Perempuan Pembela Lingkungan

Begini Cara Kita Sebagai Perempuan Tak ikut Merusak Lingkungan Selama Menstruasi

Pembalut atau tampon ternyata menghasilkan lebih dari 200.000 ton limbah per tahun. Itulah mengapa banyak orang mulai tertarik mencari alternatif ramah lingkungan.
Daisy Jones
London, GB
MP
ilustrasi oleh Marta Parszeniew
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
JP
Diterjemahkan oleh Jade Poa
eco period sustainable menstrual cup reuseable tampons pads
Kolase foto oleh Marta Parszeniew 

Kita semua tahu menstruasi adalah hal paling menyebalkan. Vaginamu berdarah setiap bulan, sehingga kamu harus menyumpalnya supaya tidak bocor. Terus ada juga kram perut. Aku pernah mengalami nyeri haid yang sangat parah sampai-sampai aku tergeletak lemas di kamar kecil kantor.

Aku harus kembali kerja setelah itu, bertingkah layaknya aku baik-baik saja. Ini aneh sekali. Aku paham haid adalah proses normal dan “ajaib” karena menunjukkan potensi seseorang bisa membuahkan anak. Aku cuma heran kenapa kita harus melalui semua ini.

Iklan

Menstruasi ternyata tak bagus untuk bumi. Ini bukan salah kita, tentu saja. Selama ini, perempuan telah diperdaya menghamburkan uang untuk beli barang sanitasi yang sebenarnya mencemari lingkungan. Women’s Environmental Network mengungkapkan bahwa “tampon, pembalut dan pantyliner menghasilkan lebih dari 200.000 ton limbah per tahun, dan semuanya terbuat dari 90 persen plastik.

Limbah-limbah ini berakhir di TPA, atau lebih parah lagi, terbawa hingga ke laut dan sungai.” Produk sanitasi non-organik juga terbuat dari kapas yang telah disemprot pestisida kimia. Hal ini berpotensi merusak keanekaragaman hayati, dan menyebabkan keracunan mematikan bagi petani kapas.

Idealnya, perempuan berhak menggunakan cuti haid agar bisa free bleeding dan tidak perlu repot-repot pakai pembalut atau apalah itu. Tapi kamu tahu sendiri, kan, kalau kita hidup di bawah kapitalisme? Jadi jangan harap bisa ambil cuti “cuma” karena menstruasi. Masalahnya, planet kita sudah sekarat, dan akan semakin cepat mengalami kehancuran apabila kita tidak mulai mengurangi limbah dari sekarang. Tertarik beralih ke cara-cara yang lebih ramah lingkungan? Berikut panduan sederhana yang bisa kamu ikuti. Lumayan bisa sekalian menghemat uang.

MULAI COBALAH PAKAI MENSTRUAL CUP

moon cup menstrual eco-friendly period sustainable guide

Foto dari Mooncup PR

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, tampon dan pembalut membawa dampak buruk bagi lingkungan. Proses penguraiannya sendiri membutuhkan waktu sekitar 500 hingga 800 tahun. Misalkan Anne Boleyn mengenakan pembalut semasa hidupnya, itu berarti limbahnya masih mengambang di lautan sekarang.

Iklan

Kamu bisa menjadikan menstrual cup sebagai alternatif pembalut atau tampon. Pada dasarnya, benda ini adalah corong silikon yang aman dimasukkan ke dalam vagina. Menstrual cup tergolong ramah lingkungan karena tahan digunakan hingga beberapa tahun.

Produk tersebut sudah banyak dijual di Indonesia, dan kamu bisa membelinya secara online. Harga satu buahnya lumayan mahal, tapi jika dipertimbangkan kembali, justru lebih murah daripada satu pak pembalut. Kamu bisa memakainya berulang kali, sehingga tidak perlu beli baru setiap bulan.

VICE pernah menulis artikel panjang yang menjelaskan pro dan kontra penggunaan menstrual cup, tetapi kesimpulannya: benda ini jauh lebih mudah digunakan dan ramah lingkungan daripada produk-produk lainnya.

Natasha Piette-Basheer, manajer kampanye lingkungan di Women’s Environmental Network, setuju menstrual cup memiliki banyak keuntungan. “Tergantung apa merknya, tetapi benda itu bisa digunakan hingga 10 tahun. Kamu juga tidak perlu sering-sering menggantinya. [Menstrual cup] dapat menampung darah dalam jumlah banyak, sehingga bisa digunakan sampai 12 jam,” terang Natasha. “Harganya pun berkisar antara £10-£30 (Rp176-530 ribu). Banyak uang yang bisa kamu tabung [jika dibandingkan dengan produk sekali pakai].”

