Kontroversi Kuliner

Pemkot Padang Minta Bisnis Kuliner Dengan Embel-Embel 'Neraka' dan 'Setan' Ganti Nama

Pemerintah setempat takut nama resto ekstrem dapat memengaruhi pandangan wisatawan dan merusak ((keimanan)) generasi muda di Sumatra Barat.
Pemkot Padang Minta Restoran Dengan Embel-Embel 'Neraka' dan 'Setan' Ganti Nama
Ilustrasi OLEH BOBBY SATYA RAMADHAN

Pemerintah Kota (Pemkot) Padang mengamini ungkapan “nama adalah doa” dengan cara yang paling serius. Akhir pekan lalu, Pemkot mengundang para pengelola rumah makan di Kota Padang yang memiliki nama-nama ekstrem dan tidak sesuai norma—menurut Pemkot, tentu saja. Tujuan pertemuan ini tidak lain tidak bukan agar para pemilik tempat kuliner mau mengubah nama restoran mereka menjadi lebih sopan.

"Kami mengimbau pemilik rumah makan tersebut untuk menukar nama dengan merek yang lebih baik, yang sesuai dengan norma dan adat. Kalau [yang] terkait sudah punya nama di kalangan konsumen, tidak perlu ditukar total, tapi bisa juga cukup dipelesetkan sehingga namanya tidak lagi ekstrem," ujar Kepala Dinas Pangan Kota Padang Syahrial saat dikonfirmasi kantor berita Antara.

Iklan

Pemkot sudah mengantongi 21 rumah makan yang namanya dianggap menyimpang dari norma dan adat. Beberapa di antaranya adalah Rumah Makan Minarko, Ikan Asin Pedas Gila, Mie Padeh Gilo, Mie Cadas Ekstrim, Mie Setrum, Ayam Ramuak, Ayam Jingkrak, Ayam Neraka, Mie Setan, Mie Pedas Gila, Kafe Ayam Geprek Neraka, Mie Padeh Neraka, Ayam Tapakiek, dan Mie Judes Neraka.

Dengan jumlah penduduk muslim mencapai 97 persen populasi, bisa dipahami mengapa nama-nama berlabel “neraka” dan “setan” dianggap tidak baik sebagai brand. Tapi, di mana letak salahnya Mie Setrum dan Ayam Jingkrak?

Norma apa yang masyarakat langgar dari aktivitas kesetrum dan jejingkrakan? Lagian, bukannya pokok masalah kebijakan ini nggak akan selesai kalau solusinya hanya diplesetkan? Kan, orang-orang bakal tetap tahu nama plesetan itu berasal dari apa.

Syahrial mengatakan imbauan untuk mengubah nama ini penting karena Padang merupakan kota daerah tujuan wisata halal. Menurutnya, Pemkot hanya melakukan tindakan pencegahan karena nama rumah makan yang kurang elok bisa memengaruhi pandangan wisatawan yang berkunjung. Jangan kaget dulu mendengarnya, alasan Satpol PP malah lebih gokil lagi. Menurut Kepala Satpol PP Kota Padang Al Amin, penggunaan kata “neraka” dalam suatu merek makanan bisa mempengaruhi keimanan generasi muda.

"Kita khawatir kalau mereka (para generasi muda) sudah biasa dengan kata-kata neraka dan sebagainya itu," ujar Al Amin kepada Detik. "Nantinya mereka menganggap neraka itu biasa saja, atau mereka hanya bandingkan neraka dengan tingkat pedas suatu makanan. Padahal seperti kita tahu, neraka adalah tempat yang paling ditakuti oleh umat Islam."

Benar tidaknya nama-nama ekstrem bisa merusak iman generasi muda tentu dapat diperdebatkan. Yang sudah tidak bisa didebat lagi, nyatanya penggunaan nama ekstrem terbukti memberi berkah kepada pemilik warung Mie Api Narako (Mie Api Neraka), Aulia.

"Ide [bikin usaha] ini muncul karena ingin usaha yang praktis. Kita berpikiran bikin mi pedas yang terjangkau. Nama ‘Narako’ kita ambil agar kita dapat viralnya. Alhamdulillah banyak yang tertarik," kata Aulia, dilansir Detik. Dalam sehari, Aulia mengaku mampu menghabiskan 100 dus mi dengan omset Rp45 juta per pekan.

Dari penelusuran yang kami lakukan, Mie Api Narako sudah mengubah namanya menjadi Minarko sejak Oktober 2018. Belum diketahui apakah ada peran Pemkot di balik perubahan nama ini, hanya saja nama makanan dalam daftar menu masih belum berubah: Mie Jahanam seharga Rp9 ribu, Jahanam+ Rp10 ribu, Jahanam++ Rp11 ribu, dan Lava Rp11 ribu.