Stereotipe Profesi

Kami Bicara Dengan Bidan Soal Anggapan Pelaku Profesi Ini Sering Menikah dengan Tentara

Stereotipe "kegandrungan" bidan pada lelaki berseragam rutin jadi meme. Kenapa perempuan berprofesi sebagai bidan diasumsikan tertarik sama tentara/polisi? Ini jawaban dua bidan pada kami.
Kami Bicara Dengan Bidan Soal Anggapan Mereka Sering Menikahi Tentara
Ilustrasi profesi bidan [kiri] dari foto Justine Gerardy/AFP; ilustrasi personel TNI oleh Arif Putra/Wikimedia Commons/lisensi CC 4.0

*Ralat redaksi: Versi awal artikel ini direspons dengan keberatan sekaligus hak jawab dari Ikatan Alumni Bidan Universitas Padjajaran. Salah satu poin keberatan ada pada judul awal "Kami Ngobrol Sama Bidan, Soal Alasan Mereka Tak Keberatan Dicap Suka Menikahi Tentara" dinilai para bidan menggeneralisir. Dari evaluasi redaksi, jumlah narasumber bidan yang diwawancarai tidak proporsional, berdampak pada judul yang terkesan bombastis dan bias gender, sehingga kami sepakat menyunting ulang artikel ini, menjadi judul seperti yang nampak sekarang, pada Jumat (15/5), pukul 13.45 WIB. Keberatan lain terkait foto utama, yang digunakan tanpa izin memadai. Atas praktik pemilihan foto oleh tim kami yang tidak hati-hati, redaksi VICE meminta maaf. Foto awal tersebut untuk semua platform telah dicabut, diganti dengan kolase ilustrasi. Hak jawab Mira Maryani Latifah, mewakili Ikatan Alumni Bidan Unpad, turut kami muat dalam beberapa bagian artikel yang telah disunting ulang ini, dengan format dalam kurung dan dimiringkan.

Iklan

Ada satu lelucon pengguna Internet Indonesia yang selalu muncul dan tidak kunjung basi: stereotip mayoritas bidan yang dinilai lebih suka pacaran atau menikah sama lelaki berseragam dan bersenjata, entah itu tentara tau polisi. Diskusi ini kemudian memantik beberapa bidan angkat bicara. Meski tidak semuanya berselera tentara, namun ada pula bidan yang mengakui stereotipe tersebut tidak sepenuhnya keliru.

Selain berpasangan dengan tentara, bidan kerap dianggap suka memacari polisi, ya pokoknya profesi yang berseragam-berseragam lah.

(*Hak jawab Mira Maryani dari Ikatan Alumni Bidan Unpad: "Istilah 'bidan suka dicap menikahi tentara' agaknya kurang tepat karena pernikahan itu didasarkan kepada kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan.")

Kami lalu penasaran, apa sih kelebihan polisi dan tentara sampai ada pandangan bahwa mereka idaman para bidan?

Stereotip ini didukung sama media sosial dengan kemunculan tagar #bidantentara atau #bidanpolisi di sejumlah unggahan.

(*Hak jawab Mira Maryani dari Ikatan Alumni Bidan Unpad: "Berdasarkan data Kementrian Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia jumlah bidan di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 357.732 orang. Sehingga sangat tidak tepat sampel yang amat sedikit tetapi dianggap mewakili populasi.")

Mulanya kami bertanya kepada akun Twitter @txtdariorangberseragam, yang punya andil kembali memunculkan keramaian diskusi soal stereotip tentara & bidan di medsos. Siapa tahu, admin pernah nerima curhatan mindblowing yang menjawab misteri ini. Rupanya si admin menganggap akar stereotip itu cukup sulit dipecahkan.

Iklan

"Kalau cerita tentang bidan didekati tentara/polisi yang masuk di DM akun ini sih untuk saat ini masih sedikit, kebanyakan isi DM berisi tentang sakit hati terhadap orang-orang berseragam. Tapi ada juga yang berisi tentang keanehan perilaku-perilaku beberapa oknum berseragam di Indonesia."

Meski demikian, ada beberapa DM dari follower @txtdariorangberseragam yang perempuan (dan asumsinya berprofesi sebagai bidan/perawat) sempat berbagi alasan lelaki berseragam menarik hati mereka. Berikut di antaranya:

  • "[Tentara atau polisi sudah pasti] postur gagah, ditambah seragamnya bikin melting."
  • "Aku tipikal orang yang suka LDR. Soalnya kalau sering ketemu rawan ribut."
  • "Dia sama negara aja tanggung jawab, apalagi sama keluarganya."
  • "Jadi istri 'abdi negara' itu ada organisasinya. Itu bermanfaat banget, daripada gabut di rumah ngurus anak doang, bisa ikut perkumpulannya."

Wah, jadi makin penasaran nih. Maka, kami menghubungi Rena Satria, seorang bidan berusia 27 tahun. Ia sehari-hari bekerja di Klinik Satria, Yogyakarta. Saat ditanya soal stereotip bidan-tentara, Rena tidak menyanggahnya.

