Yura Yunita, Warrenisyellow, Babirusa: Musik Lokal Terbaik untuk Menjaga Harapan

Yura Yunita, Warrenisyellow, Babirusa: Musik Lokal Terbaik untuk Menjaga Harapan

Pembaca sekalian rasanya sudah lelah diingatkan lagi betapa menyebalkannya 2020. Berbagai rencana personal pastinya berantakan, sekolah dan kuliah kini jadi sangat berbeda dan mengandalkan koneksi internet yang alakadarnya. Sementara bagi penghuni Ibu Kota semoga tabah menjalani PSBB Jilid II yang membuat mal dan tempat nongkrong kembali tutup.

Namun, bisakah kita tetap mempertahankan harapan? Kami yakin bisa. Sebab para musisi Indonesia yang jelas sangat terdampak pandemi terus berkarya, menghibur kita semua.

Videos by VICE

Menariknya, sepanjang Agustus hingga awal September karya-karya yang disajikan musisi terasa optimistis. Benang merah itu terasa dalam edisi “Soundchek” kali ini, yang memuat sepilihan lagu-lagu Indonesia terbaik versi VICE. Ada topik untuk menyemangati pendengar agar tetap percaya diri, ada renungan kontemplatif mengenai daya juang manusia, serta ada yang mengambil tema musim panas dan amat riang.

Genre yang diwakili tetap beragam, mulai dari pop, hip hop, hingga metal. Semua nama-nama yang muncul dalam playlist ini kami anggap menghadirkan gagasan yang kuat, baik dari lirik maupun musikalitasnya.

Redaksi VICE berharap pembaca sekalian tetap saling jaga dengan orang-orang yang terkasih menjelang masa-masa sulit di depan mata. Yakinlah, setiap badai pasti berlalu. Semoga playlist ini bisa menemani, syukur-syukur menghibur kalian, melewati semua onak dan duri kehidupan.


ELEGI DARKWAVE

Modern Approach – Pale and Rigid

Malang selalu memiliki bakat-bakat terpendam di berbagai front, termasuk darkwave. Modern Approach merupakan kelanjutan Ultraviolence, unit post-punk setempat yang kadung bubar sekalipun materinya menjanjikan. Lirik introspektif khas darkwave mengenai kehilangan sahabat yang dibawakan trio Bayu, Ary, dan Akbar ini bernuansa dreamy, hangat, tentunya penuh nada minor, serta masih bersahabat untuk peminat Depeche Mode atau The Cure. Berkabung rasanya tidak pernah terasa semenyenangkan ini.


ANTHEM SELF HELP

Yura Yunita – Hoolala

Yura Yunita berjodoh dengan balada. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun sejak melempar single “Harus Bahagia”, solois asal Bandung ini menunjukkan potensi bisa masuk lebih jauh ke teritori house/R&B. “Hoolala” membuktikan asumsi di atas tepat belaka. Dibantu Dipha Barus di ranah produksi, Yura menawarkan warna vokal yang lebih tebal, beat ceria, dan mantra penguat diri hoolala, yang dia pinjam dari khazanah bahasa Hawaii bermakna “to save”. Kegembiraan Yura dalam track ini dengan cepat menular. Sehingga dia sanggup meyakinkan pendengar, bahwa rasa insecure yang menggelayuti banyak orang di era medsos bisa dihabisi dengan cara jujur menjadi dirimu sendiri. Serta tak lupa, lawan balik semua energi negatif dengan kebaikan. Petuah ini tidak terasa menggurui sama sekali. Kalian bisa memutar “Hoolala” di manapun, meresapinya, dan yakinlah, kepercayaan dirimu akan melesat.


KEMENANGAN MANUSIA ATAS TEKNOLOGI

Erman & Turismo Avenue – False Neutral

Beragam track techno/post-club, yang bahkan tidak melibatkan distorsi, setahun belakangan di kolom komentar YouTube secara gampangan sering diringkus masuk daftar “cocok jadi soundtrack cyberpunk”. Mungkin itu dipengaruhi popularitas game Cyberpunk 2077 dan epigonnya bagi pendengar muda. Maka, ketika sebuah track berhasil menampilkan sekilas skenario hubungan rumit antara teknologi dan manusia, sekalipun tidak berpretensi menyuguhkan estetika perlawanan, rasanya amat menyegarkan. Salah satu track terbaik dalam kompilasi Moda Ekuator yang dirilis koalisi Dead Pepaya dari Jakarta ini masuk kategori track cemerlang semacam itu. “False Neutral” terutama bersinar terang menjelang menit keempat, karena kita tidak lagi sekadar disuguhi beat yang dingin, yang mengungkung sejak awal. Ada cuplikan melodi dan sampling vokal DJ yang membangkitkan harapan. Komposisi Erman dan Turismo Avenue ini bagaikan testimoni semangat perlawanan manusia terhadap situasi (dan teknologi) yang opresif.


ENERGI RIANG MUSIM PANAS

warrenisyellow & chasu – I NEED U, IN THE SUMMERTIME

Rasanya tidak tepat bila kita melabeli Warren Hui sekadar bagian dari gelombang soundcloud rapper lokal. Pemuda 18 tahun yang berbasis di Jakarta ini jelas punya sudut pandang penceritaan yang khas, serta kepekaan pada aransemen vokal yang tak biasa (plus kecerdasan visual saat mengarahkan sendiri video musiknya). Dia juga amat prolifik, sudah merilis dua EP dan satu album penuh kurang dari dua tahun. A Nayaka tentunya melihat bakat itu, saat mengajaknya collab di track “Curtains” yang membuat nama warrenisyellow semakin mencuat di kancah hip hop ibu kota. Single terbarunya, “I NEED U, IN THE SUMMERTIME” digarap bersama produser yang jadi kolaborator rutin, chasu, merupakan salah satu capaian terbaik Warren. Beat-nya progresif, benar-benar memuat esensi musim panas yang ceria dan bahagia, lengkap dengan tema cinta remajanya yang berbunga-bunga. Redaksi VICE berulang kali memutar lagu ini untuk mengingatkan, bahwa kita selalu bisa bersenang-senang sekalipun di rumah saja.


