FYI.

This story is over 5 years old.

Menstruasi

Kenapa Ya di Indonesia Tampon Kalah Populer Dibanding Pembalut?

Padahal di banyak negara tampon lebih populer dipakai saat menstruasi. Rupanya, ada faktor stigma dan tabu perempuan mempengaruhinya.
Ilustrasi oleh Bambang Noer Ramadhan.

Mana yang kamu pilih kalau sedang datang bulan, pembalut atau tampon?

Ketika kalian bertanya pada perempuan tentang topik menstruasi, kemungkinan dua hal ini yang terjadi: mereka segera menjawab dengan senang hati seperti jomblo yang sedang butuh-butuhnya curhat; atau mereka cuma nyengir, menolak menjawab secara halus.

Beberapa tahun terakhir, topik mengenai menstruasi—yang dialami setengah populasi dunia—kembali menghangat. Banyak perempuan mulai bertanya, kenapa juga mereka harus malu atau kikuk saat membahas menstruasi? Padahal datang bulan adalah tanda tubuh perempuan sehat dan sistem reproduksi tubuhnya bekerja dengan baik.

Iklan

Pemahaman budaya ataupun stigma-stigma terhadap perempuan yang sedang mens berbeda-beda di banyak negara. Untuk kasus Indonesia, perempuan tidak dibiasakan membahas datang bulan secara terbuka bersama keluarga ataupun kawan-kawannya. Akhirnya, yang sering muncul adalah kesalahpahaman. Ada pemahaman keliru, di kalangan gadis remaja, bahwa jika laki-laki menyentuh badan mereka saat sedang haid maka mereka terancam hamil. Salah paham soal haid ini terekam dalam laporan UNICEF Indonesia. Seperempat perempuan yang diwawancarai mengaku tidak pernah membicarakan menstruasi dengan siapapun sebelum mereka mengalaminya sendiri. Sedangkan 17 persen responden mengaku tidak tahu jika datang bulan adalah tanda pubertas.

Ketidaksiapan mengalami menstruasi ini memicu dampak lainnya. Yakni ketergantungan perempuan Indonesia pada produk pembalut. Padahal ada banyak metode lain, salah satunya tampon, yang bisa menjadi solusi menadah keluarnya darah kotor. Uniknya, tampon dijual sangat mahal di Indonesia. Tampon kapas di negara ini harganya bisa mendekati Rp100 ribu per pax. Bandingkan dengan pembalut dari berbagai merek premium yang tak sampai Rp20 ribu per pax.

Nugroho Kampono, dokter di Brawijaya Women & Children Hospital Jakarta, menilai tidak populernya tampon adalah hasil dari stigma soal keperawanan. Pembalut dipakai cukup dengan melapisi area vagina. Sementara tampon harus masuk ke dalam kelamin perempuan. Ada kekhawatiran bila tampon sampai merobek selaput dara, mereka bukan lagi "gadis" melainkan sudah jadi "wanita".

Iklan

"Kan sudah banyak juga cerita yang beredar bahwa selaput dara bisa robek hanya karena naik sepeda. Jadi perempuan di Indonesia memang sangat khawatir pada persoalan selaput dara ini," kata Kampono.

Sampai sekarang pun, perkara menjaga keperawanan masih sangat penting bagi perempuan di Tanah Air. Kampono mengaku tahu pasien perempuan dewasa, mencari dokter spesialis demi menjalani operasi agar mereka bisa kembali perawan. "Dengan operasi kecil saja bisa jadi perawan lagi."

Kami lantas mencoba bertanya pada beberapa perempuan mengenai pilihan produk yang mereka pakai saat menstruasi. Kami ingin tahu, apakah bermacam stigma masih menghantui perempuan Indonesia, ketika menyangkut topik datang bulan.

NICKY, 24, Pengguna Pembalut, Jurnalis

Kenapa kamu engga pakai tampon?
Dari pertama aku datang bulan, ibu sudah nyuruh pakai pembalut. Mana aku tahu ada pilihan lain seperti tampon. Aku pertama kali tahu tampon dari film. Tentu saja, aku waktu itu engga tahu gimana cara pakainya. Aku pernah cari tahu tentang tampon dan penggunaannya (aku masih SMA waktu itu) dan aku ketakutan. Masukin sesuatu ke kelamin itu kok kedengarannya aneh. Sayangnya, aku jarang menemukan tampon di supermarket. Tapi, ya sampai sekarang aku juga engga ada masalah pakai pembalut.

Apa lebih berat buat kamu kalau pakai tampon ketika menstruasi?
Sebenarnya, aku engga pernah punya masalah sama pembalut, aku bisa beraktivitas dengan pembalut. Tapi kadang, aku juga mau berolah raga, seperti berenang. Kalau begini, aku terpaksa mengundurnya sampai menstruasiku beres. Aku tak nyaman berenang saat menggunakan pembalut. Aku takut tembus terutama kalau lagi dapat. Jadi kalau ditanya, apakah pembalut membatasi aktivitasku? Bisa jadi. Tapi aku tak terlalu terganggu kok.

Iklan

Kenapa banyak perempuan Indonesia hanya menggunakan Pembalut?
Karena tak banyak informsi mengenai tampon. Di TV, hanya ada iklan pembalut. Banyak dari kami belum pernah lihat tampon. Begitu juga ibu-ibu kami, yang kami tahu cuma pembalut. Dan menggunakan pembalut jadi kebiasaan di sini. Mungkin ada hubungannya dengan masalah keperawanan. Tapi tetap saja, perempuan yang sudah menikah dan sudah sexually active juga jarang menggunalan tampon. Jelas, masalahnya cuma tentang kekurangan informasi mengenai tampon. Kami tak pernah lihat tampon jadi kami tak pernah menggunakannya.

ANONIM, 23, Tidak mau ibunya tahu dia pakai tampon

Kapan kamu mulai pakai tampon?
Aku pakai tampon sejak 18 tahun. Waktu itu aku kuliah di Australia. Aku pakai tampon karena alasan kenyamanan.  Pas aku mulai menstruasi, keluarnya selalu banyak, kadang-kadang pembalut tidak cukup. Kalau pake pembalut sering bocor, ini ngeselin.

Kira-kira kenapa kebanyakan perempuan Indonesia tidak pakai tampon saat mens?
Menurut aku mayoritas perempuan Indonesia tidak menggunakan tampon karena mereka bahkan tidak tahu banyak tentang tampon. Barang ini sulit ditemukan di Indonesia. Tapi kalaupun tampon mulai disosialisasikan di sini, banyak yang masih akan ragu untuk menggunakannya sebagai alternatif untuk pembalut karena adanya kepercayaan bahwa tampon bisa merobek selaput dara dan merenggut keperawanan. Untuk alasan inilah aku menggunakan tampon diam-diam. Aku pernah ngobrol dengan Ibu soal penggunaan tampon dan dia mengatakan bahwa perempuan pengguna tampon adalah mereka yang berhubungan seks pra-nikah dan maka dari itu tidak takut selaput daranya robek. Saya berusaha menghindari stigma negatif yang akan timbul apabila mengaku menggunakan tampon.

Iklan

Trus, kamu kalau beli tampon di mana?
Aku menimbun banyak tampon selama masih di Australia, karena di sana harganya jauh lebih murah. Dan ketika membeli, aku tidak merasa dihakimi. Aku belum pernah mencoba mencari tampon di Jakarta, tapi pernah beli di apotek di Yogyakarta. Harganya lumayan mahal—sekitar Rp213 ribu untuk 10 tampon. Alternatifnya, aku biasanya pakai pembalut khusus tidur.

SHAFIRA, 25, Pengguna Tampon, Editor

Berapa umurmu ketika pertama kali menggunakan tampon?
Aku menggunakan tampon pertama kali ketika berumur 15. Tapi aku merasa tidak nyaman jadi aku kembali menggunakan pembalut. Baru pada umur 20 tahun aku mulai rutin menggunakan tampon. Waktu itu aku sedang di luar negeri dan kehabisan pembalut. Toko paling dekat cuma menjual tampon jadi aku kehabisan piluhan. Kali ini, aku langsung merasa nyaman—mungkin karena aku memasukannya dengan benar. Dulu aku kesusahan melakukannya.

Kenapa milih tampon? 
Mungkin karena tampon lebih praktis—terutama kalau kamu sedang bepergian karena tampon bisa bertahan lebih lama dari pembalut jadi tidak harus sering ganti. Aku juga menggunakan tampon saat berenang karena pembalut, bagi aku, menjijikan. Pembalut menggembung jika kena air dan aku takut tembus dan bikin air kolam merah.

Kira-kira kenapa ya perempuan Indonesia lebih suka pembalut? 
Pertama, mereka takut tampon. Bagi orang Indonesia, memasukan sesuatu ke dalam vagina itu tabu. Banyak yang bilang tampon bisa merusakan selaput dara. Kalau selaput dara ini rusak kamu dianggap tak perawan lagi.  Kedua, harga tampon di negara ini mahal banget. Tampon tak sepopuler pembalut, tampon tak diproduksi di pabrik lokal. Artinya tampon yang ada di sini semuanya hasil impor. Harganya bisa lima sampai delapan kali lebih mahal dari pembalut. Satu bungkus tampon isi cuma 20 harganya bisa sampai Rp150.000. Sebagai perbandingan, satu bungkus isi 20 pembalut dijual Rp20.000. Jadi, memang tak semua orang bisa beli tampon.

Iklan

RIA, 24, menggunakan tampon, Aktivis Perlindungan Anak

Kenapa kamu pakai tampon?
Tampon lebih mudah digunakan dan menyerap darah lebih bagus daripada pembalut. Rasanya juga lebih nyaman. Kamu bisa bergerak lebih bebas tanpa harus khawatir darah akan menetes ke rok atau celana. Aku tidak suka pakai pembalut ketika berolahraga karena aku banyak bergerak. Aku takut bocor. Sementara kalau menggunakan tampon saat berolahraga, aku tidak pernah khawatir.

Kenapa kebanyakan perempuan Indonesia memilih pakai pembalut?
Mungkin karena bentuk tampon. Mereka berbentuk seperti sosis kecil yang masuk ke dalam vagina. Banyak menganggap ini posisi seksual dan akan merenggut keperawanan. Banyak juga yang takut menggunakan tampon karena rasanya sakit. Dulu ketika mulai menggunakan, rasanya memang agak aneh, tapi lama-lama terbiasa juga.

Kamu beli tampon di mana?
Karena tidak banyak perempuan Indonesia yang pakai tampon, memang sulit sih nyarinya. Tapi ada kok di beberapa apotek.

HANI, 24, pengguna pembalut, Mahasiswa S2 dan penulis lepas

Kenapa kamu engga pake tampon?
Aku pribadi engga pake tampon secara berkala karena takut bocor. Aku kadang penasaran masangnya bener gak. Mungkin juga karena aku sudah terbiasa menggunakan pembalut sejak pertama kali menstruasi. Sekarang aku hanya pake tampon kalau lagi kepepet. Aku merasa lebih tidak aman ketika pake tampon.

Kenapa mayoritas perempuan Indonesia tidak pake tampon?
Menurut aku banyak perempuan Indonesia engga pake tampon karena adanya kepercayaan bahwa kamu tidak akan perawan lagi begitu apapun masuk ke vagina. Eeleuh.