Limbah Kebocoran Minyak Pertamina di Utara Jawa Dikelola Serampangan
Sejumlah petugas membersihkan tumpahan minyak mentah yang bocor hingga ke lokasi tambak ikan milik warga di Cemarajaya, Karawang Jawa Barat. Semua foto oleh Iqbal Kusumadirezza.
Environmental Extremes

Limbah Kebocoran Minyak Pertamina di Utara Jawa Dikelola Serampangan

Tumpahan minyak termasuk limbah berbahaya. Dari pantauan VICE, proses pengangkutan berlangsung alakadarnya, membahayakan petugas, dan tak ada transparansi mitra Pertamina atas pengelolaannya.

Artikel ini merupakan bagian dari kolaborasi redaksi VICE lintas negara mengulas isu kerusakan lingkungan ekstrem, yang mengancam masa depan anak muda. Awak redaksi dari Indonesia, India, Filipina, hingga Australia menghadirkan laporan mengenai peristiwa paling penting yang butuh perhatian segera dari masyarakat dan politisi. Untuk membaca laporan lain kami tentang isu-isu tersebut, silakan klik Environmental Extremes.

Iklan

Laporan dari staff writer kami Adi Renaldi mengenai dampak kebocoran kilang minyak Pertamina Hulu Energi yang dialami warga di pesisir utara Jawa ini dipecah menjadi dua bagian. Kalian sedang membaca bagian kedua tentang indikasi pengelolaan tumpahan minyak oleh warga yang tak dikelola layak, meski statusnya termasuk limbah beracun. Baca liputan bagian pertama mengenai risiko yang mengintai warga Karawang akibat pembersihan limbah berbahaya tanpa alat memadai di sini.


Sepanjang perjalanan menyusuri tepian pantai, hamparan mangrove di Sedari, Karawang, Jawa Barat, bakal membuat siapapun terkesima. Pantai ini terkenal dengan hutan bakaunya yang tumbuh secara alami. Luasnya mencapai nyaris 38 kilometer persegi. Karena amat luas, kawasan bakau sempat menjadi obyek wisata andalan warga Sedari yang baru dikembangkan sejak 2017. Warga sempat berharap bisa mendulang Rupiah dari pariwisata. Mimpi itu terpaksa dikubur tak sampai dua tahun setelah dicetuskan. Keindahan bakau di kampung mereka kini dibungkus lapisan hitam pekat berbau.

Ribuan mangrove yang berguna mencegah abrasi justru terancam mati tumpahan minyak. Limbah minyak yang menyerupai jelaga lengket tersebut menempel dari akar tunjang hingga batang-batang mangrove. Warga yang hanya mengandalkan tangan dan sekop tak bisa berbuat banyak membersihkan tumpahan minyak di hutan mangrove. Dari laporan warga, setidaknya 5.000 pohon bakau rusak akibat panas dari tumpahan minyak.

Iklan

Sedari, bersama empat pantai lain di Kabupaten Karawang, yakni Tirtasari, Tanjungsari, Cemara Jaya, dan Karangsari terdampak kebocoran minyak dari sumur yang dikelola anak perusahaan PT Pertamina di Laut Jawa.

1568889125157-oilspill-39

Petugas dan warga membersihkan Pantai Cemara Jaya, Karawang yang terdampak tumpahan minyak dari sumur Pertamina Hulu Energi.

Sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dioperasikan Pertamina Hulu Energi (PHE) bocor sejak 12 Juli, belum bisa ditutup sepenuhnya sampai sekarang. Akibatnya, minyak mentah terus mencemari laut di pesisir utara Jawa, menyebar di Karawang, Bekasi, hingga Kepulauan Seribu di Provinsi DKI Jakarta. Ribuan warga terancam kehilangan mata pencaharian, serta sebagian terusir dari kampung halamannya.

Pertamina menyewa perusahaan pengontrol sumur asal Texas, Boots and Coots untuk menutup sumur tersebut. Boots and Coots berpengalaman menangani insiden pembakaran kilang minyak saat Perang Teluk dan kebocoran Deepwater Horizon. BUMN migas tersebut juga memobilisasi aparat serta warga setempat untuk membersihkan tumpahan minyak yang mencapai pesisir.

Warga sejauh ini membersihkan minyak dengan peralatan seadanya. Pertamina memberi satu set alat pelindung diri (APD) berupa sepatu bot, masker, dan baju nylon. Tak ada petugas kesehatan yang mendampingi mereka, ataupun memeriksa kesehatan warga yang menjadi buruh harian pembersihan minyak.

1568889165937-oilspill-5

Petugas dan warga mengangkut karung berisi limbah minyak yang berbahaya dari pantai Cemara Jaya ke truk yang dikelola mitra PT Pertamina.

