaimana digambarkan budaya pop. Namun, kelompok macam ini masih sangat umum di kalangan masyarakat. Sebagian besar kegiatannya benar-benar kacau, membuat anggotanya mengalami gangguan psikologis yang parah (banget).

"Ketika orang membahas kelompok pemujaan atau sekte agama sempalan, kebanyakan pada mikir artinya ada kumpulan orang yang pergi ke suatu tempat terpencil, membuat suatu kelompok di tengah hutan, lalu semua anggota dipaksa menggunakan pakaian hippie macam Hare Krishna," kata Hodgkins. Fakta di lapangan berkebalikan. Gara-gara meningkatnya obsesi media dan publik terhadap kelompok pemujaan seperti kelompok Jonestown (yang pada dekade 70'an mengajak ratusan pengikutnya bunuh diri massal di Guyana), pengelola kultus sekarang menjadi lebih pintar agar bisa terus eksis. Para pemimpinnya sekarang membaur dengan masyarakat agar bisa terus narik orang supaya mau bergabung. Bahkan para pengikut ajaran Hare Krishna, menurut Hogdkins, "lebih sering memakai baju polos sekarang."

Iklan

Baca juga liputan VICE lainnya tentang fenomena penganut kultus:

Hodgkins bercerita alasannya tertarik memantau pergerakan kelompok minoritas macam ini. Pada awal 90-an, putrinya sempat direkrut sebuah kelompok pemujaan "Kristen" yang beroperasi di kampus-kampus. Organisasi itu rajin mengincar maba-maba gemes (dan lugu) dari kota kecil atau pedesaan yang merasa kesepian selama kuliah dan mencari teman. "Karena orang-orang kurang tertarik dengan ide dari bergabung suatu kelompok pemujaan atau semacamnya, kami sekarang mendapati undangan-undangan yang kesannya mengajak kalian mengikuti sebuah grup dibuat lebih keren dari luar," kata Hodgkins. "Kami menyebutnya taktik membangun citra 'asyik dari luar'."

Hodgkins mengatakan di Austalia saja terdapat ratusan kelompok pemujaan yang hingga 2017 masih rajin beroperasi. Secara kasat mata, banyak dari anggota kelompok semacam itu terlihat ramah. Namun di baliknya, mereka punya niatan yang patut diwaspadai. Paling ringan sih kriminal belaka, kayak memalak uang, membuat anggotanya diporoti terus selama bergabung. Tapi kelompok yang lebih ekstrem akan sampai menghalangi anggota berinteraksi dengan orang luar. Hodgkins bilang, kelompok macam ini selalu ada di setiap negara, dan semua orang, tak peduli apapun latar belakangnya, rentan direkrut. "Kita pernah suatu saat merasa terisolasi atau sedih," ujarnya. Di momen semacam itu, cult seakan memberi jawaban dan bersedia menjadi keluarga baru bagi calon anggotanya. Kunci dari menghindari bujukan bergabung dari kultus pemujaan adalah memahami bagaimana para pencuci otak ini beroperasi. Biasanya, kelompok pemujaan kontemporer akan mengajak anggotanya gabung, dengan cara menjanjikan mereka ajaran-ajaran tentang perbaikan diri atau bakti sosial—gak mesti pakai embel-embel spritualitas atau pemimpinnya mengaku titisan Yesus atau nabi baru super karismatik.

Iklan

"Ada beberapa kelompok cult yang biasa saja. Tapi yang bikin masalah adalah yang berusaha mengekang kebebasan anggotanya [untuk keluar]. Ibaratnya, kult yang penuh masalah seperti MLM memakai skema piramida. Supaya sukses naik ke level selanjutnya, kamu harus sukses mengajak anggota baru dan melaksanakan tugas yang diminta ketua sekte. Kalau gagal, semuanya akan terkesan sebagai salahmu," urai Hodgkis. "Dari situlah kemudian kamu akan merasa terputus dari segalanya."

Hodgkins menjelaskan kini internet menawarkan metode bervariatif bagi kelompok pemuja untuk merekrut anggota-anggota baru. Karenanya, CIFS sedang mencari cara untuk membantu teman dan anggota keluarga dari para pemuda teradikalisasi agar bisa 'hilang' dari dunia maya. CIFS menyoroti pola perekrutan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) sangat mirip dengan yang digunakan kelompok pemujaan lain di manapun. Hodgkins tanpa ragu menyebut ISIS, serta kelompok militan yang aktif menyuarakan propaganda lewat sosmed, sebagai kultus dalam bentuk berbeda. Definisi baru ini telah dibahas dalam konferensi European Federation of Centres of Research and Information on Cults and Sects (FECRIS), yang berfokus pada alasan terjadinya radikalisasi anak muda.