"Memang benar sih, banyak saya jumpai teman saya yang berpacaran dengan polisi atau tentara. Tapi enggak sedikit juga yang memilih enggak mendekati mereka. Kalau saya sih kurang tertarik,” kata Rena kepada VICE. Rena merasa, tren asmara bidan dan tentara disebabkan tidak hanya karena profesi dan seragam keduanya, melainkan juga berkat atribut-atribut yang dimunculkan profesi tersebut.

Iklan

"Kita bicara dulu tentang perempuan, kebanyakan perempuan menyukai pasangan yang teratur, bersih, rapi, tampan, proporsional, dan mapan, ya kan? Secara garis besar, kita bisa temukan semuanya dalam profesi tentara atau polisi," kata Rena, saat menjelaskan alasan klasik bidan bisa kepincut pria berseragam.

Sebaliknya, ada stereotip bahwa bidan pastilah sosok yang cantik, keibuan, dan rendah hati, atau dalam istilah yang Rena pakai: istri-able. Lantas, kenapa tentara atau polisi enggak mendekati dokter perempuan yang sama-sama tenaga kesehatan?

Di sini persoalan kelas sosial berpengaruh. Dokter perempuan dipandang sebagai anggota keluarga kelas atas, sementara bidan dikategorikan sebagai kelas menengah. Dengan begini, para tentara merasa lebih punya peluang untuk mendapatkan hati seorang bidan dibanding dokter.

"Polisi atau tentara adalah sosok yang tertata, teratur, disiplin, bersih, dan rapi. Mereka melihat hal serupa pada diri seorang bidan. Ini pengamatan saya saja, tapi tentara yang berseragam suka melihat bidan yang berseragam juga. Tapi kenapa enggak dokter? Ya itu tadi, kelas menengah," jelas Rena.

(*Hak jawab Mira Maryani dari Ikatan Alumni Bidan Unpad: "Atas dasar apa penulis dengan jelas mengklasifikasikan status sosial suatu profesi. Di lingkungan saya, beragam profesi dan jenis pekerjaan ditakdirkan menjadi pasangan bidan (pengusaha, teknisi, banker, guru, dokter, perawat, apoteker, teknik sipil, tentara, polisi, pegawai swasta, dosen, pegawai BUMN dll). Atas dasar sumpah profesi yang kami khidmatkan, kami akan selalu berupaya untuk menunjukkan sikap kolaborasi, meninggalkan ego profesi, tidak menilai pasien dari status sosial atas nama kemanusiaan. Karena menurut hemat kami diferensiasi itu harus horizontal bukan vertikal, dengan siapapun.")

Iklan

Leli, 30 tahun, bidan lain yang VICE hubungi, menganggap pola asmara tentara-bidan terjadi karena faktor keterampilan dan kepastian masa depan. Menurutnya, tentara tertarik kepada bidan karena kemampuannya yang dianggap terlatih dan mandiri, sedangkan bidan tertarik kepada tentara karena punya masa depan yang terjamin.

Leli juga mengajukan alasan yang sangat menarik, bahwa tentara atau polisi memilih perempuan bidan sebagai istri karena terlatih dan mandiri. Jadi, ketika suami pergi bertugas, si istri bisa bertahan hidup sendiri.

"Beberapa orang yang saya kenal memang kebanyakan cenderung memilih profesi berseragam gitu, mungkin alasannya masa depannya pasti. Kebanyakan bidan dianggap terlatih dan mandiri oleh tentara/polisi. Jadi, apabila sewaktu-waktu ditinggal untuk bertugas oleh pasangan tidak panik," kata Leli kepada VICE.

Selain pandangan tersebut, pengaruh luar diri macam tren dan kelompok pertemanan juga memiliki pengaruh. Gara-gara stereotip yang mengakar, bidan-bidan muda lebih mudah dibujuk untuk memiliki pola pikir serupa pendahulunya yang doyan tentara/polisi.

Rena bercerita setiap ada bidan yang dekat atau pacaran sama polisi/tentara, biasanya teman-teman sang bidan langsung heboh dan melontarkan kalimat macam, "Wah, pacaran dengan polisi" atau "Wah, calonnya tentara nih" yang melanggengkan stereotip tersebut.

"Bahkan, ada temen saya yang bilang 'Kalau dapat angkatan [tentara/polisi] kan bagus, entar nikahan pakai 'pedang pora'. Teman saya nikah sama polisi karena itu, meski akhirnya cerai. Ya gitu, karena ngikutin tren nikah muda, lalu pengen 'di-pedang pora-in'. Akhirnya cepat-cepat nikah, tapi ternyata [setelah menikah] baru ketahuan belangnya," kata Rena.

Pada akhirnya, Rena mengamini bahwa budaya bidan menikahi tentara atau polisi masih ada sampai sekarang. Melihat lestarinya stereotip, enggak heran sekarang mulai bertebaran video tentara pamer kokang senjata buat unjuk kelebihan.