FYI.

This story is over 5 years old.

Can't Handle the Truth

Gerakan 212 Terpaksa 'Reuni' Pula Sama Hoax

Muncul kabar panggung roboh sebelum puluhan ribu umat Islam menggelar acara di Monas. VICE kembali mengumpulkan hoax paling ramai di Indonesia sepekan.
Massa Reuni 212 memadati kawasan Monas. Foto oleh Beawiharta/Reuters.

Selamat datang di Can't Handle the Truth, kolom VICE Indonesia merangkum hoax dan berita palsu paling ramai dibicarakan pengguna Internet.

Kabar paling populer dibahas media massa sepekan terakhir adalah Reuni 212. Gerakan yang diinisiasi berbagai organisasi masyarakat berbasis agama itu terselenggara Sabtu lalu dengan damai. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan datang sesudah belasan ribu massa menggelar salat subuh dan resmi memberi dukungan terhadap agenda ormas, setelah sebelumnya diberitakan berusaha mengelak memberi izin terhadap kegiatan tersebut. Sayang, seperti berbagai peristiwa penting yang menjadi tajuk media massa, ajang reuni massa yang tahun lalu berhasil mendorong penetapan pasal penistaan agama terhadap Basuki Tjahaja Purnama itu harus berurusan kembali dengan hoax.

Iklan

Jika pembaca sekalian ingat, gerakan 212 pada 2016 diwarnai bermacam hoax. Misalnya kabar bahwa aksi umat Islam tersebut diikuti warga negara asing, kabar bila Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi salah satu insiator gerakan, hingga info pengiriman ribuan ketapel ke Jakarta, agar massa yang mengikuti aksi siap melakukan kerusuhan. Sesaat sebelum reuni digelar, panitia terpaksa harus 'reuni' pula dengan berita bohong yang beredar via media sosial.

Selain Reuni 212, sepak terjang pemerintahan baru DKI Jakarta juga kerap menjadi sorotan media. Tak heran bila agen-agen kebencian juga mengincar kesempatan untuk memperkeruh suasana melalui bermacam disinformasi. Misalnya adalah berita palsu mengenai Hotel Alexis, yang izinnya tak diperpanjang beberapa waktu lalu. Detailnya sila dibaca lengkap di bawah.

Tentu saja, di tengah kondisi alam Indonesia yang sedang tidak bersahabat, terutama akibat kemunculan siklon-siklon yang berada di kawasan Barat Indonesia dan memicu terjadinya badai, pasti ada saja produsen hoax yang ingin ikutan tenar. Hoax bencana terhitung susah diberantas karena momentumnya ada, serta media kredibel harus berpacu dengan waktu untuk memverifikasi kebenarannya.

Jadi, apa saja hoax yang paling ramai dibicarakan pekan ini? Berikut rangkumannya untuk pembaca sekalian.

Panggung Peserta Reuni 212 Ambruk

Reuni 212 merupakan aksi mengenang satu tahun turunnya puluhan ribu umat Islam yang menuntut mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara. Ahok tersandung kasus pidatonya di Kepulauan Seribu yang dianggap melecehkan Al Quran. Pengadilan pun akhirnya memvonis Ahok bersalah, disusul kemudian kekalahan sang petahana dalam pilkada DKI.

Adanya Reuni atas gerakan umat Islam tahun lalu disikapi berbeda oleh publik. Pendukung aksi akan menyebutnya momen gemilang kemenangan warga atas pejabat yang menista agama. Sementara yang kontra menganggapnya momen kemenangan sektarianisme serta intoleransi atas demokrasi. Posisi Anies Baswedan, sebagai Gubernur DKI, turut disoroti karena dialah yang mengeluarkan Peraturan Gubernur baru mengizinkan Monas dipakai untuk acara keagamaan. Reuni 212 didapuk sebagai acara keagamaan demi mendoakan masa depan Indonesia (kendati sebagian panitia mengakui ada tendensi politik dalam aksi pekan lalu).

