FYI.

This story is over 5 years old.

Wawancara Musisi

Menggali Masa Lalu Bersama Maynard James Keenan

Kami ngobrol bersama musisi misterius di balik band Tool, pakar anggur, sekaligus komika: Maynard James Keenan. Kami membahas buku biografi terbarunya dan alasan popularitas itu tai kucing.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Maynard James Keenan tak punya waktu membahas omong kosong. Keenan baru saja memasuki jenjang baru dalam hidupnya. Rockstar seangkatannya biasanya menjalani usia kepala lima penuh kepongahan: menelurkan biografi. Fase hidup ini dilakoni Keenan sebagai masa-masa untuk blak-blakan. Keenan—dikenal luas sebagai frontman Tool, salah satu unit progressive metal yang paling dihormati, pengusaha anggur, seniman dan mantan atlet cabang atletik—kini berumur 52. Baginya, tak ada faedahnya membahas sesuatu yang tak dia hadapi. Alhasil, Keenan menjadi pria yang selalu fokus atas apa yang sedang dia kerjakan. Buah fokusnya adalah kesuksesan di segala bidang—ngeband, mengelola ladang anggur, mengambil peran kecil di film-film cult, hingga membanyol di atas panggung—yang dulu tak pernah dibayangkan oleh anak laki mana pun yang besar di wilayah Midwest. "Kalau aku harus ngobrol dengan orang lain, orangnya harus benar-benar aku percaya," ucap Keenan ketika percakapan telepon kami sudah berjalan selama 20 menit. Sepintas kalimat ini terdengar ngehe apalagi di telinga mereka yang tak kenal betul tabiat Keenan—seorang seniman yang sangat memagari privasinya di luar panggung.

Iklan

Julukan artis serba bisa kadang dengan gampang kita obral pada seniman yang memiliki lebih dari satu kecakapan. Namun, jika disematkan pada Maynard James Keeenan, urusannya jadi berbeda. Capaian Keenan merentang dari menakhodai tiga band keren: Tool, A Perfect Circle dan Puscifer, menjadi bintang tamu Mr. Show hingga menjadi nama yang diperhitung dalam pembuatan anggur. Kita tak pernah tahu ranah apa lagi yang bakal dirambah Keenan. Yang jelas dua hal yang bisa kita pastikan: Keenan tak pernah setengah-tengah terjun dalam ranah baru dan Keenan begitu piawai menjadi piawi di bidang yang ditekuninya.

Tahun lalu ketika tersebar berita bahwa Keenan akan merilis biografi pada 2016, pertanyaan mengemuka masih berputar-putar di tetek bengek itu-itu saja. "Bagian yang ngomongin Tool-nya banyak enggak ya?" atau "Lah terus nasib Tool bagaimana?" atau "tanggal rilis album baru Tool bakal disebut-sebut enggak ya?"

Tentu saja, Keenan memang membuka bukunya dengan membicarakan band yang membesarkan namanya pria yang lahir dengan nama James Herbert Keenan. Meski begitu, Tool tak pernah sekalipun muncul dalam percakapan telepon yang berlangsung hampir selama satu jam. Topik percakapan kami adalah A Perfect Union of Contrary Things,  biografi Keenan yang dilepas ke publik sebulan lalu. Keenan menulis biografi dengan bantuan penulis dan teman kecilnya Sarah Jensen.

Kami menyadari dengan siapa kami bicara. Makanya, kami menghindari-hindari pertanyaan standar yang sering ditujukan pada frontman band yang album barunya sudah jadi teka-teki  selama 11 tahun ini. Nyatanya, kami menemukan Keenan sebagai sosok yang tak mau berhenti bicara.

Iklan

Noisey: Apakah menulis biografi jadi tantangan tersendiri karena anda dikenal sangat tertutup?
Maynard James Keenan: Begitulah. Menurutku ada ketidakimbangan yang aneh—entahlah aneh ini kata yang tetap atau tidak—terhadap pemujaan berlebihan pada para selebriti. Barangkali ini bisa jadi obyek penelitian para peneliti. Mereka bisa merunut ulang kecenderungan pemujaan sampai ke Hollywood atau entahlah apa itu, aku tidak tahu. Seperti hal lainnya, ini ujung-ujungnya berkaitan dengan kekuasaan dan uang. Ini yang tidak imbang. Menurutku, agar kita akhinya bisa membiarkan karya kita saja yang bicara, kita harus terlebih dahulu melepaskan cap selebriti kita. Tentu saja, kamu bisa tetap jadi orang brengsek atau sebaliknya. Sebagai seorang seniman, kamu bisa jadi apapun yang kamu mau di luar panggung. Masalahnya baru muncul ketika kamu membiarkan sifat-sifat selebriti mendikte karyamu. Nah kalau sudah begini, yang kena tulah yang karyamu. Semuanya ternodai. Aku sih mikirnya begitu.

