FYI.

This story is over 5 years old.

Intoleransi

Perempuan yang Menyalakan Lilin Sendirian Untuk Ahok

Nurul Indra, perempuan muslim, menggelar aksi untuk Ahok di Padang. Dia segera menuai kecaman dan cacian, namun menolak untuk menyerah.
Foto dari akun Facebook Nurul Indra.

Ketika Nurul Indra pergi menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Jamil di Padang, Sumatera Barat, Sabtu malam 13 Mei lalu, ia menyangka akan bertemu banyak kawan-sepemikiran untuk menyalakan lilin. Aksi yang disebutnya sebagai simbol dukungan bagi gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama sesudah vonis bersalah atas penistaan agama, serta bentuk nyata memperjuangkan toleransi di Indonesia. Aksi-aksi menyalakan lilin berlangsung di berbagai kota, serta beberapa negara, selama sepekan setelah Ahok ditahan di Rutan Mako Brimob, Depok.

Iklan

Alangkah terkejutnya Nurul ketika ia sadar hanya dirinya (bersama dua sahabat yang menemani) yang hadir pada aksi di Kota Padang, malam itu. Semangat Nurul menyebarkan semangat toleransi semakin menjadi. Ia menyalakan delapan buah lilin sebagai simbol bagi perlawanan terhadap intoleransi yang semakin marak di tanah air.

Dengan beberapa foto yang diambil salah satu temannya di lokasi, Nurul kembali ke rumah dan memposting aksinya tersebut di Facebook, diimbuhi teks yang menjelaskan pendiriannya. Nurul menulis aksinya bertujuan "mewakili pecinta keadilan, demokrasi dan NKRI di Padang". Ia juga menyatakan bahwa aksi pasang lilin bukan bertujuan menunjukan kekuatan dalam jumlah massa, namun sebuah aksi solidaritas yang bertujuan untuk menunjukan "ketulusan, keberanian, dan cinta."

"Nyatakan cinta dengan lilin. Cinta pada keadilan dan demokrasi. Cinta kepada NKRI […] Dengan 7 lilin plus 1 di tanganku, aku mewakili pecinta keadilan, demokrasi dan NKRI di Padang. Tolong jangan disepelekan", tulisnya. Postingan tersebut menyebar dengan viral dan cepat. Sejauh ini posting tersebut telah di "Share" sebanyak lebih dari 6500 kali, lebih dari 10.000 komentar menghiasinya.

Komentar-komentar yang muncul tidak seluruhnya memuji aksi Nurul. Kecaman berdatangan, selanjutnya proses "bullying" online semakin menjadi-jadi, terlebih ketika banyak pihak yang tidak setuju mulai memprovokasi dengan tulisan-tulisan mereka yang menjelekkan aksi Nurul tersebut. Hinaan buat Nurul semakin kasar, termasuk postingan yang menyebarkan nomor telepon Nurul, menuding dia sehari-hari bekerja sebagai wanita penghibur. Teror bertubi muncul di Facebook pribadi Nurul (dan masih bergulir hingga sekarang). Sahabat dan keluarga Nurul yang bersimpati terhadap aksinya mendapatkan teror via telepon ataupun pesan-pesan Internet.

Iklan

Nurul tidak takut. Berbekal dukungan sahabat-sahabatnya, ia pun mempertahankan pendiriannya dan berani berargumen dengan "trolls" yang datang tanpa henti di Facebook-nya. Seperti banyak pejuang toleransi lainnya, Nurul menghadapi badai dengan keyakinan dan keberanian.

Setelah mengalami kesulitan untuk menghubungi Nurul (dia beralasan menghindari kontak dari "trolls"), akhirnya saya berhasil berbicara dengannya. Kami membicarakan masa kecilnya, ancaman-ancaman yang muncul setelah menyalakan lilin untuk Ahok, serta motivasi mendorongnya untuk melakukan aksi tersebut.

