FYI.

This story is over 5 years old.

Musik Baru

Cuma The Panturas Band yang Nekat Cari Jodoh Sekalian Rilis Single Lewat Tinder

Band kebanggaan Jatinangor ini punya prinsip 'kumaha aing-keun pisan lah'. Namanya pantura, malah ngebahas laut selatan. Bebaskeun weh!
The Panturas
Foto band dari Instagram The Panturas

Namanya The Panturas tapi singlenya tentang Pantai Selatan. Panutannya surf rock tapi kan kita semua tahu yak di pantai utara dan pantai selatan (yang konon jadi tempat tinggal Nyi Roro Kidul) enggak bisa dipake buat main surfing. Di Pantura enggak ada ombak, di pantai selatan, ombaknya kelewat gahar.

Apapun alasan di balik nama-nama itu, satu hal yang pasti dianut oleh personel band asal Jatinangor ini tetap meyakini prinsip luhur yang juga diamini band asal tanah pasundan lainnya: Band aing kumaha aing lah, bebas cuy!

Iklan

Untuk urusan rilis single, anak-anak The Panturas juga teguh dengan konsep bebaskeun, kumaha aing-keun pisan lah pokoknya. Enggak mau pake cara-cara konvensional semacam pengumuman di medsos dan sebar rilis ke berbagai media, The Panturas merambah tinder mempromosikan single 'Queen of the South' yang baru mereka rilis pekan ini. Tenang, kalau cuma mau ndengerin singlenya mah bisa lewat tautan berikut:

Dibanding mengeksplorasi tema surf rock basi santai-santai di tepi pantai, The Panturas lebih suka mengangkat isu sosial kelautan. Meskipun si basis bilang mereka tidak berpretensi menggantikan Menteri Kelautan dan Perikanan. Band ini digawangi oleh Abyan Zaki (vokal/gitar), Rizal Taufik (gitar), Surya Fikri alias Kuya (drum), dan Bagus Patrias (bass). The Panturas sebelumnya merilis album Mabuk Laut di bawah naungan La Munai Records. Single 'Queen of the South" sebetulnya materi dari proses produksi album yang sama.

Single ini jadi tidak lazim terutama ya karena disebar lewat Tinder. LIriknya bercerita soal kasih tak sampai mereka pada ratu pantai selatan.

Platform rilis yang tak biasa ini menjadikan pengguna Tinder sengaja mencari mereka. Jika kamu match sama akun The Panturas, maka band ini akan mengirimkan sebuah video Youtube yang berisi lagu baru tersebut. Dalam setengah hari pertama, Tinder sanggup mengantarkan 7 ribu viewers di Youtube. Berikut obrolan singkat kami sama personel The Panturas:

Iklan

VICE: Halo. Jelasin dong alasan single kalian dirilis lewat Tinder? Apa karena ini 'single' jadi merasa harus mencari jodoh pendengarnya via Tinder?
Kuya: Sebenarnya, kami rilis single via tinder itu benar-benar kebetulan. Awalnya di akun Twitter kami ngetwit "Dalam waktu dekat single kami akan rilis eksklusif melalui Tinder." Asli ini ngejeplak gitu aja karena enggak mungkin lah masa iya Tinder bisa jadi tempat promo single. Tiba-tiba akun @bertinder (akun humor-humor dengan tema tinder-red) membalas twit kami. "Mari bekerja sama lurd". Lalu kami mengirim DM supaya serius untuk berkolaborasi, walaupun gak tahu kolaborasi nya bikin apaan. Setelah ngobrol sana-sini, datanglah ide untuk membuat akun tinder The Panturas, Umur 22, dengan foto profil bergambar artwork single kami yang dibuat oleh Iqbal Mastermind. Skemanya sederhana sih, jadi siapapun yang match dengan kami di Tinder, akan kami kasih link YouTube berisi video lirik dari single Queen of The South. Apakah berhasil? Untuk match dan berjodoh dengan banyak orang tidak, tapi membuat orang repot dan menginstall tinder kembali kayaknya iya! Hahaha. Karena gimmick ini banyak membuat orang penasaran dan mengirim DM berisi "tai lu apaan dah nih haha." Hasrat orang mendengarkan single ini lumayan di luar ekspektasi. Untuk ukuran band baru seperti kami, setengah hari mendapatkan 7 ribu viewers itu sebuah pencapaian.

Kebanyakan yang swipe right Panturas, mereka cari apa? Looking for serious and commited relationship to the music, nyari temen ngopi, atau looking for fun?
Kuya: Kebanyakan emang orang yang niat pengen dengerin single baru kami aja. Ada yang bio Tinder nya: maaf saya cuma mau cari The Panturas. Bahkan ada yang pertama kali mencoba Tinder gara-gara ada kami. Dipikir-pikir kita bisa juga nih membuka pasar baru untuk Tinder. hihihi.
Gogon: Mungkin ada beberapa orang juga yang emang niat maen Tinder buat cari jodoh atau mungkin teman tidur tapi alesannya nyari Panturas kali ya buat alibi biar ga malu hahaha.

Iklan

Lagu yang dirilis via Tinder ini Queen of The South, apa ada hubungannya Nyi Roro Kidul sama Tinder?
Kuya: Sebenernya kalo dipikir secara serius gak ada hubungannya sih haha. kami lihat ini adalah single. kalo ada yang single ya cari jodoh nya di tinder.