Ada masalah yang dihadapi ketika harus menggali lagi pengalaman di masa lampau?
Ketika kamu menggali lagi luka lama dan sejenisnya, ada yang ikut meruak bersamanya. kamu kembali mengulang hidupmu, secara teori—ini kerap dilakukan oleh beberapa orang—kamu berusaha mengoreksi riwayat hidup kamu atau setidaknya berusaha menghadapi atau mengubah beberapa bagian energi negatif itu menjadi sesuatu yang positif. Agar bisa melakukan hal ini, kamu harus benar-benar berada dalam kondisi yang rentan. Dan proses in terjadi seumur hidup. Aku sendiri sering melakukannya tapi aku melakukannya sambil menyendiri. Ini semacam kegiatan personalku. Aku tak terbiasa melakukannya di muka publik apalagi menuliskannya

Iklan

Anda menyebut tentang tidak membiarkan kepribadian anda mendikte apa yang kamu lakukan. Sepertinya, menurut hemat saya, biografi para pesohor justru ditulis dengan pendekatan seperti orang meracap. Maksudnya ditulis untuk mengagung-agungkan kepribadian subyeknya.
Ada tiga alasan orang mau membaca biografi para pesohor. Pertama, para pembaca sudah kepalang dibikin yakin oleh orang lain bahwa capaian hidup mereka bakal biasa saja. Tentu saja ini cuma omong kosong doang.  Tiap orang itu bisa melakukan kebaikan yang luar biasa. Barangkali apa yang dilakukan tak begitu kentara tapi di mata satu orang, kamu bisa saja telah mencapai sesuatu yang luar biasa. Hanya karena tak ada yang tahu apa yang kamu lakukan, bukan berarti lantas yang kamu lakukan engga ada penting-pentingnya sama sekali. Menurutku, selalu ada orang seperti ini, orang yang menghargai apa yang kamu lakukan, orang yang memilihmu sebagai orang yang beruntung setelah kamu melakukan banyak hal. Jadi ya, kamu bisa mempersiapkan segalanya, kamu juga punya bakat. Kamu bisa melakukan sesuatu, namun pada akhirnya tak ada yang bisa menelurusi apa yang kamu cari. Intinya, kesuksesan seseorang itu sebenarnya seperti hadiah lotere.

Alasan lain orang membaca biografi adalah mencari tulisan-tulisan yang sensasional. Mereka mencari apa yang tersembunyi di balik semuanya. Jadi pembaca model ini biasanya menyerahkan kekuatannya—sebagai pembaca—pada mereka yang mereka pandang bak dewa. Ini sih menurutku bodoh. Atau mereka justru mencari sesuatu yang sensasional. Nah, alasan terakhir orang membaca biografi adalah mencari subyek biografi itu benar-benar manusia. Ini sering aku alami. Selalu saja ada temanku yang bilang "kita bakal pergi ke tempat ini, apa aku harus memberitahu kalau kamu datang? Apa aku harus pakai nama aslimu?" jawabanku selalu sama. "Gak usah, enggak ada faedahnya juga. Ini bukan ide bukan ide yang bagus. Enggak ada bagus-bagusnya karena jika mereka tak menyukai kamu, mereka akan terang-terangan bilang kenapa mereka tak menyukai kamu . ini tak bisa dibenarkan. Mereka bisa membenci dirimu karena puisi yang kamu tulis. Jadi mereka bakal keterlaluan di depanmu atau mereka malah memperlakukanmu sampai kamu mikir kamu orang yang penting."

Iklan

Nah, kalau kamu melakukannya (mengumumkan kedatanganmu), itu sih masalahmu. Kamu mengumumkan kamu bakal datang guna menunjukkan bahwa kamu spesial banget. Kemungkinannya, mereka bakal memperlakukanmu seperti itu atau kamu bakal dianggap sebagai orang yang sangat spesial. Ujung-ujungnya kamu bakal bilang "Kenapa kamu memperlakukan aku lebih dari dari orang lain? Tak ada alasan yang kuat kenapa aku bisa mendapatkan perlakuan berbeda." jadi, mengumumkan kalau kamu akan datang justru bakal merusak pengalamanmu.

