Climate Uprise

Fakta Menyedihkan Seputar Perubahan Iklim Tergambar dari 8 Kartun Satir Berikut

Humor satir tampaknya bisa lebih obyektif menggambarkan berbagai masalah yang membuat peradaban modern sering abai pada bencana iklim mengancam generasi muda.
8 Kartun Satir membahas problem perubahan iklim mengancam umat manusia
Ilustrasi oleh Kendra Allenby 

Saatnya kita bergerak. Selama satu hari didedikasikan khusus membahas problem lingkungan di Bumi, semua situs VICE Media Group mempublikasikan seri “CLIMATE UPRISE”: berbagai cerita tentang bencana iklim dan cara mengatasinya. Klik di sini bila kalian ingin mengenal anak muda lain yang fokus melawan perubahan iklim di berbagai negara. Bersama-sama, kita bisa menghindari berakhirnya peradaban yang datang terlalu cepat.

Iklan

Kartun dan humor seringkali efektif untuk memulai percakapan mengenai topik-topik yang sulit. Kita lebih mudah menertawakan diri sendiri, dibanding langsung meyakinkan orang agar bersatu menuntaskan persoalan yang sama.

Tema perubahan iklim adalah salah satunya. Masih banyak pihak menyepelekan kenaikan suhu bumi, atau menganggapnya isu elitis. Padahal dampak perubahan iklim sudah mulai kita rasakan lima tahun terakhir. Anak muda yang paling dirugikan ketika mereka yang berkuasa tidak melakukan apa-apa untuk menjaga lingkungan.

Belum lama ini VICE menggelar Creators Summit: Climate Uprise, bersama dengan Palang Merah Internasional (ICRC). Kartunis, aktivis, dan anggota organisasi kemanusiaan berkumpul bersama, untuk membicarakan cara paling tepat mengampanyekan pentingnya upaya kolektif membendung perubahan iklim.

Salah satu cara yang disepakati perlu dipakai, adalah menyebarkan banyak kartun dengan muatan humor, untuk memantik renungan, debat, dan juga terobosan.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Peter Kuper

Beberapa kartun yang kami pilih dari sesi diskusi tersebut, menyentil organisasi kemanusiaan. Organisasi macam Palang Merah Internasional harus lebih aktif menjalakan operasional yang ramah lingkungan, serta mengurangi jejak karbon saat memberi bantuan ke daerah sasarannya.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Peter Kuper

Perubahan iklim juga memperparah situasi di zona konflik. Perang saja sudah memilukan dan menyengsarakan. Tapi efek dari perubahan iklim, misalnya kekeringan panjang dan ancaman kota yang tenggelam di pesisir, diyakini bakal memaksa jutaan orang bermigrasi tak lama lagi. Kita semua terancam kehilangan rumah yang kita kenal sekarang.

Iklan
climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Kendra Allenby

Satu hal yang harus diingat, perubahan iklim memang harus dilawan dengan langkah-langkah kecil yang berkelanjutan. Tapi, jangan merasa puas hanya karena sudah memilah sampah organik dan yang perlu didaur ulang, atau mengirim donasi ke gerakan tertentu.

Ingat, efek bencana iklim sudah kita rasakan sekarang, termasuk di Indonesia. Cuaca buruk sudah rutin memicu banjir dan longsor, angin ribut sering terjadi, dan kekeringan panjang dialami beberapa daerah di Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi. Artinya, semua pihak, dari masyarakat biasa, aktivis, hingga pejabat pemerintah, harus bergerak bersama.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber foto Kendra Allenby

Sayangnya, karena isu perubahan iklim masih dipandang parsial, dianggap cuma masalah aktivis lingkungan, maka korban yang merasakan dampaknya sering tak mendapat bantuan memadai. Ingat, baik itu warga zona konflik, penduduk kelas menengah Jakarta, masyarakat adat, semua mengalami efek perubahan iklim. Bencana macam ini tidak membedakan kelas sosial, gender, dan tempat tinggalmu.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Kendra Allenby

Dari 20 negara yang dianggap paling rentan mengalami efek bencana iklim dalam waktu dekat, 12 di antaranya adalah negara yang sedang mengalami peperangan atau konflik sektarian rutin. Mulai dari Yaman, Mali, Afghanistan, serta Republik Afrika Tengah. Mereka yang paling sering diabaikan dalam pembicaraan mengenai efek perubahan iklim.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Rebeka Ryvola

Maka, tak ada lagi kesempatan menunda-nunda. Kita semua perlu menyadari efek perubahan iklim, dan melakukan langkah konkret semampu yang kita bisa. Keamanan pangan, kesehatan mental, dan stabilitas ekonomi umat manusia terancam persoalan ini dalam kurun kurang dari 50 tahun mendatang.

Iklan
climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustasi: Peter Kuper

Pada 2050, Palang Merah Internasional memperkirakan akan ada tambahan 200 juta orang yang butuh bantuan kemanusiaan tiap tahun. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibanding 2018. Salah satu pemicunya: efek perubahan iklim. Di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia, akan muncul migran baru yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya akibat malnutrisi, cuaca buruk, dan kenaikan permukaan laut.

climate-change-problems-art-illustrations-editorial-cartoons-commentary

Sumber ilustrasi: Rebeka Ryvola

Salah satu yang kita pertaruhkan adalah sumber air bersih. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan pada 2050, lebih dari 50 persen wilayah dunia akan kekurangan air bersih. Ketika momen itu tiba, peradaban bakal terancam apabila manusia gagal bersatu menghadirkan solusi berkelanjutan.

Jadi, masih ingin tidak peduli pada isu ini? Semoga kartun-kartun di atas bisa mengajak pembaca sekalian merenung, dan tergerak untuk segera bertindak.

ClimateUprise_Button.png