FYI.

This story is over 5 years old.

Musik Baru

HELLIOST Mengajak Anak Muda di Moshpit Tak Lagi Bergantung Pada Negara

Band crossover metal asal Bandung ini merilis 'Anak Bangsa(l)', single yang menjadi pengantar materi album baru menyusul EP 'Paralaks' yang rilis tiga tahun lalu.

Kritik satir adalah pesan yang sebetulnya selalu ingin digarap HELLIOST band crossover metal asal Bandung. Band yang terbentuk pada 2013 ini berusaha menerapkan pendekatan semacam itu lewat EP Paralaks yang dirilis tiga tahun lalu. Hasilnya masih terasa kagok di sana-sini—karena mayoritas lirik di dalamnya tetap mengikuti pakem abstrak khas genre metal.

Kini, lewat single ‘Anak Bangsa(l)’ HELLIOST mengusung konsep yang jauh lebih matang. Dalam video klip tersebut, muncul kombinasi visual cerdas (yang penuh sensibilitas politik lewat kliping koran dan simbolisasi infus untuk menggambarkan negara ini), sound yang kaya, dan peningkatan lirik yang lebih nendang. Jika materi album baru konsisten, maka HELLIOST siap meneruskan estafet kancah seniornya dari skena metal Bandung yang punya sejarah panjang mengembangkan musik cadas di Indonesia.

Iklan

Sasaran kritik HELLIOST sekarang secara tegas adalah negara. Mereka merumuskan betapa sangat penting bagi anak muda untuk tak berharap banyak pada birokrasi yang sudah terlalu sering mengecewakan. Itu solusi jangka panjang. Sementara solusi jangka pendeknya: muntahkan rasa frustrasi bersama HELLIOST di moshpit. Perancangan materi untuk album baru ini, termasuk single Anak Bangsa(l) berlangsung di sela-sela obrolan selama nongkrong di kampus.

VICE berkesempatan ngobrol bersama HELLIOST menyinggung gagasan yang ingin mereka singgung dalam video klip single Anak Bangsa(l).

VICE: Mulai dari kapan materi single Anak Bangsa(l) dikerjakan?
Blank: Akhir 2017, tepatnya bulan Oktober, pengerjaan liriknya juga pada waktu itu. Sebenarnya, konsep sebelumnya uda dari 2016, tapi setelah mulai prosesnya bahasannya jadi beda.

Awalnya kalian mau membahas apa?
Blank: Sebelumnya mau ngebahas tentang aborsi, perempuan-perempuan yang melakukan aborsi, terus selama proses dan diskusi lama-lama jadi ke Anak Bangsa(l).

Dozzy: Sebenarnya ada keyword ‘Anak’, aborsi kan ada hubungannya sama anak nih, terus coba kita gali lagi dari kata-kata ‘Anak’, soalnya kayaknya kalau kita mau ngomongin aborsi kayak terlalu jauh. Jujur aja, ga terlalu dekat, walaupun kita concern sama hal itu, kayak kita bukan perempuan, kita ga tau dilema apa yang terjadi, mangkanya jadi kayak enggak terlalu relevan sama diri kita sendiri. Sampai akhirnya yaudah kita lebih memutuskan untuk dari keyword ‘Anak’, baru mulai obrolan-obrolan tentang Anak Bangsa(l) ini.

Iklan

Ada perubahan apa aja di single Anak Bangsa(l) dengan materi EP sebelumnya?
Dozzy: Cukup banyak perubahan, kalau yang lagu-lagu di EP Paralaks masih terlalu ke arah American Metal, kalau sekarang terinfluensnya lebih banyak, seperti Converge, Gojira, dan tentu saja Pantera, kalau secara musik ya. Lalu masalah lirik, kami masih mencoba terus munculin bahasa Indonesia. Kami mencoba memakai kata-kata yang benar-benar kita pahami, tapi kita juga enggak mau seliteral itu menuliskan liriknya.

Ceritain dong konsep visual video klip Anak Bangsa(l)
Dozzy: Sebenarnya video ini tuh pengiring official audio, cuma karena lupa ga di tulis di YouTube, jadi kesannya kayak video clip, visualisasi untuk official audio itu, mangkanya kayak enggak terlalu banyak yang bercerita secara mendetail, kita mengambil beberapa footage, lalu kita reproduksi lagi. Kita mainkan lagi secara tone warna, cuman pengen munculin mood dari si audio, dan memang ada beberapa footage yang mewakili lirik. Contohnya ada beberapa artikel tentang anak-anak bangsa Indonesia yang nyatanya ga terlalu diakui di Indonesia. Dalam lagu dan visual video ini kita menyinggung masalah banyaknya karya anak bangsa yang tidak diapresiasi oleh negaranya sendiri, seperti Khoirul Anwar yang sekarang di Jepang, yang berjasa ikut merumuskan dasar perhitungan teknologi 4G LTE. Teknologi itu kan sebenarnya ide matematis pertamanya dari orang Indonesia ini. Kita mau ngasih tahu kalau kita tidak bisa terus diam dan nungguin pemerintah kasih support, ya udah kita juga gerak, intinya sih itu kenapa footage itu harus ada.

Kalau maksud visual kantong darah yang banyak muncul itu apa?
Dozzy: Kantong darah itu kita pilih untuk menjadi gimmick utama pada lagu Anak Bangsa(l), jadi visual ini tuh sebenernya ga cuman di video aja sih, kayak artwork juga. Kantong darah itu sendiri sebenarnya kalau secara konsep, kan darahnya di atas tuh, dan kalau dilihat bentuknya salurannya ada di atas, nah kenapa kita bikin kayak gitu sebenarnya kalau secara visual sendiri, darahnya di atas dan bawahnya kosong, itu secara tidak langsung gambarin Indonesia, bendera Indonesia merah putih, terus kenapa salurannya ada di atas, karena sering kali kasus yang terjadi adalah jalur itu buat yang di atas aja, bukan buat orang-orang yang ada di bawah. Visual itu dikerjakan sama teman kita juga, Alditya Penyu.

Makna Anak Bangsa(l) sendiri bagi kalian seperti apa?
Ardi: Kalau dari pribadi nih ya - Anak Bangsa(l) lebih menyuarakan kenapa sih generasi yang sekarang itu kayak ditahan enggak berkembang, sedangkan generasi sebelumnya kayak jadi pembatas. Generasi yang baru sekarang kayak kita enggak bisa maju buat ngancurin si tembok buat menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Waktu baca liriknya, lebih ke arah keresahan anak muda yang punya semangat tapi dihalangi, kayak pemerintah tuh “jangan gerak dulu, udah sampai situ aja, santai."

Apa rencana terdekat kalian setelah merilis single Anak Bangsa(l)?
Dozzy: Kita lagi dalam proses kontak-kontakan sama sebuah label, kalau memang nanti cocok kita mau bikin album. EP Paralaks kan uda nyoba dan berhasil rilis sendiri, nah sekarang kita mau coba kerjasama bareng label, pengennya di tahun ini bisa rilis album.

*Simak video klip Anak Bangsa(l) di tautan awal artikel ini