FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Ada Jenis Sakit Kepala Sangat Sakit, Sampai Dijuluki 'Pusing Bikin Bunuh Diri'

“Rasa sakitnya sangat parah. Kamu pasti sampai bertanya-tanya kenapa masih bisa hidup.”
Ilustrasi oleh CSA Images/Printstock Collection.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Ashley Hattle pertama kali mengalami sakit kepala cluster ketika usianya masih 18 tahun dan sedang menjadi penjaga pantai saat musim panas. “Awalnya seperti saat kita mengalami otak beku – tapi rasa sakitnya bertahan,” ujarnya.

Dia berbaring di pinggir kolam selama satu setengah jam untuk mengurangi rasa sakit yang sangat menyiksa. Akhirnya sakit kepala yang dialami menghilang, tetapi muncul kembali keesokan harinya dan berlanjut sampai dua minggu kemudian.

Iklan

Dari skala satu sampai 10, dia sering menilai tingkat nyeri setiap serangan di skala sepuluh. “Sekitar 45 menit setelah terserang sakit kepala, rasa nyerinya sampai membuatmu tidak bisa bernapas untuk beberapa saat,” ujar Hattle, seorang penulis artikel kesehatan berusia 29 tahun dan pernah menerbitkan buku Cluster Headaches: A Guide to Surviving One of the Most Painful Conditions Known to Man. “Rasa sakitnya sangat mengejutkan dan tidak ada yang lebih buruk dari ini. Rasanya seperti akan mati, tapi Anda tidak mati.”

Walaupun kondisinya tidak berakibat fatal, rasa sakit yang luar biasa bisa menyebabkan akibat-akibat yang parah. Makanya sakit kepala cluster kerap dijuluki sebagai “sakit kepala pemicu bunuh diri.”

Seorang pria, yang pertama kali terserang sakit kepala cluster pada malam hari, terbangun dari tempat tidur karena dia yakin ada orang yang sudah menembak kepalanya, ujar Brian McGeeney, seorang ahli neurologi di Boston Medical Center, spesialisasi sakit kepala dan asisten dosen neurologi di Boston University School of Medicine.

Pasien itu mengambil senjata, mencari pelaku yang sudah menembak kepalanya, dan menelepon polisi – yang akhirnya membawanya ke UGD.

Seorang pasien yang berobat kepada Juline Bryson, spesialis sakit kepala, di Wake Forest Baptist Medical Center, menceritakan ketika dia terserang sakit kepala cluster pertama kalinya, dia spontan menjerit, bolak-balik mengitari ruangan dan mengucapkan sumpah serapah saat sedang berkonsultasi dengan dokter yang tidak mengetahui kondisi sakit kepala ini. Dia akhirnya dibawa pergi oleh polisi.

Iklan

Sakit kepala cluster bisa muncul di segala usia dan secara tiba-tiba di salah satu bagian kepala (kadang bisa berpindah ke bagian lainnya). Penyakit ini biasanya lebih sering menyerang pria daripada wanita.

Migrain memang menjadi sakit kepala yang paling umum terjadi, yang memengaruhi 12 persen populasi. Masih jauh lebih banyak dari perkiraan 0,4 persen pria dan 0,8 persen wanita yang menderita sakit kepala cluster. Namun, sakit kepala cluster memiliki rasa sakit terparah dibanding sakit kepala lainnya.

Eric Dawkins, 36, adalah seorang pengemudi truk untuk perusahaan kayu – kecuali pada saat dia terserang sakit kepala cluster yang dia anggap “sangat menyiksa. Rasanya seperti ada yang menghantam kepala dengan palu dan paku.” Selama tiga tahun, terhitung enam minggu dia tidak bekerja. Musim panas tahun lalu, dia dirawat selama seminggu di rumah sakit. Selama dirawat, obat bius pun tidak mempan untuk meringankan gejalanya.

Jika kamu bertanya kepada clusterhead (orang-orang yang menderita sakit kepala cluster), maka kamu akan mengetahui siklus yang dialami setiap orang. Kebanyakan orang bisa menderita sakit kepala cluster satu atau dua kali setahun, di mana mereka bisa terserang sakit kepala cluster sebanyak satu atau dua kali seharinya selama beberapa minggu atau bulan. Kadang, mereka tidak akan mengalami sakit kepala sama sekali untuk beberapa bulan atau tahun.

