FYI.

This story is over 5 years old.

Literasi

Novel 'The Testaments' Lanjutan 'The Handmaid’s Tale' Kata Penulisnya Segera Dirilis

Buku baru Margaret Atwood itu rencananya diluncurkan September 2019.
Para perempuan mengenakan kostum Handmaids Tale
Para perempuan mengenakan kostum "Handmaids Tale" saat berunjuk rasa mengkampanyekan isu hak-hak reproduksi. Foto via Shutterstock

Margaret Atwood, pengarang The Handmaid’s Tale, Rabu kemarin (11/29) mengumumkan dirinya akan menerbitkan sekuel novel distopia legendarisnya pada September 2019.

“Bagi mereka yang penasaran: Saya tengah menulis sekuel The #HandmaidsTale,” Begitu bunyi Tweet Atwood Rabu lalu. “Plot #TheTestaments dimulai 15 tahun setelah adegan final Offred dan diceritakan lewat sudut pandang tiga karakter perempuan.”

Iklan

Dalam video pendek yang disertakan dalam tweet itu, Atwood sedikit membeberkan inspirasi buku barunya: Gilead, kota fiksi yang menjadi setting novel pertamanya. Kendati begitu, The Testament juga banyak ditulis berdasarkan apa yang terjadi di dunia yang kita tinggali.

“Segala hal yang pernah kalian tanyakan tentang Gilead dan segala detail di dalamnya jadi inspirasi buku ini. Nyaris semuanya sih,’ tulis Atwood. “Inspirasi lainnya datang dari dunia yang kita tinggali ini.”

Buku pertama Atwood dianggap sebagai salah satu mahakarya fiksi sains. Kepopuleran The Handmaid’s Tale makin melejit diangkat menjadi serial TV yang ditayangkan oleh Hulu dan ramalan Atwood akan sistem patriarki yang pelan-pelan menghapus kebebasan bagi orang non-kulit putih kian menjadi kenyataan dari hari ke hari. Parahnya, dalam kondisi ini, kaum minoritas dan perempuan adalah dua pihak yang paling sering jadi korban. Novel The Handmaid’s Tale dan karatker-karakter di dalamnya belakangan malah telah menjadi simbol pembelaan terhadap hak-hak perempuan, apalagi setelah para demostran pembela hak aborsi berunjuk rasa mengenakkan baju pelayan berwarna merah seperti dalam serial The Handmaid’s Tale.

Seperti yang diungkapkan oleh sutradara serial The Handmaid’s Tale kepada Motherboard, sebagian besar kejadian yang masuk berita akhir-akhir ini makin mirip penggambaran masa depan yang ditulis Atwood dalam novelnya “Alih-Alih diputuskan oleh orang-orang cerdas dari kedua gender, pilihan-pilihan yang tersedia bagi perempuan diputuskan oleh satu gender saja. Ini kan terjadi di Gilead. Sekelompok lelaki kulit putih berkumpul dalam ruangan dan menandatangani aturan tentang hak reproduksi perempuan.”

Di saat kenyataan di sekitar kita makin sulit dibedakan dengan cerita-cerita distopia, menarik sekali menanti bagaimana Atwood menanggapi kehebohan politik dan budaya yang muncul belakangan ini.