Iklan

Namun, seperti sudah dijelaskan sebelumnya Reuni 212 harus berurusan dengan hoax (lagi) menjelang acara digelar di Lapangan Merdeka Monumen Nasional. Sehari sebelum massa dari berbagai wilayah berkumpul di seputaran Jakarta Pusat, muncul video di Facebook bila panggung acara Reuni 212 roboh. Pengguna medsos yang memiliki sentimen pribadi terhadap motif penyelenggaran reuni segera memberi komentar negatif. Silakan saja menuding Reuni 212 sebagai kegiatan yang mempromosikan sektarianisme, namun ikut serta menyebar hoax tentu bukan tindakan bijak.

Setelah video panggung ambruk itu ramai dibahas, awak media segera mendatangi Monas. Rupanya, panggung berdiri normal. Bahkan pengerjaan sudah separuh selesai kala media datang.

Lalu, benarkah ada panggung roboh? Dari video yang beredar sih setelah diverifikasi itu memang kawasan Monas. Mungkinkah itu video dari momen berbeda? Juru bicara Reuni 212 Novel Bamukmin, mengakui sebelum kegiatan pihaknya digelar ada acara sehari sebelumnya, yakni shalawat menyambut Maulid Nabi Muhammad.

"Panggung yang roboh adalah panggung Tablig Akbar Majlis Sholawat Nurus Mustofa pimpinan Habib Hasan Ja'far Asegaf," kata Novel saat dikonfirmasi Harian Terbit. Dia pun menegaskan, panggung yang sedang dipersiapkan panitia hanya satu dari sekian panggung untuk acara Reuni. Panggung utama, yang pada pelaksanaan menjadi tempat orasi bagi Anies Baswedan, penyanyi religi Opick, serta musisi Ahmad Dhani yang baru saja tersandung kasus pasal ujaran kebencian, baru dibangun Sabtu dini hari, beberapa jam sebelum Reuni resmi berlangsung.

Iklan

Hanya saja, acara yang berlangsung damai itu akhirnya tetap disorot negatif. Terutama terkait jumlah peserta. Panitia mengklaim ada 7,5 juta orang yang hadir di Monas sabtu akhir pekan lalu. Namun polisi dan pengamat yang menganalisis foto serta video acara memperkirakan paling banter 40 ribu massa terlibat. Hasilnya tentu saja perdebatan tiada akhir di medsos, antara yang mendukung maupun nyinyir dengan kegiatan reuni. Tema jumlah peserta ini akan berulang kali jadi sumber debat sih kayaknya. Enggak di AS (waktu jumlah orang yang datang di Pelantikan Donald Trump jadi sorotan) maupun di Indonesia.

Bagi panitia acara yang melibatkan banyak orang, kayaknya perlu mencoba cara ini untuk mencari atensi media. Gelembungkan jumlah peserta, bikin pengguna medsos berantem, voila, kegiatan kalian pun akhirnya masuk berita (walaupun ya belum tentu positif).

Alexis Ditutup, Ganti Nama Jadi 4Play

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya tidak memperpanjang operasional Hotel Alexis. Bangunan hotel yang juga memiliki tempat hiburan di beberapa lantainya itu dianggap menjadi sarang prostitusi (sesuai rumor yang sejak lama beredar). Penutupan Alexis adalah salah satu janji kampanye Anies-Sandi pada masa Pilgub DKI Jakarta lalu.

Pekan lalu, muncul berita yang tentu saja mengejutkan. Apalagi bagi warga Jakarta yang memiliki sentimen negatif terhadap Anies-Sandi. Muncul foto plang di depan gedung Alexis, kawasan Jalan RE Martadinata, Ancol, Jakarta Utara, yang memasang tulisan 4Play. Pengguna Internet menyebut plang itu dulunya dipasang nama Alexis. Artinya hotel yang ditutup itu hanya ganti nama saja. Komentar nyinyir dan bermacam dugaan segera dialamatkan pada gubernur baru DKI (yang kalau kalian jeli, sekarang kerap diejek dengan sebutan 'gabener'). Isu ini makin ramai setelah beberapa media ikut mengamplifikasi kabar tersebut dalam postingan yang dikesankan sebagai berita, padahal sebetulnya cuma kumpulan komentar "netizen".