Merk OrganiCup sangat laku di Indonesia, dan bisa ditemukan di berbagai aplikasi e-commerce sesuai pilihanmu.

RISIH PAKAI MENSTRUAL CUP? MASIH ADA ALTERNATIF LAIN KOK!

period pants thong sustainable eco-friendly guide environmental

Arsip foto ilustrasi dari THINX

Masih ada pilihan lain kalau kamu tidak nyaman memasukkan corong silikon ke dalam vagina. Ada teman yang pernah cerita soal celana menstruasi, dan aku kayak… HAH? HAH? Seriusan?! Untuk apa aku pakai tabung plastik selama ini, kalau ternyata ada benda kayak gitu?

Iklan

“Celana menstruasi juga bagus,” tutur Natasha. “Rasanya seperti mengenakan celana dalam biasa, tapi mampu menampung darah sebanyak empat pembalut. Celana ini memiliki kain penahan kelembaban, sehingga kamu tidak akan merasakan basah.” Menurut Natasha, kamu bisa menggunakannya berulang kali seperti menstrual cup. “Setelah darahnya dibilas dari celana, kamu bisa langsung mencucinya.”

Masih merasa aneh menggunakan celana menstruasi? Kamu bisa mencoba pembalut kain. “Lumayan mirip celana menstruasi,” kata Natasha. “Tapi kalau pembalut kain ada sayapnya, seperti pembalut pada umumnya. Benda ini biasanya terbuat dari bahan yang sangat mudah menyerap, seperti kapas atau bambu. Masa pemakaiannya bisa bertahan hingga lima atau enam tahun, tergantung merknya.”

MALAS PAKAI PRODUK YANG BISA DIGUNAKAN KEMBALI? BERALIH SAJA KE PRODUK ORGANIK BEBAS PLASTIK!

Natracare sustainable eco friendly period pad tampon

Foto oleh penulis

Memakai produk ramah lingkungan selama menstruasi bukan berarti kamu harus menggunakan benda yang sama berulang kali. Kamu masih bisa membeli tampon dan pembalut sekali pakai, tapi tidak merusak lingkungan. Di Indonesia, pembalut organik seperti Natracare dapat dibeli di supermarket impor dan toko-toko online. Beralih ke pembalut organik semudah beralih merek. Gampang!

UDAH MALAS PAKAI PEMBALUT SEGALA? COBALAH TEKNIK 'FREE BLEEDING'!

Lebih enak kalau bisa berdarah secara bebas begitu saja, kan? Kalau kamu takut darahnya bocor ke mana-mana, mungkin dunialah yang seharusnya lebih ramah menstruasi. Tahun lalu, penulis Aurora Tejeida mencoba tak pakai tampon selama haid. Menurutnya, pengalamannya cukup mengesankan. Aurora mengaku masih bakalan memakai tampon kalau darahnya banyak, tapi sebenarnya free bleeding tidak begitu bermasalah. Artinya, Aurora berhasil memotong penggunaan tamponnya sebanyak dua pertiga. Free bleeding tidak seekstrem kedengarannya, jadi santai saja!

APA LAGI PILIHAN LAINNYA?

Menjadi ramah lingkungan tak berarti kamu harus memilih satu produk dan menjalani rutin ketat. Kamu bisa gonta-ganti produk dan menggunakan yang paling pas buat kamu tergantung situasi. “Kami sarankan menghindari produk-produk yang mengandung pelicin/parfum, karena masih dapat mencemari lingkungan dengan kimia sintetis,” ujar Natasha. “Kalau ada tulisan ‘harum segar bagaikan bunga sakura!’ lebih baik dihindari saja. Bahkan kalau kamu mau campur-campur produk, kamu bisa membatasi penggunaan pembalut sekali pakai. Misalnya, tidak pakai saat di rumah atau selagi tidur saja. Itu masih membantu lingkungan.”

Lebih lanjut, Natasha berujar membuang pembalut sekali pakai ke toilet bukan ide bagus. “Hampir 50 persen perempuan di Britania Raya masih membuang pembalut sekali pakai ke toilet, yang mulai dikeluhkan perusahaan air,” tegasnya. “Semua plastik akan bertahan selama berabad-abad. Jadi, kalau kita memutuskan untuk beralih ke produk lebih ramah lingkungan… dampaknya pada lingkungan akan berkurang, apalagi mengingat banyaknya manusia yang bermenstruasi.”

Kalau kamu penasaran tentang Women's Environmental Network, termasuk rencana mereka melakukan Pekan Aksi 'Environmenstrual’ dari 12 sampai 19 Oktober mendatang, sila kunjungi situs webnya.

@daisythejones

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.