Limbah minyak itu mereka angkat dengan tangan, dimasukkan ke dalam karung plastik kosong. Jika sudah terisi penuh, dengan mengendarai sepeda motor warga dan aparat membawa tumpukan karung ke titik penjemputan. Di titik itu, belasan truk bersiaga menampung karung sebanyak-banyaknya lalu bergegas pergi.

Iklan

Ke mana truk-truk limbah itu membawa minyaknya?

Limbah minyak (sludge) termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang pengelolaannya harus melalui prosedur ketat dan telah diatur oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Prosedur paling mendasar, setiap limbah berupa sludge wajib dimasukkan ke dalam drum besi atau kontainer fleksibel berbahan polypropylene tebal. Setiap truk juga wajib mencantumkan simbol "berbahaya" setiap mengangkut limbah B3.

Menurut angka yang dirilis PHE, saat ini pihak Pertamina, yang mengerahkan 3.000-an personel di lapangan, telah mengangkat 6.390 barel tumpahan minyak per 15 Agustus. Rata-rata per hari ada 400 barel minyak yang diangkut dari laut. Minyak tersebut diangkut menggunakan truk engkel dengan kain terpal menutup baknya saat pengangkutan. Dalam sehari setidaknya ada ratusan truk yang lalu lalang dari pantai utara Karawang.

Seorang supir truk yang saya temui mengatakan limbah B3 tersebut akan diangkut ke fasilitas pengolahan limbah di Bogor. Supir lainnya mengatakan diangkut ke Bekasi. Sementara warga bilang fasilitas pengolahan ada di Karawang Timur. Simpang siur ini terjadi lantaran Pertamina tidak transparan soal pengolahan limbah.

Berdasarkan desas-desus warga, limbah minyak tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar. Ada juga yang bilang limbah minyak tersebut dijadikan bahan baku solar. Walhi, lembaga swadaya yang memantau proses pembersihan tumpahan minyak di Karawang dan sekitarnya, belum bisa memastikan ke mana limbah-limbah itu berakhir.

Iklan

Saya mencoba mendata pabrik pengolahan limbah di sekitaran Jawa Barat yang disebutkan para supir truk. Di Bekasi ada empat perusahaan pengolahan limbah. Di Bogor satu. Sementara di Karawang ada dua yang sebenarnya merupakan satu kesatuan perusahaan.

Empat perusahaan di Bekasi: PT Waste Reduction Bekasi, PT Multi Hanna Kreasindo, PT Trans LJA Bekasi, dan PT Pengolahan Limbah Industri Bekasi, mengaku tak terlibat dan sisanya mengaku tak tahu menahu. Sementara PT Prasadha Pamunah Limbah Industri di Bogor menolak berkomentar.

Dua perusahaan di Karawang, PT Tenang Jaya Sejahtera dan PT Triguna Pratama membenarkan jika turut serta menangani limbah minyak. Juru bicara PT Tenang Jaya, Olan Semberani mengatakan pihaknya lebih banyak mengambil limbah pasir yang terkontaminasi. Olan mengatakan pihaknya hanya menangani masalah transportasi limbah. Semua pengolahan dan pemanfaatan dilakukan anak perusahaannya, PT Triguna Pratama, karena pihaknya tak memiliki alat buat mengekstraksi limbah, tambahnya.

"Kami sudah mengangkut pasir terkontaminasi hingga 11 ribu ton," klaim Olan. "Dalam sehari itu bisa mengerahkan 100 truk. Kami akan mengangkut sesuai perizinan kami. Kalau enggak sesuai [peraturan] Kementerian Lingkungan bisa dipidana nanti."

Olan bilang setiap pengerahan armada truk itu sesuai permintaan langsung dari Pertamina. Selain mendapat kontrak dari Pertamina, keuntungan perusahaan itu didapat dari pengolahan limbah yang dijadikan komoditas lain.

Iklan

Olan menjelaskan pasir yang terkontaminasi dijadikan bahan baku bata. Sementara untuk limbah minyak cair digunakan sebagai bahan bakar mesin ketel uap (boiler) di pabrik kertas kualitas rendah. Sejauh ini perusahaannya kebanyakan menangani pengangkutan pasir terkontaminasi, sebab limbah minyak cair sudah ditangani Pertamina untuk pengangkutannya.

1568889204013-oilspill-29

Petugas memantau tanggul laut untuk mencegah tumpahan minyak menjangkau wilayah yang lebih luas di pesisir Karawang.

Dia menyanggah tuduhan jika perusahaannya dinilai tak menaati prosedur pengolahan. "Namanya juga perusahaan pemanfaatan limbah, jadi kalau enggak bisa dimanfaatkan ya buat apa. Kalau enggak dimanfaatkan kan juga enggak boleh," kata Olan.

