Kru Televisi Indonesia Membeberkan Rahasia Produksi di Balik Reality Show Misteri
Semua foto oleh Nico Oliver, host (Masih) Dunia Lain.

FYI.

This story is over 5 years old.

Reality Show

Kru Televisi Indonesia Membeberkan Rahasia Produksi di Balik Reality Show Misteri

Puluhan kru di tempat angker, adanya dukun yang tak punya kemampuan, dan banyak lagi lainnya. Pertanyaan tentang acara-acara uji nyali yang pernah jaya sebagian terjawab!

Empat bocah SD termangu-mangu sambil gemetar. Keringat deras mengucur, setelah kami berempat melihat salah satu kawan melambai-lambaikan tangan dari kejauhan.

Kami meniru acara reality show misteri di televisi: melakukan 'uji nyali' di taman dekat rumah, di Kota Bandung.

Lambaian tangan itu tanda menyerah. Melihat lambaian itu, tanpa babibu, sekejap kawan-kawan, termasuk diriku, berlari lintang pukang. Kami berlari sekencang-kencangnya. Sebagian tak peduli sandalnya putus. Satu bocah yang tertinggal di belakang, hampir mengencingi celananya sendiri.

Iklan

Yang tertinggal itu adik sepupuku, Aldi, yang larinya paling pelan. Dia lari sambil berteriak, "ada penampakan!"

Semua itu pengalamanku 12 tahun lalu, ketika acara televisi bertema uji nyali sedang jaya-jayanya. Bocah-bocah di sekitar rumahku berbagi peran. Ada anak yang harus dikorbankan, menjadi sosok yang berdiam di lokasi dianggap seram atau berhantu.

Seringkali, untuk meniru acara uji nyali, kami bolos mengaji. Berbekal lampu senter dan kompas, kami pergi ke kuburan atau sekadar ke belakang rumah orang.

Hingga kini, istilah "uji nyali" dan "lambaikan tangan ke kamera" telah jadi semacam lelucon turun-temurun, bahkan bagi generasi yang tidak mengalami sendiri jayanya program-program misteri.

Lokasi uji nyali di Pekalongan.

Salah satu yang paling terkenal adalah Dunia Lain, program di stasiun televisi Trans TV. Sosok pembawa acaranya yang botak, Harry Panca, memiliki aura mistis yang membuatnya tak terlupakan. Aku dan teman-teman sepermainan kagum bukan kepalang pada acara itu. Berkat acara-acara itu, kami jadi ingin melihat hantu. Merasakan sensasi uji nyali dan mengalami penampakan.

Generasi milenials yang menghabiskan masa kecil di awal 2000-an, pasti memiliki kenangan masing-masing dengan acara 'setan-setanan' di televisi. Saban menonton setiap episodenya kami bertanya-tanya, "Memangnya itu betulan?" "Ada rekayasa engga ya?"

Bahkan untuk penonton bocah seperti kami, uji nyali bersama segala penampakkannya terkesan tidak logis. Tapi, ujung-ujungnya, kami ikut-ikutan memburu tempat mistis dan membuktikan adanya hantu di dunia nyata. Setelah 12 tahun, teringat dulu pernah terbujuk bermain uji nyali dan bertanya-tanya apakah acara itu benar-benar nyata, aku kini mencari jawabannya. Aku berupaya menjawab pertanyaan masa kecil tentang rahasia produksi acara misteri di televisi.

Iklan

Aku menemui tiga orang mantan kru acara (Masih) Dunia Lain. Mereka adalah Noni Nandini, Dea Sinuhaji, dan Sulaeman Anwar. Aku juga berbincang dengan parapsikolog Citra Prima demi menjawab pertanyaan-pertanyaan penting berikut:

  • Bagaimana proses di balk layar dari reality show misteri yang bombastis itu?
  • Apakah acara ini direkayasa?
  • Apa yang sebetulnya dilakukan paranormal di lokasi? Benarkah mereka melakukan hal-hal mistis?