Postingan Facebook Nurul tentang aksi pasang lilin kemarin menyebar cukup cepat di media sosial. Terkejut tidak sewaktu sadar postingan tersebut viral?
Iya, mengejutkan. Tidak menyangka akan separah itu. Waktu awal-awal viral, belum ada pro dan kontra, masih banyak yang pro. Lalu setelah semakin viral, mulai ada yang kontra, tapi "bullying-nya" (masih) biasa saja. Aku posting pukul 20.30, lalu paginya baru tahu kalau (banyak di-share-red).

Bullying yang lebih kasar mulai muncul kapan?
Sepengamatanku, kontra dahsyatnya (terjadi) setelah ada share tulisan dari Setiawan Budi (yang) provokatif (dan mengancam Nurul untuk pergi dari Padang). Coba deh liat tulisannya. dia sudah lama mengikuti postingan-postinganku—sudah dari setaun lalu—kebetulan dia beda dukungan politik sama aku.

Sempat terpikir untuk mengganti settingan "privacy" di Facebook untuk mengurangi interaksi-interaksi negatif tersebut tidak?
Aku dari dulu set public sih. Oh, kalau yang mem-posting di wall dari dulu aku set menggunakan konfirmasi dulu. Jadi yang men-tag aku, dari dulu harus aku confirm dulu.

Iklan

Apakah ada dampak negatif postingan itu ke orang lain selain Nurul sendiri?
Dampak negatif yang aku rasakan sih baru ke aku pribadi dan keluarga. Ada banyak intimidasi dan gangguan. Teman-teman aku juga kena dampaknya. Mereka yang sering interaksi di Facebook dengan aku, (banyak) di-"kepo"-in, ada yg ikut di-bully, difitnah kafir, Syiah, gitu lah.

Apakah sempat terpikir untuk melaporkan posting-postingan negatif tersebut? Baik ke Facebook atau pihak yang berwajib.
Sempat, tapi belum. Ada beberapa teman yang berusaha melindungi. Teman-teman orang Padang yang sudah lama kenal aku. Banyak kok yang berusaha bantu dan melindungi, bukan hanya teman-teman dari Padang saja.

Bisa diceritakan tentang latar belakang post tersebut?
Aku ke Padang dalam rangka menengok keluarga yang lagi sakit. Aku sudah merencanakan ke Padang seminggu sebelmnya (Nurul adalah asli Yogyakarta yang sekarang tinggal di Batam-red). Waktu sudah di Padang, aku sudah ada niat mau ajak aksi kawan-kawan yang ada di Padang. Sempat menghubungi satu-dua orang tapi mereka menolak. Oleh sebab itu aku lakukan jam 8 malam, jadi jalanan masih ramai. Pemilihan tempatnya asal aja sih. Aku pikir kan aksi sendiri malah lebih aman. Sebenarnya kan bukan "aksi"—judulnya saja "aksi". Tadinya sekedar mau selfie dengan lilin untuk diposting di Facebook, untuk memberi dukungan ke minoritas di Sumatera Barat, sambil menyatakan statement cinta keadilan, demokrasi NKRI, hapus UU penistaan agama, bebaskan Ahok.

Iklan

Menurut Nurul, apa dampak positif dari viralnya postingan tersebut?
Semangat untuk berani berpendapat. Terus seperti tujuanku sebenarnya, (untuk) kasih liat parahnya intoleransi di Sumatera Barat. Pendukung (Presiden) Jokowi dan Ahok menurut pengakuan beberapa yang (meninggalkan pesan untuk) aku, merasa tidak aman untuk menyatakan dukungannya. (Bahkan) ada satu temanku, Aznil namanya, yang sempat kena tusuk karena mendukung pemimpin non-Muslim. Sebelum aksi di Padang, aku juga melakukan aksi di Batam.