Iklan

Apakah prasangka sebagian pengguna Internet itu valid? Sebaiknya kita dengar saja keterangan jurnalis yang meliput Alexis pada hari keputusan ditutup dari pemprov muncul. Kresna, jurnalis media online Tirto, menepis kabar tersebut. "4play itu hanya salah satu lini bisnis hotel Alexis. 4play itu bar, ada di lantai 1. Kelihatan warganet yang posting tidak tahu soal 4play bar," kata Kresna lewat status Facebooknya.

Pernyataan serupa diberikan oleh tim legal Hotel Alexis, Lina Novita, saat dikontak detik.com. Yang dicabut izinnya menurut manajemen, sekadar hotel dan griya pijat. "Kan Alexis itu izinnya ada enam. Bar, hotel, restoran, karaoke, termasuk 4Play itu masih berlaku," kata Novita.

Begitulah. Tidak ada yang ganti nama. Bar juga bukan cuma 4Play, tapi ada ribuan? Bagaimana dengan yang menawarkan layanan mesum? Nah itu lain ceritanya. Sejauh ini yang bisa dikonfirmasi adalah adanya upaya Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta menemui Anies-Sandi untuk menanyakan arahan gubernur ihwal izin usaha bisnis sejenis. Pemprov mengklaim beberapa bisnis hiburan yang menyerempet mesum akan diminta mendukung konsep pariwisata halal. Belum jelas bisnis hiburan mana saja yang ke depan akan menjadi sasaran penertiban pemerintahan baru Jakarta.

Pintu Air Katulampa Jebol, Jakarta Siap Terendam Banjir

Sampailah kita di hoax klasik yang akan rutin menghiasi kolom VICE ini. Hoax soal bencana. Sempat beredar informasi pekan lalu jika Bendung Katulampa di Bogor, Jawa Barat, jebol akibat tingginya curah hujan. Nama Katulampa selama bertahun-tahun menerbitkan ketakutan penghuni Jakarta, dan komuter dari wilayah sekitarnya, bila disebut-sebut media. Sebab, bila ada laporan debit air dari Katulampa sudah tinggi, biasanya disusul kabar bakal ada wilayah DKI tergenang air, atau malah mengalami banjir parah.

Foto-foto dan video Bendung Katulampa jebol beredar pertengahan pekan lalu di media sosial. Bahkan, muncul kabar jembatan yang melintasi pintu air itu ikut roboh. Untunglah warga sekitar, sekaligus petugas yang memantau Katulampa segera memberi laporan bantahan.

Andi Yudirman, yang petugas penjaga di Katulampa, membenarkan adanya kenaikan debit air beberapa saat. "Naik tapi masih aman," ujarnya.

Keterangan pers dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta memastikan data menunjukkan curah hujan sepanjang pekan lalu bahkan hanya nol koma, tidak sampai 1 milimeter, baik di hulu maupun di hilir. Tinggi Muka Air pada hari ini semua normal dan tidak mengalami kenaikan. "BPBD DKI Jakarta juga mengingatkan bahwa Bendung Katulampa bukan merupakan pintu air, melainkan alat pengukur ketinggian air," seperti tertulis dalam keterangan tersebut.

Aih, selama ini media keliru dong tiap memberitakan fungsi Katulampa? Siap salah pak, terima kasih sudah diingatkan.

Kabar simpang siur seputar bencana ini memang mengesalkan sih. Kalau keliru sudah terlanjur memicu kepanikan. Tapi ada juga yang benar, cuma disampaikan lebay. Yang jelas, kalau sudah jelas-jelas hoax sebaiknya ya dicari pembuatnya. Polisi pun sudah gerah dengan maraknya hoax bencana. Hoax macam ini ngehe banget lah pokoknya.