PROYEK INDUSTRIAL ROCK MUMPUNI

Helmproyek – Insulin

Helmproyek adalah veteran industrial rock yang sudah muncul di kancah Bandung sejak 1996, sempat menjadi cult berbarengan dengan Koil, dan pada 2020 kembali lagi sambil tetap menyeriusi subgenre yang popularitasnya memuncak di abad yang telah lewat, ketika NIN atau KMFDM masih merajai arena rock. Konsistensi ini menjadi kekuatan tersendiri dalam single terbaru mereka “Insulin”, dirilis oleh label Orange Cliff Records. Liriknya secara harfiah menampilkan pergulatan batin merespons keluarga yang menjelang ajal akibat komplikasi diabetes. Drum repetitif bertempo sedang, membawa kita pelan tapi pasti menuju crescendo lapisan riff gitar tebal. Teriakan “kurelakan kau mati” di chorus, seperti semua konsep industrial rock yang berhasil, membuat pendengar merasa seperti cyborg yang patah hati karena pertama kalinya mengenal kefanaan hidup.


SINEMATIK POP

Manusiawicara – Kisah Tuan & Puan

Kuartet dari Cikini ini baru merilis dua lagu sepanjang karirnya, dengan single kali ini amat kontras dari “Imajinasi” yang lebih terinspirasi swing/pop kreatif. Ada keunikan visi yang membuat mereka tidak terjebak klise aransemen indie pop sezaman. Secara lirik, terasa masih ada ambisi berlebih dari Manusiawicara agar “Kisah Tuan & Puan” terdengar amat romantis. Untunglah pertaruhan di babak kedua lagu ini patut dipuji. Terutama ketika saksofon masuk, duet vokal yang pas, disusul instrumen gesek mengantar pendengar tidak sekadar menikmati melankoli meneduhkan, melainkan turut menyaksikan cerita tragis antara dua insan yang digambarkan terpisah oleh perang. Karya-karya Manusiawicara selanjutnya amat kami nantikan.


MENYELAMI LAPISAN EMOSI MANUSIA

Rino – Disparity

Rino Darusman mengkomposisi “Disparity” selama momen swakarantina di Kota Melbourne, Australia. Dia mengaku berambisi menyajikan sound yang bisa menampilkan lapisan serta pola emosi manusia, yang selama berdiam di rumah terpaksa lebih mengakrabkan diri dengan teknologi (khususnya media sosial). Berkebalikan dengan ekspektasi awal bahwa hasilnya bakal cenderung gelap, “Disparity” terasa sangat manusiawi. Palet-palet ambient yang dia sajikan terjalin mulus dengan chord-chord piano melankolis.

Dalam progresi setelah menit kedua, ketika sampling vokal dan beat mulai menonjol, kita seakan menyaksikan secercah cahaya hangat. Ujung dari pandemi dan keterpaksaan berdiam di rumah ini, menurut Rino, tidak harus melulu pesimistik. Atas keberhasilannya menawarkan berbagai emosi itu dalam durasi tak sampai enam menit, “Disparity” layak masuk daftar single elektronik terbaik yang ditawarkan musisi asal Tanah Air sepanjang 2020.


SOUNDTRACK PEMUJA SILUMAN

Babirusa – Pertempuran Para Siluman

Babirusa dari Malang mengusung crossover thrash dan hardcore tanpa tedeng aling-aling. Terlalu to the point bahkan, lengkap dengan solo gitar old school. Nyatanya, ketika mereka menghasilkan sound yang lebih jernih dan linier dibanding materi di EP perdana, Babirusa menang besar. “Pertempuran Para Siluman” bagaikan bensin penuh timbal yang terbakar, menyulut goyangan para pendengar (siluman?) bersenang-senang merayakan kemenangan kuasa gelap sepanjang tahun ini di nusantara. Lagu ini cocok menjadi latar untuk mengingatkan betapa kacaunya situasi, dan barangkali, yang bisa kita lakukan adalah sekalian saja merengkuh kegelapan. Terutama ketika buzzer leluasa beraksi di medsos, penyebar hoax berusaha memprovokasi intoleransi, sementara oligarki (raja siluman sejati), senantiasa berambisi mengangkangi kepentingan publik. Karena kegelapan terlanjur menang, salah satu pilihan yang tersisa adalah eskapsime liar di “moshpig” yang disediakan Babirusa.


ROYAL FLUSH

Rayssa Dynta – Cards

Peminat musik Indonesia, sambutlah calon penguasa baru kancah elektro pop lokal. Rayssa Dynta, yang merilis debut EP pada 2018, menghadirkan komposisi anyar yang sangat matang. Andai ini permainan poker, “Cards” semacam kombinasi royal flush. Sentuhan sample string yang menghantui di latar mengantar “Cards” ke wilayah yang jarang dijelajahi musisi lokal lain di genre ini. Dramatis, diimbuhi vokal dan lirik mengenai tarik-ulur hubungan yang enigmatik, sekaligus indah. Gagasan padu itu sayang bila tak dinikmati bersama konsep visual video klipnya yang menawan. Capaian mini album kedua Dynta, Allegory: Act I, rasanya akan makin memperkokoh perjalanan artistiknya di masa mendatang.