Apa yang membuat Nurul "terpanggil" melakukan aksi-aksi tersebut?
Kalau yang aksi sendiri itu aku mau mewakili warga Padang yang mendukung Ahok, yang ingin demokrasi ditegakkan di Indonesia. Yang menginginkan Pancasila dan NKRI. Kalau yang di Batam, dukungan untuk Ahok, protes atas kejanggalan vonis hakim, dan ingin UU penistaan agama dihapuskan. Di Padang juga sama, tapi ditambah dengan adanya keinginan membantu minoritas di Sum-Bar. agar mereka yang diluar tahu bagaimana (minoritas Sum-bar) itu tidak bebas menyampaikan pendapatnya.

Bagaimana latar belakang lingkungan tempat Nurul tumbuh dewasa mempengaruhi pendapatmu tentang toleransi?
Oh, waktu kecil aku tinggal di lingkungan yang tidak ada agama dan suku yang berbeda. Tapi pertentangan antara NU Muhammadiyah sangat terasa. Guru agama di sekolah juga mengajarkan hal-hal intoleran—bahwa kafir pasti masuk neraka. Itu aku tidak suka. Setelahnya sih di lingkungan yang plural. Ada yang toleran dan ada yang tidak.

Iklan

Apakah Nurul melihat aksi pasang lilin di sekitar Indonesia ini sebagai bentuk perlawanan yang cukup kuat untuk menghadapi intoleransi?
Iya, perlawanan yang cukup kuat (terhadap) ketidakadilan, dan melihat ancaman demokrasi, adanya ancaman makar, isu khilafah (juga) ketidakadilan dilihat dari kasus hukum Ahok, didasari dugaan yg melatarbelakanginya; kenapa sampai Ahok dipenjara dan divonis sebagai penista agama.

Apakah aksi-aksi ini, menurut Nurul, perlu disusul oleh bentuk-bentuk aksi dan perlawanan lainnya?
Perlu di-follow up. Intoleransi agama dan ras makin tinggi. Aku sempat membaca salah satu komentar teman di Padang, dia sakit hati sama aksiku. Dia bilang dia anti-Muslim yang mendukung Ahok.

Melihat semua ini, termasuk komentar-komentar orang terhadap postingan kemarin, apa pandangan Nurul terhadap toleransi di Indonesia sekarang?
Agak terancam kerukunan. Sudah (terbuktikan) sendiri. Mereka menyerangku dengan hoax, hasut, fitnah. (Kita) harus bisa mengatasi hoax, hasut, fitnah. Ulama moderat harus ada aksi real. Aku tidak tahu bisa diatasi atau tidak. Buktinya, sampai sekarang masih ada, dan itu bisa jadi sumber masalah untuk provokasi, perpecahan gitu.

Pandangan Nurul lebih pesimis atau optimis terhadap kerukunan di Indonesia di masa mendatang?
Aku belum bisa menilai. Perjuangan melawan intoleransi harus dilakukan bersama, apapun hasilnya. Kalau sendirian, berat. Pada main ancam soalnya.

Sekarang Nurul sembunyi dulukah?
Tidak kok, tidak sembunyi. Teman-teman di Batam banyak yang melindungi, bilang aku gak perlu takut.

Kalau ada orang yang mengatakan bahwa Nurul bukan warga Jakarta, kenapa peduli kasus Ahok? Nurul akan mengatakan apa pada mereka?
Sebetulnya dukungan kan bebas-bebas saja. Hak kita kan? Pertama itu. Kedua, dukungan buat Ahok bukan semata-mata karena Ahok-nya. tapi krn kasusnya. Tentang Ahok yang minoritas dan diperlakukan tidak fair. Tidak cuma Ahok. kalo ada orang lain yang mengalami kasus serupa juga bakal aku dukung.

Bagaimana pendapat Nurul terhadap orang yang merundung aksimu atas alasan membela agama?
Membela agamanya adalah hak pemeluk agama selama tidak melanggar hak orang lain juga. Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Semua agama sama-sama mengajarkan kebaikan; kebaikan dalam arti berbuat baik terhadap sesama manusia maupun makhluk lain— tidak menyakiti mereka, mencintai mereka, dan menghargai hak-hak mereka.