Kalau begitu, posisi macam ini bakal susah dijaga apalagi kamu punya fan yang jumlahnya jutaan di seluruh penjuru dunia.
Bisa jadi. Tapi intinya sih semuanya tergantung apa yang kamu mau. Misalnya kamu ingin jadi chef rock star. Tanya lagi deh, apa ini benar-benar yang kamu mau? Beneran cuma pengen jadi chef rock star? Beneran begitu? Karena kalau benar seperti itu, ada yang banyak kamu lakukan untuk sampai ke tujuan tanpa harus jago-jago amat masak misalnya. Itu kalau memang tujuannya cuma itu. Ketika kamu mencapai apa yang kamu tuju, kamu bakal bilang "aku cuma pengen jadi terkenal." taik kucing. Oklahoma City juga pernah terkenal. Ini enggak menolong siapapun. Pada akhirnya, pertanyaannya adalah apakah kamu mengincar perhatian atau respek dari orang lain dan tentunya saja kemampuan membedakan keduanya.

Ide-ide tentang berdikari sepertinya jadi benang merah biografi anda. Apakah sikap ini sudah inheren pada diri anda tahu ini terbentuk karena pengalaman?
Di zaman batu dulu, kalau kamu gagal mendorong batu ke atas, kamu tak punya oang lain yang bakal membantumu. Kamu harus mencari jalan untuk melakukannya sendiri. Jika kamu benar-benar ingin menaruh batu itu di atas batu lain, kamu cuma bisa bergantung pada sisi kreatifmu sendiri serta kebutuhanmu untuk bisa selamat. Aku sih enggak sedang berusaha mengutip kursus-kursus self-help Tony Robbis atau sejenisnya, tapi ada pernyataannya di internet yang menarik. Dia bilang "banyak orang, ketika disuruh memilih hidup atau mati, mereka bakal milih hidup." misalnya kamu sedang berada dalam perahu, jika kamu cuma berusaha mencapai sebuah pulau. Yang perlu kamu lakukan adalah mendamparkan diri dan keluar dari perahu.

Iklan

Pilihannya cuma dua: tenggelam atau mati. Jadi, yang kamu lakukan ya harus keluar dari perahu dan mencapai pulau hidup atau mati. Mungkin di awal perkembangan manusia, banyak orang yang keluar dari perahu terlepas dari mereka mau atau tidak. Lagi-lagi mereka harus membuat pilihan. Untuk kasusku, entahlah skenarionya bakal seperti apa. Susah untuk terus objektif. Aku tak tahu apakah tendensi untuk berdikari datang dari awal hidup saya atau hasil dari pengalaman saya. Entahlah saya tidak tahu. Sebagain orang mungkin mengalaminya berbeda. Mereka tiba-tiba sadar "aku ingin mandiri." Aku sih bisa saja mandiri dan memang dalam beberapa tahun ini saya sudah berdikari. Syukurlah aku sudah melakukannya dengan orang-orang yang juga mandiri.

Apakah meminta Sarah menulis buku ini adalah cara untuk menjaga ruang personal anda ketika menyelami detail pribadi hidup anda?
Sarah dan aku tumbuh di tempat yang sama. Kami SMA bareng. Sarah punya ide di mana saya mulai. Saudara lelakinya adalah teman baik saya. Sarah tahu yang mana saya yang harus ditulis karena dia paham latar belakang tempat saya tumbuh dan tempat kami berasal. Ini modal pengalaman berharga bagi seorang penulis. Akhirnya, aku kerja bareng Sarah dan membiarkan Sarah menentukan siapa agent bukuku dan siapa yang menjadi penerbitnya. Karena setelah dipikir-pikir, kalau aku yang menentukan, Sarah bakal aku kenalkan dengan pengacara dan agenku. Kalau begini, saya bisa merasa terpinggirkan.

