FYI.

This story is over 5 years old.

Hubungan

Sains Menjelaskan Alasan Pacar Selalu Terobsesi Pada Kesalahan Kecil Kita di Masa Lalu

Penelitian University of Waterloo menunjukkan kesalahan seseorang di masa lalu, cenderung mempengaruhi hubungan percintaannya di masa masa sekarang.
Foto oleh Mosuno via Stocksy.

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.

Penelitian yang belum lama dirilis mengkonfirmasi apa yang banyak orang rasakan dalam hubungan mereka: jika kamu mempunyai kesalahan di masa lalu yang diketahui pasanganmu, lalu ketika kalian berantem, kemungkinan besar dia akan mengungkit-ungkit kesalahan itu—biarpun sebenarnya tidak relevan. Jelas kecenderungan dialami banyak pasangan kekasih ini mencerminkan sebuah hubungan yang tidak sehat.

Iklan

Menurut para peneliti, pemikiran seperti ini disebut "logika dapur (kitchen thinking)," sebuah referensi ke ungkapan populer dalam bahasa Inggris: "partnermu bakal melempar semua barang di dapur saat berkelahi, kecuali bak cuci piring. Soalnya bak cuci berat."

Tentunya tidak semua orang seperti ini. Dalam laporan yang berjudul When Slights Beget Slights: Attachment Anxiety, Subjective Time, and Intrusion of the Relational Past in the Present para peneliti menyampaikan empat jenis penelitian yang mereka desain, dan semuanya menunjukkan bahwa orang-orang yang merasa aman dalam hubungannya cenderung tidak berpikir menggunakan "logika dapur."

Dalam penelitian pertama, para peserta melaporkan bahwa kenangan yang bersifat negatif bisa muncul dalam sebuah "konflik baru yang tidak ada hubungannya dengan kenangan tersebut."

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa persepsi seseorang terhadap waktu akan menentukan. Seseorang yang punya rasa "takut kehilangan" cenderung mengungkit-ungkit kenangan masa lalu yang buruk. Sementara orang yang merasa aman bisa melihat keburukan masa lalu sebagai "hal yang sudah berlalu." Menurut para peneliti, individu yang takut kehilangan sangat-sangat mendambakan hubungan yang intim, sampai-sampai mereka sulit mempercayai partnernya. Mereka takut ditinggalkan. Orang-orang seperti ini cenderung lebih bemasalah dan berperilaku tidak sehat dalam sebuah hubungan.

Penelitian yang kedua menguji hal ini dalam konteks hubungan romantis. Para peserta disuruh menilai seberapa berpengaruhkah kenangan negatif masa lalu mereka terhadap hubungan mereka sekarang. Hasilnya? Mirip dengan penelitian pertama.

Iklan

Dalam penelitian ketiga yang dihelat University of Waterloo di Kanada ini, peneliti mencari tahu kenangan macam apa yang biasanya diingat-ingat orang. Para peserta diminta mengingat kejadian yang terjadi akhir-akhir ini dan menyebut tiga kenangan yang berkaitan dengan partner mereka. Lagi-lagi hasilnya mirip dengan dua penelitian sebelumnya. Individu yang tidak takut kehilangan cenderung mengingat kenangan yang positif, sementara mereka yang lebih takut kehilangan cenderung menyebutkan kenangan yang negatif.

Dalam penelitian keempat, para peserta diminta membeberkan "seberapa banyak logika dapur yang digunakan ketika berantem dengan partner mereka baru-baru ini." Kemudian para peneliti akan menganalisa bagaimana perilaku ini mempengaruhi hubungan mereka: apakah mereka merespon konflik secara sehat? Bagaimana mereka memandang seberapa serius konflik tersebut dan bagaimana mereka menilai kualitas hubungan mereka.

Sayangnya, hasilnya menunjukkan bahwa logika dapur ini dapat mengacaukan hubungan. "Orang-orang yang mengungkit-ungkit masalah masa lalu ketika bertengkar biasanya cenderung berkelahi secara tidak sehat—mereka cenderung lebih kasar berantemnya, lalu merasa hubungannya gagal."

Sepertinya isu ini berlaku bagi baik orang muda maupun yang sudah tua. Anggota tim peneliti Kassandra Cortes mengatakan bahwa para peserta yang terlibat penelitian adalah lintas-generasi, dari umur 18 hingga 60 tahun. "Fenomena logika dapur yang kita teliti cenderung mirip hasilnya, tidak peduli umur pasangannya atau berapa lama mereka sudah bersama," ungkap Cortes. Lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk menemukan bagaimana "orang bisa mengurangi kecenderungan menggunakan logika dapur dan bagaimana orang bisa mengatur kenangan mereka secara lebih baik dan selektif."

Dengan kata lain, banyak pasangan paham sebetulnya logika dapur berpengaruh negatif terhadap hubungan mereka. Namun tidak tahu cara menyelesaikan masalah ini. "Kita sulit sekadar tidak memikirkan kenangan negatif masa lalu. Kan tergantung kasusnya," urai Cortes. "Perlu ada lebih banyak penelitian tentang cara-cara yang efektif terkait menghadapi konflik dalam sebuah hubungan."

"Semua orang pasti punya sejarah baik dan buruk. Bagaimana orang bisa mengatur kenangan-kenangan hubungan mereka dengan pasangan di dalam pikiran mereka akan sangat mempengaruhi hubungan itu di masa kini," ungkapnya.