"Gimana kita bisa merekayasa makhluk-makhluk itu? Itu kan engga bisa direkayasa," kata Dea Sinuhaji, perempuan berdarah Batak, mantan tim kreatif (Masih) Dunia Lain. Dia tegas membantah spekulasi adanya rekayasa visual dan keterlibatan kru—tudingan yang marak dibahas di forum Internet—agar acaranya terlihat lebih seram. Dia juga menampik ada peserta yang dibayar berakting kesurupan. Menurut Dea, semua adegan yang muncul tiap episode sungguh-sungguh otentik. Mereka tidak bisa menunjukkan pada saya rekaman mentah setiap episode. Ketiganya mengklaim sulit mengakses arsip rekaman lama, karena kini sudah berpisah menggarap program berbeda-beda.

Namun mereka masih ingat detail proses pengerjaan setiap episode. Agar suasana syuting uji nyali semakin seram, kru kadang sengaja "memanggil" si hantu agar datang ke lokasi.

"Kita kan doyan manggil yah," ungkap Sulaeman, yang biasa dipanggil Ule, mantan asisten produser (Masih) Dunia Lain. Buru-buru, Dea meluruskan. "Sebenarnya bukan doyan manggil, katanya kalau dibahas terus menerus katanya dia akan merasa terpanggil."

Iklan

Selain itu, proses uji nyali sebetulnya tidak sesepi yang tampak di layar televisi. Sebab buat merekam proses uji nyali, butuh nyaris 60 orang kru bekerja bersamaan di lokasi. Jumlah orang yang amat ramai, untuk sebuah acara yang mengungkap misteri dari lokasi yang dianggap angker dan sepi.

Kru bersiap sebelum pengambilan gambar uji nyali

Maka hampir mustahil bagi tim Dunia Lain menyembunyikan proses syuting acara ini dari warga sekitar. "Yang datang (menonton) bisa jadi satu kampung. Teman saya bilang, begitu kita ketahuan mau shooting, di kampung itu malah bikin pasar kaget gara-gara mau nonton. Kan gimana seremnya," kata Noni membeberkan.

Pernah, satu kali, beberapa warga yang menonton di lokasi ikut kesurupan. "Itu dari kumpul-kumpul di suatu titik, mereka kemudian nyerang kita kayak monyet. Tenaganya dahsyat tuh kalau kesururupan," ungkap Ule. Dia pernah dibanting orang kesurupan sejauh dua meter. Beberapa adegan kesurupan yang ditayangkan (Masih) Dunia Lain membuat acara ini ditegur Komisi Penyiaran Indonesia.

Untuk menyiapkan satu episode, kru (Masih) Dunia Lain harus melakukan riset singkat. Tim kecil pergi lebih dulu ke lokasi sasaran, meninjau semua cerita dan sejarah di sana. Seringkali dalam proses riset dan survei, tim 'dikerjai' hantu setempat.

Ketika ditanya pegalaman paling berkesan, tiga orang yang kutemui serempak menjawab proses syuting satu episode ini: 'Perempuan di Ciracas'. Saat itu hantu bergantian merasuki tubuh peserta uji nyali perempuan. Makhluk yang mengaku bernama Mirah ini bercerita, semasa hidup diperkosa oleh pacarnya yang mengajak ke Jakarta tanpa seizin orangtua. Dia minta tolong pada kru agar arwahnya dibuat tenang. Akhirnya Mirah pun didoakan dan dibuatkan nisan.

Iklan

Kalaupun ada yang bisa disebut rekayasa, menurut para mantan kru, letaknya ada pada seleksi peserta uji nyali. Mereka yang punya pengalaman atau kemampuan spiritual lebih berpeluang terlibat syuting.

Sebelum syuting di kota tertentu mereka selalu membuka pendaftaran. Ada sesi wawancara yang hasilnya dijadikan acuan. "Kita tanya pengalaman mereka, pernah punya pengalaman sama makhluk-makhluk itu engga, punya keturunan yang titipan gaib atau engga. Keluarganya pernah engga melakukan sesuatu ritual di rumah. Kalau dia sudah terbiasa dengan itu akan lebih gampang," kata Dea.

Jawaban para kru belum memuaskanku. Aku menghubungi parapsikolog bernama Citra Prima yang selama bertahun-tahun akrab dengan dunia astral—sebutan mentereng untuk kajian fenomena mistis.

Citra beberapa kali bergabung sebagai parapsikolog untuk (Masih) Dunia Lain. Di setiap episodenya, dia kadang mendampingi paranormal tradisional yang muncul, menjelaskan fenomena mistis. Dari Citra, aku baru tahu jika sebagian kecil paranormal di episode-episode acara itu sebetulnya gadungan. Mereka tidak punya kemampuan melihat atau terbatas kemampuannya mengendalikan mahluk halus.