Hattle, misalnya, pernah mengalami dua periode nyeri selama setahun, yaitu pada musim semi dan musim gugur. Perawatannya telah meredakan nyeri dia pada musim semi, namun setiap bulan Oktober, dia tahu akan kesakitan sampai pertengahan bulan Januari. Dia bertunangan dengan seorang laki-laki yang memiliki sakit kepala cluster, yang berarti siklus tersebut berlangsung selama setahun atau lebih lama tanpa jeda.

Iklan

Dawkins memiliki siklus seperti ini di musim panas. Serangan-serangan nyeri ini, seperti biasanya, datang pada malam hari. Tak seperti migrain, pasien-pasien penderita sakit kepala cluster merasa tak nyaman, dan jadi ingin bergerak terus. Selama siklus ini, Dawkins akan mendapati dirinya mandi air panas—uap panas itu mengalihkan perhatiannya—lalu bergerak keliling rumah dari jam 1 hingga jam 3 pagi.

Fakta bahwa periode-periode ini secara musiman datang dan kira-kira di waktu yang sama setiap harinya memberikan wawasan pada ilmuwan kepada perubahan otak yang dialami pasien-pasien. Tidak jelas mengapa sebagian orang mengalami hal ini atau apa penyebabnya. Tidak seperti migrain, sakit kepala cluster tidak memiliki pemicu eksternal, meski alkohol bisa mendatangkan serangan nyeri selama periode aktif, ujar McGeeny.

Namun para peneliti mulai mengidentifikasi apa yang disebut spesialis sakit kepala Deena Kuruvilla dari Yale Medicine sebagai “aktivitas abnormal sinkron,” yang menghubungkan tiga sirkuit di otak: hypothalamus, trigeminal, dan sistem syaraf autonomik.

Pemindaian otak para pasien menunjukkan bahwa pola-pola aktif tersebut ada di hypothalamus, yang mengontrol ritme circadian.

Syaraf trigeminal—yang membawa sensasi dari wajah ke otak—juga menjadi sangat sensitif, ujar McGeeny. Secara spesifik, neuron yang menunda rasa sakit memberi sinyal di cabang syaraf yang mengarah langsung ke mata menyala tanpa alasan.

Iklan

Satu teori menyebutkan bahwa disfungsi pada hypothalamus membesarkan arterie cartoid, pembuluh di leher yang mengalirkan darah ke wajah dan otak, yang kemudian menekan syaraf dan memicu rasa sakit tersebut, ujar Kuruvilla.

Serabut-serabut di sekitar sistem syara autonomik, yang mengontrol sistem-sistem tak sadar seperti tekanan darah dan pernapasan, juga menyala tanpa sebab. Hasilnya, orang-orang yang sedang mengalami serangan cenderung memiliki kelopak mata yang turun, atau mata yang memerah, atau hidung yang basah. Setengah wajah mereka bisa jadi membengkak atau berkeringat.

Mendapatkan diagnosis yang akurat penting untuk mengelola rasa sakit kata McGeeny. Penting untuk membedakan kondisi-kondisi yang mengancam nyawa seperti aneurysm, yang mungkin menyebabkan gejala yang mirip—artinya, siapapun dengan sakit kepala kronis sebaiknya langsung mendapatkan penanganan medis. Sakit kepala cluster sangat langka sampai-sampai beberapa dokter, bahkan neurolog, tidak familiar dengan gejalanya, dan kemudian menunda prosesnya. (Diagnosis Hattle, misalnya, membutuhkan tujuh tahun.)

Sementara waktu, pasien-pasien bisa saja didiagnosa memiliki migrain. Sebagian dari rasa sakitnya diacuhkan atau diacuhkan secara keseluruhan, sehingga mereka menjadi “decouple,” menurut McGeeny, dari sistem medis. Kalau mereka bertahan, mereka mungkin menjalani perawatan-perawatan yang berpotensi berbahaya dan tidak perlu. Sebelum dia mulai menemui Kuruvilla, Dawkins telah mencabut beberapa gigi dan mengonsumsi obat-obatan karena didiagnosa infeksi sinus kronis. Bryson bilang beberapa orang dengan sakit kepala cluster menerima opioids, yang memiliki risiko tinggi dan tidak meredakan rasa sakitnya.

Iklan

Yang terbukti efektif, bagi banyak orang, adalah pendekatan tiga tingkat. Obat-obatan yang bersifat mencegah, termasuk obat anti kejang-kejang dan obat tekanan darah, membantu mencegah serangan dan siklus penyakit datang. Melatonin berdosis tinggi—sekitar 10 miligram—juga bisa mengurangi rasa sakit dan membantu pasien tertidur kata Kuruvilla.

