FYI.

This story is over 5 years old.

Tekanan Mental

Terlalu Stres Bisa Menghambat Kemampuanmu Merencanakan Masa Depan

Seseorang berisiko mengalami ‘ego depletion’ karena merasa tertekan dan terlalu lelah beraktivitas.
Peopleimages/Getty images

Bekerja keras selama seminggu penuh membuatmu lelah jiwa dan raga. Kamu sangat butuh istirahat, tapi tidak bisa pulang cepat karena harus lembur.

Sedangkan pacarmu bikin kepala tambah mumet. Seharian ini dia ngambek. Katanya kamu terlalu sibuk belakangan ini sampai tidak punya waktu untuknya. Kamu sudah minta maaf, tapi dia malah mengabaikannya.

Di rumah, ibumu menanyakan soal liburan keluarga yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Kamu sampai lupa karena kerjaan yang menumpuk. Bagaimana ini? Waktunya sebentar lagi, dan belum mengurus apa-apa. Tiket pesawat dan hotel belum dipesan. Kamu juga belum izin cuti ke atasan.

Iklan

Keluarga bakalan kecewa kalau sampai gagal. Tapi kamu sudah capek berat hari ini. Tidak mood mikirin yang macam-macam.

Mengapa ini terjadi? Mengapa rasanya sulit banget merencanakan sesuatu kalau kita sedang tertekan? Menurut penelitian yang kami pelajari, tidak bisa mengontrol diri akibat lelah dan stres mampu menghambat kita dalam perencanaan. Penelitian tersebut juga menjelaskan pentingnya mengatasi stres agar kontrol diri kita terjaga dan bisa membuat keputusan yang baik untuk masa depan.

Manusia dianggap sebagai makhluk sempurna karena kita mampu membuat rencana tidak seperti makhluk hidup lainnya. Berbeda dari spesies lain yang hidup sesuai naluri mereka saat itu saja, manusia bisa merencanakan dan mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan. Setelah itu kita akan bertindak sesuai tujuan jangka panjang.

Kemampuan kita dalam merencanakan masa depan bisa melatih kontrol diri dan membantu kita dalam menunda keputusan guna mendapatkan sesuatu yang lebih baik di kemudian hari. Satu penelitian terkenal mengamati bahwa anak-anak yang sabar menahan keinginannya tumbuh sebagai pribadi yang jauh lebih baik. Bukti juga menunjukkan bahwa negara yang perencanaannya terstruktur baik jauh lebih unggul sektor ekonominya.

Perencanaan dan kontrol diri tidak dapat dipisahkan. Mental kita harus siap saat merencanakan sesuatu agar mendapatkan hasil yang diinginkan, serta menghindari rintangan dan godaan yang mungkin kita lewati.

Iklan

Kita tidak akan mampu berpikir jernih saat stok kontrol diri kita sudah terkuras. Kelelahan dan stres usai bekerja cenderung membuat kita jadi malas merencanakan masa depan karena sudah tidak punya tenaga untuk berpikir.

Berhubung setiap orang memiliki kemampuan mengontrol diri yang berbeda, maka para peneliti dalam riset ini melakukan beberapa penelitian untuk menguji hubungan antara kontrol diri dan perencanaan, serta apa yang terjadi pada orang kelelahan yang kontrol dirinya sudah terkuras. Mereka berhipotesis bahwa orang-orang dengan stok kontrol diri yang tinggi lebih aktif dalam perencanaan, sedangkan mereka yang kelelahan cenderung malas merencanakan sesuatu.

Dalam studi pertama, peneliti ingin memastikan apakah orang yang memiliki tingkat kontrol diri lebih tinggi memang tidak kesulitan dalam perencanaan. Dari semua responden, 201 orang diminta menyelesaikan skala kontrol diri, dan seberapa banyak perencanaan yang ingin mereka lakukan di minggu berikutnya.

Sesuai dengan prediksi peneliti, orang dengan tingkat kontrol diri yang tinggi lebih sering merencanakan sesuatu. Sedangkan studi kedua dan ketiga mengukur efek kontrol diri yang terkuras terhadap kemauan mereka dalam perencanaan. Dalam studi kedua, 105 murid yang jadi responden dikategorikan secara acak ke dalam kondisi ego depletion dan kontrol diri.

Responden ditugaskan mengubah tulisan mereka dengan cara melibatkan kontrol diri. Misalnya, responden yang berada dalam kategori ego depletion harus menghindari penggunaan huruf tertentu dalam tulisannya, seperti ‘A’ atau ‘N’. Mereka harus berusaha keras saat melakukan ini sehingga stok kontrol dirinya terkuras.

Iklan

Selanjutnya, responden disuruh memilih untuk mengukur kemauan mereka dalam perencanaan. Mereka bisa memilih “istirahat” atau “membuat rencana untuk sebulan ke depan.” Setelah itu mereka diminta memilih tingkat 1 sampai 11 untuk menggambarkan seberapa tinggi kesediaannya. Hasilnya sesuai dengan prediksi peneliti lagi. Orang yang lelah mentalnya dalam kondisi ego depletion tidak terlalu ingin membuat rencana daripada mereka yang ada di kondisi kontrol.

Penelitian ketiga menerapkan eksperimen lapangan yang mengamati bagaimana kelelahan, setelah belanja di IKEA, memengaruhi kesediaan orang dalam perencanaan. Dalam penelitian ini, mereka menghampiri 112 orang sebelum dan sesudah memasuki IKEA. Setelah itu mereka diminta menyelesaikan survei yang mengukur tingkat kelelahannya, dan apakah mereka ingin istirahat atau membuat rencana sebulan ke depan.

Hasilnya sesuai prediksi lagi. Kelelahan setelah belanja IKEA membuat orang malas membuat rencana, dibanding mereka yang baru saja datang. Bayangkan saja, mereka bahkan belum mulai menyusun furnitur IKEA.

Berdasarkan temuan di atas, perencanaan memang membutuhkan kegiatan kognitif yang melibatkan kontrol diri. Apabila kita melakukan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi tinggi, maka kita akan merasa malas membuat rencana karena tidak punya tenaga lagi untuk berpikir.

Itu alasannya kenapa kita jadi tidak bersemangat membuat rencana setelah lelah bekerja. Kamu tidak malas, hanya saja kamu sudah capek memikirkan hal-hal berat. Jadi sebaiknya kamu beristirahat secukupnya sampai merasa lebih baik.


Nick Hobson adalah seorang peneliti psikologi dan dosen di University of Toronto. Kamu bisa membaca penelitian lainnya di Psychology Compass .