Lagu-lagu kalian sebelumnya yang banyak membahas soal laut dan segala fenomenanya, apa yang bikin 'Queen of The South' beda dari materi lain di album?
Kuya: Secara tema ini adalah tema yang baru, terutama buat kami sendiri. Kami ingin membuat lagu dengan tema yang lokal banget. Sejak pertama kali terbentuk, kami sudah terbayang untuk membuat lagu bertema laut. Awalnya kami ingin mengangkat keindahan laut atau tema summer and fun seperti The Beach Boys era-era awal. Namun setelah beberapa tahun berjalan, The Panturas ternyata lebih suka mengambil tema soal permasalahan yang ada di Indonesia. Bukan tentang keindahan.


Tonton dokumenter VICE mengikuti kegiatan anak punk penggila JKT48:


Bisa diceritakan proses pembuatan lagu 'Queen of The South' kayak gimana?
Kuya: Lagu 'Queen of The South' mengangkat tema mitos lokal Indonesia. Abyan membuat lirik tentang bagaimana orang terjerat cinta yang tak terbalas kepada sang ratu. Katanya proses kreatif single ini melibatkan The Night-nya Frankie Valli, You're Not The Law-nya Dead 60's, dan beberapa artikel tentang Hotel Samudera no 308. Kami sebenarnya cuma ingin capture salah satu mitos yang seru kalau diperbincangkan. Dari segi visual juga kami angkat sisi lokal dengan membuat gambar dengan gaya komik 90'an ala-ala komik Tatang S., Komik seharga 500 perak yang sering saya beli pas zaman SD. Iqbal memvisualkan lagu ini dengan mantap.

Iklan

'Queen of The South' masih bagian dari album Mabuk Laut kan? Kenapa rilisnya terpisah sendiri?
Rizal: Proses pembuatan lagu dan proses rekamannya dalam waktu yg sama dengan lagu-lagu di mabuk laut. Tapi, secara konsep dan warna musik lagu ini beda sendiri dengan yg lain, lalu pihak La Munai sebagai label rekaman kita menyarankan untuk dirilis secara terpisah dengan lagu di album mabuk laut. Kita sih nurut dan ngikut aja.

Lirik Queen of The South bertutur, "it didn’t make sense. How did I suppose to believe." Secara personal, kalian apakah enggak percaya sama mitos laut selatan? Atau kalian sok-sok-an gak percaya aja di lagu ini?
Abyan: Enggak sih, itu liriknya murni bercerita aja. Jadi ceritanya si orangnya emang awalnya ga percaya terus dia beneran kebawa ombak terus dia malah jadi muja-muja si ratu setelah ketemu terus dia juga ketagihan mau ketemu terus. Makanya keadaan sebelum sama setelah reff pertama diceritakan berbeda.
Kuya: Kalo kita sih orangnya logis-logis aja sebenernya. Sampe saat ini saya belum pernah tuh nemuin hantu. Tapi kemarin kami iseng datang ke tempat ziarah makam Nyi Roro Kidul di Pelabuhan Ratu. Mencium bau menyan dan ngeliat keadaan khidmat di sana rada merinding juga sih. Sampai saat ini kami belum percaya tapi masih penasaran. Hehe…

Emangnya kalian pernah nyoba ke Pantai Selatan pakai baju warna hijau? Apa yang terjadi?
Rizal: Belum pernah. Tapi pernah liat orang pake dan sepertinya baik-baik saja. Atau mungkin setelah itu terjadi sesuatu gak tau, yg pasti belum pernah liat mitos itu terjadi di hadapan mata.
Kuya: Belom sih, kemaren banget saya dateng ke Pelabuhan Ratu, ada aja tuh mamang-mamang pake baju ijo lagi nganter ikan di pinggir pantai. Tapi itu siang. Gak tahu kalau malam. Makanya kita angkat tema ini tuh karena menarik, orang bisa berbagai tafsir ngomongin ini, tapi gak bisa diuji juga yang bener tuh tafsir yang mana.

Kalian aslinya pengguna Tinder bukan sih?
Kuya: Bukan. Dulu pernah banget mau install gara-gara temen sekelas ada yang berhasil punya pacar sampe dibikin project photo story gitu gara-gara kencan di Tinder. Tapi enggak jadi gara-gara keburu punya pacar, hehe.

Rilisan materi band lewat sosial media yang sebelumnya pernah ada juga. Misalnya kayak Terapi Urine yang merilis albumnya di Instagram. Apakah ada platform sosial media lain yang akan kalian manfaatkan selanjutnya?
Gogon: Kita mah orangnya baik, ngapain aja hayu, rilis di tinder juga hayu, siapa tahu album berikutnya dirilis di Waptrick, hanya Nyi Roro Kidul yang tahu.

Sebagai band surf rock, apakah kalian berusaha keluar dari tema-tema soal “laut” atau “pantai”?
Gogon: Pasti, karena kita bukan Kementerian Perikanan dan Kelautan.
Rizal: Tema di album pertama kita mungkin ttg laut dan pantai. Tapi mungkin di album berikutnya tidak. Karena menurut kami panturas tidak se-kaku itu mengambil tema musik atau album. Mungkin saja kita akan membawa tema tentang luar angkasa, padang pasir, atau carut marut kota besar mungkin. Intinya kita fleksibel.