Karena obat-obatan yang bersifat mencegah membutuhkan waktu untuk diterima tubuh, doktor juga bisa menawarkan perawatan peralihan yang akan memperlambat sinyal saraf untuk sementara—misalnya suntikan stereoid atau obat lain lewat daerah tengkuk.

Yang terakhir, terapi dengan efek langsung juga bisa menahan serangan. Ini mencakup suntikan atau semprotan hidung (bukan pil, yang memakan waktu lebih lama) atau obat yang disebut sumatriptan, yang juga digunakan untuk menghadapi migrain. Menghirup aliran tinggi oksigen menggunakan masker khusus juga bisa memberikan jeda instan yang dibutuhkan.

Biarpun bisa mengurangi rasa sakit, semua bentuk perawatan abortif ini memiliki kekurangan. Perusahaan asuransi mungkin membatasi dosis sumatriptan pasien, dan menerima suntikan terlalu sering bisa menyebabkan rasa sakit kepala nantinya. McGeeney menjelaskan walau oksigen terbukti efektif mengurangi dampak serangan sakit kepala, kebanyakan perusahaan asuransi tidak menanggung obat pereda sakit kepala cluster.

Pendanaan penelitian sakit kepala cluster masih tertinggal jauh. Untunglah tetap ada berbagai bentuk perawatan baru menjanjikan yang masih dalam tahap uji coba. Ini termasuk obat yang berfungsi sebagai antibodi melawan molekul inflamasi disebut CGRP (Peptida CGR), yang terlibat dalam migren dan kemungkinan sakit kepala cluster juga.

Iklan

Pendekatan baru lainnya menggunakan sebuah stimulator saraf kecil di dalam mulut. Ketika diaktifkan, alat tersebut akan mengirimkan impuls elektrik ke sederetan saraf di belakang hidung yang disebut sphenopalatine ganglion, yang memainkan peran kunci dalam mengirim sinyal rasa sakit. Berdasarkan sebuah penelitian terbaru, stimulator SPG ini mengurangi rasa sakit 2/3 pasien penderita sakit kepala cluster.

Pasien yang sudah putus asa juga mencari bentuk pengobatan mereka sendiri—termasuk menggunakan halusinogen. Ada yang menulis di blog pribadinya, terbit pertengahan 1990'an, bagaimana dia merasa lega setelah tripping menggunakan LSD. Beberapa orang lain mencoba hal yang sama, menggunakan psilosibin atau jamur psikedelik, dan berhasil mematikan serangan selama beberapa minggu.

Pada 2006, peneliti Harvard merilis sebuah makalah di jurnal Neurology menjelaskan pengalaman pasien. Beberapa studi lain—termasuk perihal penggunaan LSD non-halusinogenik—mendukung kefektifan metode ini. Sayangnya sstatus terlarang obat-obatan ini membuat dokter tidak bisa merekomendasikannya kepada pasien.

Kelompok support system untuk pasien sakit kepala cluster, dinamai Clusterbusters, dibentuk pada 2002 untuk mempromosikan penelitian atas obat-obatan ini sebagai bentuk terapi, selain juga untuk mendukung dan mengedukasi (McGeeney kini menjabat sebagai penasihat medis, dan Hattle menjadi bagian dari dewan direksi.) Organisasi tersebut dan presidennya Bob Wold, yang juga mengidap sakit kepala cluster, berhasil melakukan terobosan besar pada akhir 2016: Sebuah uji coba psilosibin di Yale mulai menerima pasien lewat Veterans Affairs Hospital di West Haven, Connecticut.

McGeeney meyakini bahwa dokter yang berusaha menangani sakit kepala cluster harus banyak belajar dari pengalaman pasien, menghadiri pertemuan tahunan Clusterbusters dan meminta penderita berbicara di konferensi medis. Doktor yang berpengetahuan luas, mendukung, dan menawarkan pendekatan penanganan yang komprehensif—ditambah teman dan keluarga yang pengertian—bisa membuat kehidupan penderita sakit kepala cluster jauh lebih mudah, jelas Hattle dan Dawkins.

“Lakukan apa yang kamu bisa agar terus mendapat dukungan dan teruslah menjadi kuat karena tipe sakit kepala ini bisa membuatmu stres dan mempertanyakan kenapa kamu bahkan bernafas,” nasehat Dawkins ke mereka-mereka yang berjuang melawan kondisi ini. “Saya sangat berterima kasih atas kehadiran istri saya, atas tiga anak saya yang cantik, dan diberikan alasan di luar diri saya sendiri untuk terus bangun di pagi hari.”