"Jika kita mempelajari ISIS, sebenarnya aktivitas organisasi teror itu sangat mirip dengan kelompok-kelompok pemujaan yang kalian temukan di festival New Age atau perkerutan online pemuja alien dan semacamnya," kata Hodgkins. "Anak-anak muda tertarik mengikuti mereka pada awalnya karena musik, persahabatan yang ditawarkan anggota lain, sehingga muncul sense of belonging. Lalu tanpa mereka sadari, kebebasan mereka terenggut, mereka diisolasi dari keluarga."

Iklan

Hodgkins menjelaskan kelompok pemujaan kontemporer sekarang sudah meninggalkan metode menahan anggotanya supaya tidak keluar seumur hidup. Walau demikian, aktivitas dan pola pemalakan sekte sempalan tetap berisiko menyebabkan kerusakan jangka panjang terhadap kebahagiaan seseorang. CIFS sudah biasa berinteraksi dengan bekas anggota kelompok pemujaan yang mengidap masalah kejiwaan parah, dan beberapa berujung bunuh diri. "Itu sangatlah umum," kata Hodgkins.

"Sekarang, kebanyakan kelompok pemujaan anggotanya bisa keluar lebih mudah. Tapi ketika mereka pergi, justru mereka akan merasa seperti tersesat. Sebab, minimal mereka sudah menyerahkan diri, harta, dan kebebasannya untuk waktu cukup lama," kata Hodgkins. "Sehingga ketika mereka pergi, mereka jadi sulit bertahan hidup di masyarakat. Keterikatan bekas anggota pada kultus mereka bisa menyebabkan masalah yang besar, baik dari segi psikologis maupun faktor-faktor lain."

Walaupun kita biasanya menanggap anggota kelompok pemujaan sebagai seseorang yang sudah ga waras atau tercuci otak, Hodgkins mengatakan sebenarnya para pengikut organisasi macam ini masih bisa mikir lho. Akan ada satu titik mereka mempertanyakan sang ketua atau tindakan anggota-anggota lainnya yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai pribadinya. Tentu saja, kalau kultus itu termasuk ekstrem, mereka terancam dikucilkan atau diasingkan.

Jika ada teman atau keluargamu yang menjadi korban aktivitas kelompok pemujaan tertentu, sangat penting bagi kalian agar terus menunjukan rasa kasih sayang dan menjaga hubungan serta komunikasi secara berkala. "Bebaskan mereka berbicara tentang pengalamannya dengan kelompok yang mereka ikuti itu, sambil menyentil dengan pertanyaan-pertanyaan. Jangan terlalu menggurui, tak perlu ngotot memberitahu apa yang harus mereka pikirkan. Tunjukan mereka cinta tanpa syarat lebih dulu, supaya mereka mau membuka diri," kata Hodgkins.

Dunia kini semakin gila saja. Ancaman bisa mengintai bagi mereka yang tak waspada saat berselancar di Internet. Intinya sih, berkat dunia maya, cuci otak malah lebih gampan dilakukan. Tentu kita ingin menghindari kelompok macam Jonestown yang akhirnya bunuh diri massal. Tapi, jangan salah, gabung forum diskusi online yang percaya kalau Candi Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman juga tak kalah menyeramkan, kalau terus diikuti saban hari. Begitu juga saat kalian tahu ada teman atau saudara yang hobinya tiap hari cuma nontonin video-video bumi datar melulu via Youtube. Jangan salah, sudah ada cult seram yang berkembang luas hanya mengandalkan Youtube lho.

"Kita sekarang harus memahami makna cuci otak dari aspek yang lebih luas, bukan hanya mematok pada kegiatan kelompok pemujaan yang gila dari masa lalu," kata Hodgkins. "Kita harus bisa mengerti bagaimana caranya agar tidak direkrut, sehingga mereka tidak menjadi kuat."

Follow Kat di Twitter. Tenang. Dia tidak tertarik gabung sekte atau kelompok pemujaan tertentu.