Semua foto oleh Laurel Chor
Pemerintah Bangladesh berupaya keras mendaftarkan setiap pengungsi Rohingya yang datang mencari perlindungan di negara itu. Jumlah pengungsi yang hijrah terus bertambah melampaui satu juta orang. Pejabat pemerintah mengatakan sekitar 11.000 pengungsi didaftarkan setiap hari. Jika proses berjalan konsisten, pendaftaran diperkirakan akan selesai pada tanggal 12 Desember.Pejabat Bangladesh menerima keluhan yang ditujukan pada mereka ihwal identitas pengungsi. Awalnya, kartu identitas hanya menyatakan bahwa mereka adalah pengungsi dari Myanmar. Sekarang kata pengungsi diganti dengan “Rohingya”.Mohammad Ismail, seorang pengungsi Rohingya, mengatakan ke VICE News bahwa dia sangat senang bisa memiliki kartu identitas resmi: “Kami senang. Kami akhirnya diakui secara global sebagai orang Rohingya. Burma menolak kami, tapi kami mengidentifikasi diri sebagai Rohingya.”Lebih dari 600.000 pengungsi Rohingya telah masuk ke Bangladesh semenjak 25 Agustus, ketika militer Myanmar mulai melakukan sederetan aksi kekerasan, penyiksaan, dan pemerkosaan yang membuat mereka melarikan diri dari Myanmar. Namun mereka yang berhasil kabur pun harus hidup dalam kondisi penuh kemiskinan dalam kamp pengungsi yang padat.“Tanpa pendaftaran, tanpa pengakuan resmi dalam negara, orang-orang ini tidak memiliki hak apapun,” kata Kitty McKenzie, juru bicara Komisi PBB untuk Pengungsi kepada VICE News. Dia menambahkan bahwa pendaftaran identitas resmi juga akan membuka jalan bagi lembaga-lembaga bantuan untuk mengakses kebutuhan dan menyediakan bantuan yang diperlukan. Identitas yang diakui juga akan sangat berguna apabila pengungsi dipulangkan ke negara asal, sebuah proses yang mungkin akan dimulai dalam dua bulan ke depan.Pemerintah Myanmar secara efektif telah menolak status kewarganegaraan Rohingya semenjak hukum nasionalitas diterapkan pada 1982. Pemerintah Myanmar pernah mencoba merilis “Kartu Verifikasi Nasional” yang tidak mengakui status etnisitas maupun kewarganegaraan bagi kaum minoritas tersebut, dan sudah pasti ditolak oleh kaum Rohingya..
Iklan
Iklan