PT Tenang Jaya maupun PT Triguna Pratama menolak permintaan VICE untuk berkunjung ke pabrik melihat proses pengolahan limbah.

Dua perusahaan tersebut diduga aktivisi memiliki rekam jejak yang buruk. Pada Februari 2019, LSM lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menduga terjadi praktik open dumping limbah B3 yang dilakukan PT Tenang Jaya Sejahtera dan tujuh perusahaan lainnya di kawasan instalasi militer milik TNI Angkatan Udara di Pasuruan, Jawa Timur. Kasus itu menguap meski Kementerian Lingkungan berencana memanggil perusahaan yang diduga membuang limbah.

Pada Agustus 2014, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menemukan 10.000 ton limbah batu bara milik PT Tenang Jaya yang ditimbun di dekat pemukiman warga. PT Tenang Jaya diketahui juga berada di bawah satu kepemilikan dengan PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) yang beroperasi di Jawa Timur dan Bali. Komisi VII DPR pernah merekomendasikan pencabutan izin PT PRIA karena dugaan penyalahgunaan izin pengolahan limbah pada 2016.

Iklan

Sementara PT Triguna Pratama juga pernah didemo ratusan warga pada Mei 2018 karena penyimpanan limbah B3-nya mengganggu kesehatan warga. Humas Pertamina tidak merespons VICE saat dikonfirmasi mengenai alur pengolahan limbah B3 akibat insiden tumpahan minyak di pesisir utara Jawa.

Insiden tumpahan minyak semacam ini bukan yang pertama di Indonesia. Pada 13 Maret 2018, pipa distribusi minyak Pertamina di Teluk Balikpapan bocor setelah dihajar jangkar kapal MV Ever Judger milik perusahaan Panama Ever Judger Holding Company Limited. Sekira 1.200 warga terdampak sementara 40.000 barel minyak diperkirakan mengotori perairan.

1568889533912-oilspill-12

Petugas pembersihan tumpahan minyak berjalan kaki dari tepi pantai setelah bekerja.

Kejadian tersebut juga berdampak buruk ke ekosistem mangrove. Akibatnya ratusan warga harus bergotong royong mengelap batang pohon dengan tisu pembersih minyak. Iya betul dengan tisu. Tak jelas betul apakah mengelap pohon bisa mengembalikan mangrove seperti sedia kala.

Persoalan tumpahan minyak senantiasa memicu dampak multidimensional, mulai dari sektor ekonomi, lingkungan, hingga kesehatan. Selain kerugian materiil yang sampai sekarang belum diketahui jumlahnya, ancaman terhadap ekosistem laut justru jauh lebih besar. Itu penjelasan Dwi Sawung dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) saat dihubungi VICE.

Walhi masih melakukan pendataan terhadap dampak langsung tumpahan minyak terhadap lingkungan. Namun yang jelas, biota laut dan komoditas pangan seperti ikan, udang, terumbu karang, rumput laut, dan garam terkena imbas yang butuh waktu buat kembali normal.

Iklan

"Ikan jelas mati," kata Sawung. "Ini belum termasuk tambak ikan dan tambak garam yang jadi tumpuan masyarakat. Akibat pencemaran dan eksplorasi minyak padang lamun di perairan Jawa sudah lama mati."

Faktanya memang bukan cuma bakau yang meregang nyawa. Warga pun cepat atau lambat akan ikut menderita. Saat ini paling tidak ada 10 tambak yang terletak di desa Sedari. Beberapa tambak berhenti beroperasi. Sisanya terpaksa dipanen dini oleh warga daripada merugi.

Para aktivis lingkungan menilai Pertamina tak banyak belajar dari kesalahan. Malah terkesan menutup-nutupi, kata Merah Johansyah, koordinator Jaringan Aksi Tambang Nasional (Jatam) saat jumpa pers awal Agustus lalu.

1568889246960-oilspill-36

Tumpahan minyak di bibir pantai jika dilihat dari dekat.

"Kami mencurigai ada kelalaian dari aspek pengeboran. Ini kan persis seperti semburan lumpur. Tapi [Pertamina] kecil-kecilkan dengan kata kebocoran. Ini blow out, ini semburan minyak mentah, jadi harus dibuka datanya," kata Merah.

Dwi Sawung juga mengatakan hal senada. “Ada yang ditutup-tutupi, kami sudah minta data pengeboran tapi ditolak oleh Pertamina,” kata Sawung. Menurutnya, manajemen risiko dan mitigasi Pertamina yang lambat patut dipertanyakan, sebab insiden itu bukan eksplorasi sumur baru, melainkan pengeboran ulang.

"Data teknis lapangan seharusnya [PHE] punya, karena ini kan sumur lama," kata Sawung. "Jika prosedurnya tepat, tentu insiden ini tak bakal terjadi."