FYI.

This story is over 5 years old.

uji medis

Hasil Tes DNA Membuat Saya Meragukan Identitas Selama Ini

Apakah tes yang menyimpulkan saya 50 persen Asia Timur dan Suku Asli Amerika dapat mengubah apapun soal identitas saya?
Foto via Press Association/The Canadian Press.

Artikel ini awalnya tayang di VICE Canada

Selama yang saya ingat, saya selalu menonjol di keluarga. Tak seperti adik laki-laki saya, yang kulitnya pucat dan sensitif terhadap sinar matahari, kulit saya gelap. Waktu kecil, saya akan menghabiskan seharian di luar panas-panasan, supaya kulit saya gelap dan sehat dan berwarna mocha gelap. Teman-teman saya malah terbakar kulitnya.

Saya senang memiliki kulit lebih gelap karena hal tersebut membuat saya berbeda. Meski demikian, hal tersebut membuat saya mempertanyakan banyak hal, sebagai generasi kedua warga Kanada yang orangtuanya berasal dari El Salvador.

Iklan

Saat saya pertama kali bertanya pada ayah saya kenapa kulit saya lebih gelap, dia langsung mulai ceritain ke saya soal cerita-cerita kakek saya yang merupakan orang Amerindian murni dari Guatemala, dan merupakan orang dengan kulit tergelap dari sisi keluarga ayah saya. Dia adalah tuan tanah, seorang pejudi, mahir menggunakan machete, dan bisa bermain musik. Tapi yang lebih penting, dia adalah alasan saya tampak seperti ini.

“Nak, kamu punya darah Indian,” ujar bapak saya ke saya. Indian, dalam artian suku asli Amerika. Dia juga bilang bahwa saya keturunan suku Maya, dan bahwa saya punya darah campuran Eropa dan Spanyol juga. Dia menceritakan soal para conquistadors, Hernán Cortés, Moctezuma, Atlacatl—figur-figur hampir mitos yang mewakili masa lalu yang kelam dan rumit yang terdiri dari genosida, perbudakan, dan pemerkosaan. Saya jadi tertarik dan ingin tahu lebih lanjut.

Bertahun-tahun kemudian, saya menyaksikan tren YouTube yang sangat menghibur di mana vlogger dan pencipta konten kenamaan mengambil tes DNA. Saya langsung menonton semua video tes DNA yang bisa saya temukan. Bagi saya, bagian terbaiknya adalah reaksi pada hasil mereka. Mereka sangat bahagia untuk mengetahui bahwa mereka 2.5 persen Afrika atau 5 persen Suku Asli Amerika. Semakin saya baca soal tes DNA, semakin saya menyadari betapa umumnya hal ini. Ini adalah industri yang berkembang.

Menurut sebuah estimasi pada 2017, kini ada 12 juta orang yang menjalani tes DNA. Ledakan ini sebagiannya karena perusahaan-perusahaan seperti Ancestry.com dan 23andMe menghabiskan sampai dengan $100 juta untuk kampanye dan iklan. Terlepas dari popularitasnya, tes DNA sudah sering dikritik, karena hasil DNA yang gagal dan penanganan aneh data orang-orang. Baru-baru ini, orang-orang menggunakan layanan tersebut untuk mengetahui apakah mereka memiliki kecenderungan Alzheimer dan Parkinson. Badan-badan yang diatur pemerintah lah, sepertu FDA, yang mengajukan tuntutan. Selain itu, anak-anak dari donor sperma menggunakan layanan tersebut untuk berhubungan dengan orangtua mereka, menyebabkan para profesional menimbang ulang isu-isu hukum di sekitar uji coba DNA.

Iklan

Bikin merinding bagaimana perusahaan-perusahaan berhasil mengkomodifikasi air liur kita, dan bagaimana pemerintah bereaksi terhadap teknologi ini. Meski demikian, rasa penasaran saya lebih besar ketimbang implikasi etis dari tes DNA. Jadi saya mengambil tes tersebut.

Membutuhkan dua minggu sampai peralatannya datang di kotak surat. Di dalam paket yang didekorasi dengan penuh warna adalah serangkaian instruksi dan sebuah botol kecil. Prosesnya sederhana: meludah ke dalam botol tersebut, tutup, dan kirim kembali. Saya ingat mengirimnya kembali ke kantor 23andme, saya kepikiran, apa sih yang saya harapkan dari hasil tesnya? Saya ingat, meski kabur, percaya bahwa hal ini akan mengugkapkan sesuatu soal diri saya. Mungkin hal ini akan mengubah saya, mengubah cara saya memandang diri sendiri. Mungkin.

Setelah dua bulan, saya akhirnya mendapatkan hasilnya.

Ternyata, saya adalah:

1) 49.3 persen Asia Timur & Suku Asli Amerika

2) 32.4 persen Eropa

3) 6.1 persen Afrika Sub-Sahara

4) 3.7 persen Timur Tengah & Afrika Utara

5) 8.4 persen tak diketahui

Kamu bisa melihat laporan lengkapnya online, lewat tautan ini:

Sejujurnya, saat saya mendapatkan hasilnya, saya kaget dan lumayan senang untuk menemukan bahwa saya sebagian besarnya “Native American.” Saya merasa kecurigaan saya akhirnya terjawab. Saya bisa merasakan darah Indian dan Spanyol mengalir pada nadi saya. Saya mendapatkan yang saya bayar, sebuah identitas baru, dan cara pandang baru.

Iklan

Meski demikian, momen kebahagiaan ini singkat. Lagipula, hasil ini hanyalah persenan yang mengindikasikan bahwa saya terasosiasi dengan wilayah-wilayah spesifik di Bumi. Itu doang kok. Tidak ada Diri yang terbarui, tidak ada hubungan baru dengan masa lalu saya. Ini hanyalah angka-angka.

Yang menarik adalah bagaimana kontras ini kemudian dijadikan daya jual oleh kampanye-kampanye uji DNA.

Misalnya saja iklan ini oleh Ancestry.com. Ini adalah bagian dari serangkaian iklan yang menunjukkan orang-orang yang telah melalui sebuah “perjalanan” genetik, mereka telah menemukan jati diri mereka sesungguhnya. Dalam iklan ini, kamu bisa melihat sekumpulan orang yang beragam menangis dan terharu karena mengetahui bahwa mereka berbagi genom dengan sebuah negara yang mereka harusnya benci. Kita melihat bagaimana tes-tes ini bisa digunakan, dan bagaimana mereka bisa berpotensi mendekatkan orang-orang dan mengkonsolidasi persepsi seseorang soal diri mereka. Tapi saya gak kemakan sama yang kayak gitu.

Untuk segitunya percaya dengan DNA adalah bentuk lain dari determinisme genetik, atau suatu cara untuk membenarkan perilakumu dengan alasan “bawaan genertik.” Saya gak bermaksud menyangkal predisposisi sesungguhnya, namun untuk mengkritisi ide “penemuan jati diri instan” dengan cara meludah ke dalam sebuah botol.

Saya rasa cerita-cerita yang disampaikan ayah saya sewaktu kecil sudah cukup. Saya kekeuh mencari tahu asal usul nenek moyang saya boleh jadi hanyalah pertanda saya bosan dengan diri sendiri. Saya termakan ide bahwa tes-tes ini akan membantu saya memahami diri saya sebenarnya. Konyol bahwa kamu bisa “membeli” cara-cara mengenali diri sendiri. Bukannya gimana, seru juga kok ngelihat hasilnya dan membayangkan nenek moyang saya berasal dari bagian-bagian dunia yang berbeda. Tapi saya tahu bahwa diri saya lebih besar dari urusan genetik. Meski saya tidak bisa menunjuk dengan pasti inti identitas saya, setidaknya saya tahu jati diri saya tidak terikat pada poin-poin persentase seperti itu.