Iklan

Bagi sarah ini pengalaman pertama menulis biografi. Tak ayal, dia harus melalui proses belajar yang aneh. Tapi ini memberinya pengalaman dan membuatnya sangat awas dengan detail hidupku. Aku rasa ini lebih baik daripada meminta seseorang menjadi ghostwriter dan pergi setelah mengambil persentase bagiannya. Melihat betapa Sarah paham tempat asal saya, melihatnya mengalami pengalaman baru dalam dunia penerbitan, menyaksikan bagaimana Sarah memanfaatkan pengalaman panjangnya sebagai penulis dan editor, hal-hal menurutku sangat penting. Mengenai masalah eksekusinya dan ngomong-ngomong masalah ruang personal, kamu bilang aku orang yang tertutup.  Yang jelas: kalau aku harus bicara panjang lebar pada orang lain, orangnya harus benar-benar saya percaya

Ada hal yang dulunya anda lupakan tiba-tiba ada ingat kembali gara-gara proses penulisan buku ini?
Sebenarnya buku adalah satu versi dari cerita panjang. Ini jalur cerita manis yang kita ikuti. Bisa saja, kami mengikuti berbagai macam jalur lainnya. Hasil akhirnya, buku ini adalah salah satu perspektif saja (tentang hidupku). Gampangnya, ini seperti cerita tiga orang buta yang meraba gajah.  Masing-masing meraba bagian gajah yang berbeda dan mereka keukeuh dengan apa yang mereka rasakan. Kira-kira seperti itulah dunia kita. Gajah dalam cerita itu adalah metafora bagi dunia ini. Satu orang mendeskripsikan dunai seperti ekor gajah, yang lain membayangkannya seperti kaki. Satu lagi mengambarkannya seperti belalai gajah.  yang satu orang buta lainnya mendeskripsikan dunia seperti perut gajah. Menurut saya, seperti inilah aku dan Sarah menentukan bagian mana yang harus kami tulis. Kami memilih satu bagian gajah untuk kami gambarkan. Tentu saja ada bagian lain yang kami tinggalkan. Menjawab pertanyaan kamu, ya ada yang tiba-tiba saya ingat lagi. Tapi ada juga kami buang karena sifatnya TMI (too much information).

Iklan

Adakah memori yang pelik namun penting anda kunjungi?
Aku pikir ada hal yang harus aku generalisasi. Yang aku ingin hindari buku ini jadi semacam pengakuan dosa seorang rock star. Bukan itu yang ingin kami lakukan. Ada bagian gelap pada kehidupan setiap orang, kamu harus menungkapnya. Yang bisa kita lakukan hanya memperkuat mereka "jika kehidupan memberimu lemon, lupakan lemonade. Kamu toh bisa bikin Lemon Jello atau Lemon Meringue Pie. tanam biji lemonnya dan pelihara pohonnya, kan kamu jadi bisa mabuk-mabukan di bawahnya." ini kan hal-hal yang kamu bisa lakukan.

Nah lagi-lagi masalah mandiri atau berdikari. Bukannya pengalaman empat tahun sebagai tentara membuatmu terbiasa berpikir seperti itu.
Tahun-tahun penting bagi kehidupanku. Di masa-masa itulah aku belajar memahami struktur dan berdisiplin. Aku juang belajar menarik batas serta mengasah kemampuan membuat prediksi, meski cuma sedikit. Menjadi tentara juga melatihku berpikir out of the box. Makanya aneh, ketika orang berpikir ada pembatas yang memisahkan antara jiwa prajurit dan jiwa seniku. Menurutku dengan disiplin diri yang kuat, kedunya bisa diseimbangkan. Misalnya, kapan manusia mulai mengambil batang kayu, mengikat tali di salah satu ujungnya, menajamkan salah satu sisinya dan melemparnya sejauh 100 meter? Luar biasa sekali kan idenya kan? Ini sisi prajurit dalam diri kita. Ini bagian dari insting membunuh dalam diri kita. Tapi kan semuanya dimulai dari daya kreatif kita. Adalah seniman yang menyatukan keduanya. Jadi jiwa prajurit dan seni itu tak bisa dipisahkan.

Iklan

Adakah pengaruh yang bersifat biografis dalam hidup anda sebagai seniman atau musisi yang tak pernah anda sadari sampai proyek tersebut tuntas?
Sepertinya begitu. Menurutku banyak latihan yang berasalah dari pengalaman bagi secara sadar atau tidak. Dan semuanya bakal terungkap ketika kamu menjalani latihannya. Tapi menurutku, tiap proyek entah itu menyuling anggur, menyusun resep makanan, membuat lagu atau puisi, semuanya punya untuk mengekspresikan diri. Semua tergantung tanganmu jadi ya pengaruh biografisnya bisa jadi tak disadari selama kamu mengerjakannya.

