Sains

Permukaan Bulan Terpantau Berkarat, Ilmuwan Menduga Bumi Biang Keroknya

Bulan tidak punya oksigen dan air, jadi seharusnya mustahil ada lapisan karat di sana.
Ilmuwan Temukan Karat di Permukaan Bulan akibat bumi
Ilustrasi fase bulan oleh Flickr/Giuseppe Donatiello 

Seperti yang telah kita ketahui, lapisan karat muncul ketika logam bereaksi dengan udara dan air. Proses oksidasi besi takkan mungkin terjadi tanpa kedua unsur itu. Dengan demikian, bisa dikatakan karat mustahil muncul di tempat yang kekurangan oksigen dan air.

Namun, lapisan merah kecokelatan justru ditemukan di permukaan Bulan, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances. Peneliti menduga kejadian langka ini disebabkan oleh kiriman oksigen dari Bumi.

Iklan

Permukaan Bulan terus-menerus diterpa angin Matahari yang mengandung hidrogen hingga terkorosi atau mendapatkan elektron.

“Tak satupun orang pernah membayangkan permukaan Bulan berkarat,” ujar peneliti Shuai Li dari University of Hawai’i di Mānoa. “Permukaan Bulan semakin berkurang, jadi takkan ada yang bisa melihat zat besi bervalensi tinggi seperti hematit.”

Setelah membandingkan data reflektan yang dikumpulkan misi Chandrayaan-1 dari India dengan sampel karat murni, tim Shuai mengidentifikasi bahwa materi yang ditemukan pada garis lintang 60 derajat di permukaan Bulan merupakan hematit atau besi (III) oksida. Perbandingannya cukup mudah, sehingga Shuai yakin spektrum reflektan itu merupakan hematit.

“Metodologinya cukup sederhana,” terangnya. “Ketika membandingkan datanya dengan pengukuran hematit murni di lab, spektrumnya mirip satu sama lain dan sangat berbeda dari mineral lain.”

Tumpukan karat itu mengingatkan Shuai dengan endapan es air yang ditemukannya di wilayah kutub Bulan. Tak seperti temuannya pada 2018, hematit menyebar secara padat dan jarang-jarang ke beberapa arah. Angin Bumi membawa oksigen ke Bulan dan melindunginya dari angin Matahari untuk beberapa hari. Dari situ terjadilah proses oksidasi.

Shuai berujar penemuan ini menunjukkan meski jarak Bumi dan Bulan berjauhan, keduanya sangat terhubung satu sama lain. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan angin Bumi mengangkut materi-materi lain yang berusia miliaran tahun. Para ilmuwan bisa lebih memahami kondisi awal Bumi dengan mempelajari sampel dari lokasi yang dibatasi karat.

Penelitian ini nantinya dapat meningkatkan peluang menjelajahi dan menghuni Bulan. Permukaan Bulan yang memiliki hematit mungkin memiliki kadar oksigen dan air lebih tinggi, sehingga wilayahnya dapat dijadikan lahan agrikultur. Karat bahkan bisa membantu penambang Bulan, kata Shuai.

“Di masa depan, jenis besi ini dapat menjadi sumber daya bermanfaat pada permukaan Bulan.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard