FYI.

This story is over 5 years old.

Kanan dan ultranasionalis

Sayap Kanan Ekstrem Makin Terorganisir, Mendunia, dan Jago Rebut Hati Anak Muda

Kaum sayap kanan kini semakin canggih dan dalam merekrut anggota muda, menurut sebuah penelitian.
Aksi Charlottesville Unite di AS dan Idenitarian march di Jerman | Foto via Wikipedia Commons/ Getty

Aspirasi sayap kanan ekstrem yang dulu dinilai cacat moral, mulai dari nasionalis kulit putih di AS hingga kelompok anti-migran di Eropa, kini justru bergerak terpadu dan cepat beradaptasi. The Fringe Insurgency, sebuah penelitian yang dirilis oleh Institute for Strategic Dialogue menunjukkan biarpun banyak dari pergerakan sayap kanan memiliki ideologi dan cakupan yang berbeda, mereka kini bergerak secara terpadu. Intinya, kaum sayap kanan ekstrem—yang menjunjung isolasionisme dan nasionalisme sebagai ideologi kunci—telah mengglobal.

Iklan

"Ada sebuah hubungan paradoksal bagaimana pergerakan-pergerakan ultra nasionalistik ini mulai mengglobal dan menyebarluaskan ide anti-global mereka," jelas Julia Ebner, salah satu peneliti. "Ini agak ironis sebetulnya."

Isu ini jelas tidak bisa dipandang enteng.

Penelitian baru ini dibuat berdasarkan tiga studi kasus: kampanye Defend Europe, demonstrasi Charlottesville, dan Pemilu Jerman. Penelitian ini juga berfokus di gerakan alt-right, neo-Nazi, Identitarian (gerakan etno-nasionalis Eropa yang bertujuan menjaga kemurnian identitas dan kultur Eropa) dan gerakan anti-Jihadis. Julie Ebner dan Jacob Davey, pencetus penelitian ini, menganalisis 5.000 konten yang beredar di 50 saluran komunikasi, termasuk Twitter, 4chan, dan saluran far-right lainnya.

"Ada kebutuhan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan ledakan aktivisme sayap kanan ekstrem secara global," jelas Davey ke VICE. "Ada kebutuhan untuk mengumpulkan data dan melihat mekanisme apa yang menyebabkan ini semua terjadi."

"Tidak semua sayap kanan itu dungu. Justru sekarang mereka semakin canggih. Mereka terus berkembang dan bertambah banyak. Kalau anda perhatikan, mereka satu sama lain terus belajar. Mereka semakin sadar bahwa dengan bergerak bersama-sama mereka bisa memiliki dampak yang lebih besar."

Kaum sayap kanan ekstrem memiliki beberapa gol yang berbeda, Mereka ingin pemimpin yang populis, hukum ujaran kebencian dihapus, dan satu lagi -ini termasuk satu gol yang besar dan mereka semua kejar- mereka ingin mencapai "Overton window." Overton window itu tercapai jika ide-ide yang mereka tawarkan diterima dalam diskursus publik, dan kaum sayap kanan ekstrem betul-betul ingin ide mereka dibicarakan dan diamini khalayak.

Iklan

Diagram milik Institute for Strategic Dialogue, The Fringe Insurgency.

Globalisasi juga tidak hanya sebatas aktivitas daring. Beberapa kelompok, terutama para Identitarian di Eropa, juga mulai meluaskan sayapnya di dunia nyata. Komunitas Identitarian akhir-akhir ini mengadakan pertemuan untuk membahas pembukaan cabang Inggris yang dimaksudkan berperan sebagai jembatan antara warga Amerika dan Eropa.

Dalam penelian mereka, duo Julie dan Jacob menemukan sebuah ekosistem canggih yang mendukung perekrutan, propaganda, dan mobilisasi. Menggunakan berbagai macam pelantar (platform) media sosial, sayap kanan ekstrem berhasil menggalang dana, menggerakan, mempropagandakan, dan yang terpenting, mengubah aktivitas online mereka menjadi uang di dunia nyata. Lebih dari $200.000 (Rp2,7 milliar) berhasil digalang lewat berbagai pelantar online Defend Europe—sebuah misi anti-pengungsi Identitarian di Mediterania—dan donasinya datang dari seluruh dunia, tidak hanya negara di mana cabang Identitarian eksis.

Penelitian ini menjabarkan betapa canggihnya aktivitas sayap kanan ekstrem dan bagaimana mereka satu langkah lebih depan dibanding kebijakan-kebijakan yang akan berusaha menjegal mereka. Duo Julie dan Jacob menulis "kaum sayap kanan ekstrem sekarang lebih unggul dalam tiga tingkatan:" mereka menggunakan teknologi terbaru, mereka tahu bagaimana cara bekerja sama, dan mereka tahu bagaimana cara merayu kaum muda. Lebih dari itu, berbagai kelompok sayap kanan juga saling belajar dari satu sama lain.

