Pandemi Corona

WFH Akibat Corona Mulai Berdampak Bagus buat Lingkungan, Tapi Cuma Sebentar

Pemerintah di berbagai negara bakal segera melonggarkan regulasi untuk menghidupkan kembali ekonomi yang anjlok. Polusi dan emisi karbon akan melonjak lagi.

Kualitas udara di sejumlah negara memang menjadi lebih bersih sejak karantina wilayah (lockdown) diberlakukan. Polusi berkurang karena pabrik-pabrik ditutup dan mobil jarang keluar. Akan tetapi, efek “positif” corona hanya akan berlangsung singkat hingga pemerintah kembali memperbaiki perekonomian yang terpuruk.

Tingkat nitrogen dioksida di Provinsi Hubei, Tiongkok, turun 40 persen selama isolasi berlangsung. Namun, bisnis telah dibuka kembali sekarang, yang berarti polusinya akan naik lagi. Hal ini bisa semakin diperparah oleh rencana Tiongkok menghidupkan kembali ekonomi. LSM Global Energy Monitor melaporkan Tiongkok telah menyetujui peningkatan kapasitas tenaga batu bara bulan lalu. Jumlahnya lebih besar daripada 2019.

Iklan

Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) di Amerika Serikat telah menangguhkan persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan jika mereka mengutip pandemik. Pemerintah AS juga menurunkan standar emisi Obama, mematikan kebijakan perubahan iklim terpenting pemerintah federal. Pekan lalu, kongres AS menandatangani kesepakatan bailout yang membantu maskapai-maskapai berbahan bakar tidak efisien sembari mengendurkan bisnis tenaga angin dan surya yang kian berkembang.

“Jumlah ladang angin yang dibangun [di AS] hampir memecahkan rekor,” kata Tom Kiernan, CEO American Wind Energy Association. “Kehadiran COVID-19 akan sangat mengganggu.”

VICE News mewawancarai Kiernan untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh pandemi corona terhadap masa depan energi terbarukan dan iklim dunia. Tonton dokumenternya di tautan awal artikel ini.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News