Inilah Sosok 'La Comadre', Bos Perempuan Kartel Narkoba Meksiko Kesohor

Setelah dia ditangkap polisi, anak-anaknya tewas dibunuh. Sebelum Irene Fajardo Campos alias Jenca, tak ada perempuan lain menguasai pucuk pimpinan tertinggi kartel di Meksiko
​Luz Irene Fajardo Campos alias 'La Comadre', Bos Perempuan Kartel Narkoba Meksiko Kesohor
Luz Irene Fajardo Campos. Foto diambil dari dokumen pengadilan Amerika Serikat.

Perempuan Meksiko satu ini dikenal sebagai “La Comadre”, “La Madrina” dan “La Doña”, kata-kata yang berarti bos perempuan dalam bahasa Spanyol.

Di antara rekan-rekannya, dia lebih akrab dipanggil Jenca. Nama itu tertera di barang dagangannya yang dikirim ke Amerika Serikat.

Bernama lengkap Luz Irene Fajardo Campos, dia dijatuhkan hukuman 22 tahun penjara di AS karena memimpin jaringan narkoba internasional bersama anak laki-lakinya. Jaksa AS menyatakan mereka mengimpor kokain dari Kolombia, lalu mengedarkannya ke Amerika Serikat. 

Iklan
Dokumen pengadilan menampilkan foto kokain yang dikemas dalam plastik bertuliskan Jenca.

Dokumen pengadilan menampilkan foto kokain yang dikemas dalam plastik bertuliskan Jenca.

Kasusnya bertentangan dengan gambaran perempuan di industri obat-obatan terlarang, serta menunjukkan kekuasaan dan otonomi mereka semakin berkembang dalam perdagangan narkotika internasional. Selama ini, perempuan menyandang status sebagai istri atau pacar bos kartel, pembunuh seksi yang belum pernah ada sebelumnya, atau korban pemaksaan.

“Sama seperti peran perempuan yang tumbuh dalam bisnis sah karena telah membuktikan kemampuannya, tren yang sama terjadi di dunia narkoba,” ujar Bonnie Klapper, pengacara kriminal yang telah mewakili sejumlah pengedar narkoba perempuan terkemuka.

Dalam persidangan Fajardo di Washington pada 27 Juli 2021, pejabat AS menyatakan mereka telah “memotong kepala ular”.

“Pengedar narkoba seperti Fajardo Campos mengobrak-abrik tatanan masyarakat. Dia meraup jutaan dolar dengan mendorong ribuan kilo racun ke bangsa Amerika serta memicu kekerasan dan kejahatan di seantero negeri. Keadilan akhirnya ditegakkan hari ini,” Cheri Oz dari Divisi Lapangan Phoenix Penegak Hukum Narkoba AS (DEA) menegaskan.

Ada konsekuensi yang lebih besar bagi Fajardo setelah ditangkap di bandara internasional Bogota, Kolombia pada April 2017.

Iklan

Dua putranya tewas dibunuh di Hermosillo, Sonora, yang bertetanggaan dengan Sinaloa. Mereka diculik dan dimutilasi. Menurut narasumber yang meminta agar namanya dirahasiakan, potongan jasad mereka ditemukan hangus terbakar dalam sebuah kendaraan.

Berkas pengadilan menjelaskan, kesehatan mental Fajardo memburuk sejak mendekam di tahanan. Entah alasannya karena kematian anak-anaknya atau bukan. Pembunuhan itu kemungkinan merupakan peringatan dari Kartel Sinaloa agar dia tidak membantu penegak hukum AS dalam penyelidikan terhadap pengedar narkoba lainnya di Meksiko.

Jika benar itu sebuah peringatan, maka mereka sukses mengancamnya. Fajardo mengaku tidak bersalah dan diadili.

“Setelah kejadian yang menimpa anak-anaknya, Luz mengorbankan diri dengan menghadiri pengadilan,” pengacara Robert Feitel memberi tahu VICE World News.

Orang tua dan saudara Fajardo masih hidup di Sinaloa.

“Siapa juga yang mau membahayakan keluarga mereka setelah melihat kedua anaknya diculik dan dibunuh? Tak ada yang mau melakukan itu,” kata Feitel.

Bisnis Kartel Sinaloa terus berkembang pesat meski otak di baliknya, Joaquín “El Chapo” Guzmán, menjalani hukuman penjara seumur hidup di AS. Sebagian besar orang yang menjebloskannya ke penjara masih bisa menghirup udara bebas, termasuk rekannya sendiri Ismael “El Mayo” Zambada, putranya yang bernama Jesús Alfredo Guzmán Salazar “Alfredillo”, dan putra-putra lainnya yang aktif dalam peredaran narkoba.

Iklan

Jaksa AS masih tertarik menangkap target utama itu dan juga lainnya. Penangkapan pengedar narkoba yang punya koneksi dengan mereka berpotensi memberi petunjuk dan bukti terhadap kasus mereka.

Fajardo lahir di desa Cosala, tak jauh dari kawasan Segitiga Emas Meksiko yang terkenal akan budidaya mariyuana dan opium heroin. Dia dibesarkan di lingkungan pengedaran narkoba. Dia belajar untuk menjadi pengacara, tapi akhirnya berkecimpung di bisnis narkotika.

Menurut dakwaan terhadapnya, dari Kolombia, dia melewati jalur Panama dan Ekuador hingga akhirnya sampai di Meksiko. Di luar kesibukannya menerbangkan berkilo-kilo kokain dari Honduras ke Meksiko dan membantu pengemudi menghindari pemeriksaan di Tucson, Arizona, dia suka ngobrol tentang anak cucu dengan rekan kriminalnya.

Belum lama ini, Guadalupe Fernandez Valencia alias “la Patrona” juga menghadapi tuntutan di AS. Pada 2019, dia mengaku bersalah atas tuduhan pencucian uang dan peredaran narkoba, serta bekerja untuk Guzmán. Dia hanyalah satu contoh dari sekian banyaknya perempuan yang berperan penting di dunia kejahatan terorganisir Amerika Latin.

“Perempuan sama-sama kuat, kejam dan terorganisir seperti laki-laki. Dan mereka diremehkan masyarakat pada tingkat tertentu,” tutur Feitel.

“[Fajardo] tak ada bedanya dengan pengedar lain. Hanya saja dia perempuan,” Klapper menimpali.

“Banyak pengedar laki-laki yang lebih menyukai perempuan serius karena mereka percaya perempuan harus bertanggung jawab, tidak mengonsumsi produk, dan dapat dipercaya karena lebih memperhatikan keselamatan anak-anaknya.”