AI

Pemerintah dan Guru Mulai Memerangi Pemakaian ChatGPT di Sekolah

Dinas Pendidikan Kota New York jadi salah satu yang pertama memblokir akses ChatGPT. Chatbot milik OpenAI itu rentan disalahgunakan peserta didik.
pemakaian chatgpt untuk membuat tugas esai pelajar dilarang sekolah
FGetty Images

Departemen Pendidikan Kota New York mengonfirmasi, Selasa (3/1) waktu setempat, pihaknya telah memblokir akses ChatGPT di sekolah-sekolah di kota tersebut. Chatbot berteknologi AI ini mampu merangkai kata-kata hingga mirip tulisan manusia sungguhan, sehingga dikhawatirkan akan meningkatkan ketidakjujuran dalam kegiatan akademik.

Dilansir Chalkbeat New York, guru hingga murid tidak akan bisa mengunjungi ChatGPT melalui jaringan internet dan gawai yang tersedia di sekolah. Akan tetapi, pihak sekolah dapat meminta akses chatbot jika keperluannya untuk mempelajari mekanisme kecerdasan buatan dan teknologi canggih lainnya.

Iklan

“ChatGPT bisa berpengaruh buruk terhadap kemampuan belajar siswa, serta ada potensi kontennya tidak aman dan akurat. Untuk menanggapi ini, kami akan membatasi akses ChatGPT di seluruh sekolah negeri Kota New York,” terang juru bicara Jenna Lyle kepada Motherboard. “Alat ini memang bisa memberikan jawaban dengan cepat, tapi kegunaannya tak mampu melatih kita berpikir kritis dan memecahkan masalah. Dua keterampilan ini sangat penting untuk mencapai kesuksesan.”

ChatGPT telah menuai pro kontra sejak dirilis OpenAI pada November lalu. Ada yang terpukau dengan karya tulis chatbot, ada juga yang khawatir teknologi ini akan mengikis kreativitas manusia. Pada kenyataannya, ChatGPT tidak sehebat itu. CEO OpenAI sendiri bahkan mengatakan chatbot punya banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. “Wawasan ChatGPT sangat terbatas, tapi bisa menciptakan kesan kehebatan yang keliru,” demikian bunyi twitnya bulan lalu. “Tidak seharusnya alat ini digunakan untuk mengerjakan hal-hal penting.”

Namun, para pengajar telanjur kalang kabut setelah membaca tulisan ciptaan AI. Kepada Washington Post, mereka menyampaikan kekhawatirannya tentang keberadaan chatbot. Mereka takut alat ini akan menumbuhkan kebiasaan menyontek pada peserta didik.

Baru-baru ini, New York Times mengajak sejumlah penulis dan pendidik untuk meninjau contoh tulisan manusia dan hasil ChatGPT. Hasilnya, tidak ada yang bisa membedakan keduanya.

Motherboard telah meminta OpenAI untuk berkomentar, tapi tidak ada tanggapan.