Iklan

Baca artikel VICE lain yang juga membahas soal gerakan sosial

"Dari apa yang kami teliti, terutama dari koalisi Identitarian Eropa dan Amerika, mereka berusaha saling menggunakan keunggulan masing-masing," jelas Ebner. "Kaum sayap kanan AS memiliki keunggulan trolling dan aktivitas daring, sementara kaum kanan Eropa lebih memiliki kecerdasan intelektual dan pengalaman dalam menciptakan protes dan sensasi media."

Menurut penelitian, gerakan sayap kanan ekstrem melakukan perekrutan lewat saluran internet arus utama, dan bukan hanya situs model-model 4chan. Dengan cara memanfaatkan jubir macam Richard Spencer dan organisasi yang lebih "diterima", gerakan ini berhasil "mempenetrasi audiens baru" yang biasanya jijik terhadap ideologi kanan. Mereka semakin berani menanamkan ide radikalisasi dalam "orang awam" generasi Z dengan dalih melakukan counter-culture terhadap kekuasaan negara.

"Perekrutan generasi muda datang lewat kampanye yang didesain seperti 'game', bagaimana kamu bisa terlibat, dan bisa menjadi aktivis online," jelas Davey. "Kultur internet digunakan sebagai senjata yang melahirkan perang meme yang disilang-silangkan dengan kultur gamer." Salah satu studi yang digunakan peneliti -yakni aksi Charlottesville Unite the Right rally yang menelan korban seorang aktivis anti-rasis Heather Heyer, mati ditabrak mobil seorang nasionalis kulit putih— telah menjadi bukti nyata eksistensi kaum sayap kanan ekstrem di AS. Juga membuktikan bahwa gerakan daring mereka telah berkembang jadi gerakan jalanan. Dengan cara menganalisis komunikasi yang terjadi di seputar peristiwa tersebut, Julie dan Jacob menemukan bahwa peristiwa itu menjembatani banyak kelompok sayap kanan. Mereka membahas poin-poin penting dari peristiwa tersebut dan menguliknya agar sesuai dengan target audiens masing-masing.

Iklan

Kasus studi terbaru yang digunakan, yaitu pemilu Jerman, berfokus meneliti tren baru yang muncul dalam kelompok sayap kanan ekstrem di seluruh dunia—keinginan mereka untuk mengganggu dan mempengaruhi pemilu. Saat pemilu Perancis, AS, dan Jerman berlangsung, kaum sayap kanan menerapkan kampanye aktif dan berusaha mempengaruhi hasilnya. Julie dan Jacob menulis bahwa "pasukan troll" sayap kanan Amerika dan Eropa berhasil menciptakan dua tagar Twitter paling kuat beberapa hari menjelang pemilu Jerman dilangsungkan.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa sayap kanan Eropa "bertukar informasi dengan alt-right AS" dan ini menunjukkan "bagaimana akar rumput sayap kanan ekstrem secara eksplisit mendeklarasikan 'Infokrieg' ('perang informasi'), dan memobilisasinya lewat berbagai forum internet dan apps chatting." Ini adalah tren yang akan terus berlanjut, kata Jacob.

"Yang harus diperhatikan di masa depan adalah usaha mereka mengganggu proses demokrasi," jelas Jacob. "Mereka mencoba melakukan ini di Pemilu AS, Perancis dan Jerman dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Mereka akan terus mencoba melakukan ini, jadi kita harus awas akan kegiatan melobi yang subversif ini.

Yang mengerikan, penelitian tersebut menemukan bahwa strategi sayap kanan "yang canggih dan terkoordinir dalam menganggu media nasional ternyata didasarkan atas panduan militer strategi komunikasi NATO."

"Elemen yang paling mengejutkan adalah bagaimana mereka menggunakan dokumen militer pemerintah untuk melawan pemerintahan negara mereka sendiri guna mengganggu proses dan struktur demokrasi," jelas Julia. "Ini menakutkan, mereka bisa mengakses dokumen-dokumen tersebut dan menerapkannya dengan baik."

Biarpun saat ini nampaknya kaum sayap kanan ekstrem tengah menguasai dunia internet, Julia mengatakan kita belum kalah total. "Koalisi lintas-ideologi adalah yang paling mengkhawatirkan karena ini memberikan mereka kesempatan untuk menormalkan ideologi mereka, tapi ini juga bisa menjadi kesempatan terbaik untuk mengekspos semua perbedaan di antara mereka. Kita harus mengekspos apa yang mereka sembunyikan di balik wajah medsos dan apa yang sebetulnya mereka inginkan."