Coronavirus

Takut Terinfeksi Corona, Lelaki Amerika Tewas Menenggak Cairan Pembersih Akuarium

Dia dan sang istri mengira produknya sama seperti obat yang disebut Presiden Trump "manjur" mengatasi gejala COVID-19.
Karyawan memeriksa obat klorokuin fosfat yang diproduksi kembali setelah 15 tahun terhenti.
Karyawan memeriksa obat klorokuin fosfat yang diproduksi kembali setelah 15 tahun terhenti. Foto via Getty Images

Awal pekan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim obat malaria klorokuin berpotensi menyembuhkan COVID-19. Dan kini, lelaki Arizona meninggal dunia setelah dia dan istri menenggak cairan pembersih akuarium. Sang istri berhasil diselamatkan dan masih menjalani perawatan.

Pasangan suami istri berusia 60 mengira cairan pembersih kolam koi itu sama seperti obat yang disebut “manjur” oleh Trump.

Iklan

Pihak rumah sakit Phoenix menyatakan produk tersebut mengandung bahan aktif klorokuin fosfat. Sang istri sempat kritis setelah menenggaknya.

Pemerintahan Trump melihat obat klorokuin sebagai pengobatan potensial COVID-19 yang belum terbukti, tetapi tidak ada laporan warga mencoba bikin sendiri obatnya dari zat-zat yang kedengaran serupa. Manfaat obat versi farmasinya bahkan perlu dibuktikan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menyembuhkan pasien coronavirus di AS.

Pasien keracunan itu memberi tahu NBC News, mereka sudah lama punya cairan itu saat presiden menyinggung soal klorokuin dan hidroksiklorokuin. Takut ketularan coronavirus, mereka akhirnya meminum cairan pembersih tanpa konsultasi ke dokter sama sekali. Produk itu dikira sama saja dengan obat malaria dan lupus. Menurutnya, dia dan suami mencampurkannya dengan cairan lain.

“Saya melihat produk itu di rak dan berpikir, ‘Ini sama kayak yang diomongin di TV, kan?’” ungkapnya kepada NBC News.

“COVID-19 dipenuhi ketidakpastian, sehingga kami maklum kenapa orang melakukan ini-itu supaya tidak tertular atau sembuh. Akan tetapi, tidak sepatutnya mereka mengobatinya sendiri,” terang Daniel Brooks selaku direktur medis di Banner Health Poison and Drug Information Center, Phoenix. “Di situasi seperti sekarang ini, kami tidak mau unit darurat kewalahan menangani pasien yang membahayakan kesehatan mereka sendiri karena mencoba-coba solusi berbahaya.”

Meski memiliki keberhasilan terbatas dan anekdotal dalam mengobati subjek penelitian yang terserang coronavirus di Korea Selatan, Prancis dan Tiongkok, belum ada cukup bukti obat klorokuin dapat membendung pandemi global.

Walaupun begitu, orang-orang yang gampang percaya berita miring pasti sudah keburu tertarik mencoba klorokuin. Menurut Wall Street Journal, obatnya kian menipis di negara-negara Afrika usai diborong. Klorokuin banyak diperjualbelikan karena sering terjadi malaria di sana. Pejabat kesehatan Nigeria melaporkan, rumah sakit di negara itu dibanjiri pasien keracunan klorokuin.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.