Anda banyak memakai topeng, bahkan secara literal, susah tidak untuk menyatukannya dan memberinya satu suara saja?
Sebenarnya itu kerjaan Sarah sih tapi sebagian besar sih jadi PR buatku karena tiap kali kami berencana berbincang-bincang di hari minggu, aku harus menghapus beberapa hal dan memastikan tidak membahas tertentu agar Sarah bisa melihatnya sebagai sebuah cerita, satu kesatuan. Jadi, aku harus mengedit diriku sendiri agar kami tak keluar dari jalur yang kami pilih, yang secara tidak langsung adalah hasil dari aku membeberkan remah roti, maksudnya  masa laluku secara tak sadar pada Sarah. Sarahlah yang akan menemukan jalannya. Jadi Sarah yang bikin rotinya. Tapi aku tidak dengan sengaja membeberkan cerita lain dari hidupku. Dengan demikian, Sarah bisa lebih dulu menemukan kohesivitas sebelum mengumpulkan informasi tentang diriku yang kelak akan diedit. Sarah tak bisa menaruh sesuatu dengan asal karena sudah ada cerita. Semua tentang hidupku ada di sana, semuanya benar tapi ada sisi-sisi lain hidupku yang sebenarnya bisa menggeser Sarah dari cerita utamanya.

Dalam berbagai hal, anda terus mengisahkan bermacam cerita dengan menggunakan banyak kepribadian, kapan kebiasan ini dimulai?
Mulanya pas SMA. Aku gabung paduan suara SMA. Kebiasaan ini juga bermula dari sajak-sajak pendek yang kubuat ketika itu. Aku bisa menyaksikan beberapa orang harus melalui berbagai hal yang ganjil. Aku bisa mengenali hal ini karena aku juga punya pengalaman yang sama. Lalu aku tuangkan dalam pantun atau puisi yang aku tujukan untuk mereka. Isinya mungkin tak spesifik tentang kondisi mereka tapi lumayan untuk membuat mereka sadar itu tentang mereka. Yang aku suka itu membuat mereka merasa isinya akurat karena sebelumnya mereka tak tahu cara mengekspresikannya—aku berhasil membuka kemampuan mereka. Dari situ semuanya bermula, tepatnya ketika aku paham bahwa "oh ternyata aku bisa meresepkan beberapa kata untuk membantu orang melewati suatu fase."

Jadi proyek berikutnya adalah buku puisi?
Bukan [tertawa]. Setelah melihat apa yang dilakukan oleh Polly Harvey dengan puisi baru-baru ini, aku tak mencoba membuat buku puisi. Itu di luar kemampuan saya. Apa yang dilakukan Polly luar biasa.  Aku bakal terlihat seperti campuran Romper Room dan Sesame Street kalau sampai mencoba bikin buku puisi.

Apa anda merasa menjadi penulis dulu dan baru semua yang terjadi setelah menyesuaikan dengan itu?
Sepertinya sih begitu. Tapi kemampuan bercerita muncul karena kita mengalaminya sendiri. Atau mencicipi pengalaman ini barang sedikit saja. Kamu harus mengalaminya sendiri, sadar, bergerak dan menyentuh dengan tanganmu sendiri. Kalau tidak, kamu cuma bakal jadi kritikus doang.

Menulis biografi secara alamiah membuat subyek memfokuskan diri dengan tema kematian. Apakah mortalitas punya peranan lebih besar bagimu sebagai seniman dibanding katakanlah dari 15 atau 20 tahun lalu?
Menurutku itu terjadi pada semua orang. Di dunia politik misalnya, kamu tak akan pernah presiden berumur 21 tahun. Mereka belum cukup makan asam garam kehidupan. Banyak yang belum mereka lewati. Libidonya belum bisa dikesampingkan. Tak ada yang bangkai yang harus mereka tutupi. Hal-hal macam ini tak bisa diungkapkan oleh mereka yang belum berpengalaman. Badan mereka bisa dikatakan belum siap. Dalam bisnis anggur, banyak yang mengatakan bahwa mengenai hal ini para pakar anggur bakal berkata "bahkan ketika anak-anakmu mulai masuk industri anggur dan keluargamu mulai menjajal bisnis anggur, badan-badan mereka belum siap memahami kerumitan sebotol anggur. Semuanya tak bisa kamu pahami secara spiritual dan intelektual sampai kamu lewat 25 tahun." Anggur awalnya dipahami sebagai minuman. Akhirnya mereka akan paham kehidupan yang keluar masuk botol atau ladang anggur. Ada hal yang kamu dapatkan seiring bertambahnya umur dan kamu harus mengakui itu. Ini cuma masalah perspektif. Beberapa hal makin jelas setelah kamu kenyang makan asam garam kehidupan.

Jonathan Dick adalah penulis yang bermukim di Birmingham, Alabama.