Citra mengaku beberapa kali pernah ditegur 'makhluk astral' di lokasi syuting, karena perilaku paranormal yang berpura-pura atau berlebihan.

Dukun yang asli saja—menurut Citra—sering dianggap tidak sopan oleh makhluk astral di lokasi syuting. Hal demikian terjadi ketika beberapa paranormal merasa punya kemampuan, lalu tidak bisa menahan egonya. "Kalau sudah eksis mereka lupa batasnya sampai mana. Akhirnya jadi megalomania, itu yang seringkali terjadi," kata Citra.

Iklan

Bagi Citra upaya mengulas uji nyali dan penampakan, atau adanya peserta yang kerasukan, tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Dia mengakui topik-topik supranatural, termasuk bidang parapsikologi yang dia geluti, masuk ranah pseudo-science. Terkesan ilmiah padahal tidak sama sekali.

"Kalau ilmiah ini kan hitungannya di frekuensi beta, dalam arti frekuensi yang disadari seluruh fisik indera. Sementara supernatural itu di frekuensi paling tinggi, di frekuensi alfa," ujarnya.

Lokasi uji nyali di Solo

Intinya, Citra turut mengklaim tidak ada rekayasa dari adegan-adegan seram atau mistis di layar televisi kita. Jika anda masih tidak percaya pada klaim para kru, itu hak masing-masing.

Acara (Masih) Dunia Lain adalah 'saudara kandung' Dunia Lain yang populer sewaktu aku kecil. Acara itu lahir pertama kali pada 2002, disiarkan Trans TV, mencapai ratusan episode. Dunia Lain berjasa melahirkan acara-acara epigon di stasiun televisi lain. Kemudian produksinya pindah ke Trans7 yang masih satu grup televisi, pada 2007. Itu sebabnya muncul embel-embel 'Masih' di tajuknya.

(Masih) Dunia Lain telah berhenti tayang. Episode terakhir mengudara 2015 lalu. Rating acara misteri seperti Dunia Lain turun drastis. Kalah populer dibanding tren acara pencarian bakat Dangdut. "Buat penonton siklusnya muter, kayaknya sekarang lagi di musik dangdut," ungkap Ule.

Pada masa jayanya, Dunia Lain sempat meraih angka share 30, sangat tinggi untuk sebuah program televisi. Tingginya rating membuat tim produksi acara misteris ini menghasilkan 12 episode dalam satu bulan, termasuk Uji Nyali LIVE.

Iklan

Meledaknya acara misteri membuat setiap stasiun televisi Indonesia berlomba-lomba menggarap acara serupa. Khusus Trans7, sempat ada ketergantungan tinggi pada acara semacam itu, sehingga siaran yang formatnya tak berbeda jauh dari (Masih) Dunia Lain bertebaran di berbagai jam tayang. Misalnya saja acara Dua Dunia, Scary Job, Ghost Hunter, hingga Mister Tukul Jalan Jalan. Semuanya melibatkan syuting di tempat-tempat angker dan ada sisipan proses uji nyali.

Akibatnya Trans7 sempat memperoleh julukan tak resmi sebagai stasiun 'TV Misteri'. "Kita juga sempat dicap jadi TV misteri jadinya. Padahal kan dulu pegangannya [Trans7] talkshow dan komedi," jelas Ule.

Bukan cuma Trans7 yang kena demam acara misteri. Di saat bersamaan tayang program Jejak Paranormal dan Percaya Nggak Percaya di ANTV, Pemburu Hantu dan Penampakan di Lativi, serta banyak lainnya. Semuanya sempat memperoleh rating lumayan.

Akhirnya, sebagian pertanyaanku tentang rahasia di balik acara-acara misteri terjawab. Sebagian masih belum bisa berdamai dengan nalar.

Ule, yang berkukuh tak pernah merekayasa hantu-hantu dan kesurupan setiap episode, percaya acara misteri akan bersemi kembali di masa mendatang. Sebab orang Indonesia mencintai mistisime. Kita kecanduan takhayul.

"Kita kan di Indonesia, mau sepintar apapun orang, mau sekaya apapun orang pasti dia punya 'sesuatu'. Mau pintar ataupun intelek, unsur magisnya masih kuat. Itu yang mendasari."