FYI.

This story is over 5 years old.

Transformasi Tubuh

Dulu Aku Ditertawakan Saat Mengaku Bercita-Cita Jadi Model

Sekarang orang yang menertawakan Bobby semasa SMA sering bertanya apa rahasianya dia bisa bugar dan menurunkan berat badan tanpa obat.
Foto oleh Ken Snow

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Bobby Wilhelmson adalah anak teater ketika duduk di bangku SMA. Dia berbakat dalam dunia seni peran. Seperti kebanyakan remaja seusianya dulu, Bobby bermimpi suatu hari nanti bisa menjadi aktor atau model profesional. Sekarang dia berumur 26, ini adalah perjalanan yang cukup panjang sejak dia lulus SMA. Karirnya di bidang modelling mungkin masih seumur jagung, namun, bagi mereka yang mengenalnya semasa muda dulu, pasti tak ada yang percaya Bobby bisa menjadi seperti sekarang. Lantas, apa saja pelajaran yang bisa kita petik dari hidupnya? Semuanya mungkin. Tapi mari kita dengar kesaksian Bobby langsung mengenai pengalamannya menyehatkan tubuh tanpa curang sama sekali.

Iklan

Orang yang sukses mentransformasi diri biasanya mengalami momen titik balik. Apa momen penting yang kayak gitu buatmu?
Ada momen penting yang terjadi di liburan Natal 2012. Sebelum itu saya tidak pernah menyadari seperti sesungguhnya tubuh saya. Seorang teman keluarga mampir, dan karena mulutnya emang gak direm, dia nyerocos, "Wah, Bobby, elo gede banget sekarang! Hampir sama kayak gue ya." Terus dia nyubit perut gue. Wah gila sih. Itu momen gue mulai sadar.

Reaksimu gimana?
Saya sebetulnya ingin melakukan apa yang kebanyakan orang akan lakukan dalam situasi tersebut dan mengatakan, "Rese lo." Tapi saya akhirnya hanya mengucapkan dalam hati. Tapi jujur, saya langsung mawas diri dan berpikir wah gue kok jadi gini ya? Hari itulah saya mulai berubah.

Kamu ingin menjadi model tapi dulu badanmu besar. Gimana caranya kamu berdamai sama kenyataan ini?
Ya pas saya muda, itu cuman mimpi. Sepanjang SMA, saya suka berakting dan saya pernah mengatakan ingin mencoba menjadi seorang model. Saya ditertawakan orang-orang. Mungkin mereka berpikir saya tidak serius. Saya langsung merasa minder parah. Ketika mimpimu ditertawakan, rasanya kacau banget. Ya udah, saya berhenti berbagi soal mimpi saya semenjak itu. Saya simpan semua buat diri sendiri. Saya mengambil foto diri sendiri, dan bukan orang lain. Saya sendiri yang akan menilai penampilan selama di panggung.


Baca juga artikel kesehatan yang tak mungkin kalian dapatkan, kecuali di VICE Indonesia:

Iklan

Oke, setelah sadar dengan mimpimu, bagaimana kamu memulai karir jadi model?
Saya sedang bersekolah di Colorado, CSU, saat itu demi akting. Saya berbicara dengan kakak perempuan saya yang memang menggeluti dunia fitness dan kesehatan. Ternyata dia berbaik hati dan menyemangati saya, "Hey Bobby, coba deh ikut latian ini." Sebelumnya saya tidak pernah mendengarkan nasihatnya, jadi saya harus belajar mulai dari nol.

Semua dimulai dari makanan. Biasanya saya selalu beli makan di luar, maka perubahan pertama yang saya lakukan adalah masak di rumah. Saya belajar memasak. Dengan cara ini, saya tahu asal muasal makanan yang masuk ke mulut.

Saya banyak melakukan latihan bodyweight karena terlalu malu untuk pergi ke gym. Saya sudah terintimidasi duluan. Jadi saya banyak melakukan push-up, situ-up, hiking. Saya berusaha belajar, semuanya hasil trial and error. Saya gagal berkali-kali dalam beberapa tahun pertama.

Apa masalahnya?
Di enam bulan pertama, terutama, mulai dari liburan Natal hingga bulan Juni, saya belum berkomitmen penuh. Sesimpel itu. Saya hanya berlatih dua hari seminggu. Jadi selama itu berat saya hanya turun 4.5 kilo. Saya patah semangat. Saya juga tengah menyesuaikan diri dengan sekolah, dan hampir memutuskan untuk meninggalkan sekolah. Rasanya seperti sedang tenggelam. Ini masa-masa yang berat.

Di musim gugur tahun itu [2013], saya pindah ke sekolah yang lebih kecil di Illinois. Waktu itu berat saya sekitar 113 kilo. Ketika tiba di sana, saya mendapat kesempatan untuk memulai kembali. Tidak ada yang kenal saya disana. Satu-satunya alasan saya pergi kesana adalah kehadiran seorang guru yang bersedia mengantar saya untuk belajar teater. Jadi saya mulai serius. Di saat inilah saya mulai melihat hasilnya.

Iklan

Apa bedanya latihanmu sama orang lain?
Saya tinggal di asrama lagi, jadi tidak ada alasan untuk makan diluar. Mulai dari Agustus hingga Februari tahun berikutnya, saya turun 36 kilogram. Ini cuman gara-gara makan masakan kantin sekolah doang. Diet saya waktu itu adalah: daging kalkun cincang, tanpa roti, dan salad hijau yang banyak. Empat daging kalkun cincang sehari dan omelet di pagi hari. Setelah beberapa saat, pekerja di kantin sudah hafal dengan pesanan saya.

Saya juga memanfaatkan gym sekolah. Inilah faktor besar dalam perubahan saya. Saking banyaknya lemak dalam tubuh, saya bisa membakar mereka dengan cepat. Saya juga kaget betapa cepatnya berat saya turun. Setelah melihat hasilnya, mudah untuk terus merasa termotivasi. Saya mulai dengan melakukan satu pull-up setiap harinya selama beberapa bulan. Kemudian saya mulai melakukan multiple pull-up. Rasa sakit di lutut juga lama-lama hilang.

Kamu tengah mempelajari dunia teater dan berusaha menurunkan berat badan saat itu. Lalu kapan karir kamu sebagai model dimulai?
Dalam proses tersebut, ketika saya sibuk sekolah dan menurunkan berat badan, saya tetap tidak memberi tahu siapapun tentang mimpi saya. Tolong diingat ketika mulai berat saya sekitar 122 kilogram dan tiba-tiba suatu hari berat saya sudah turun menjadi 68 kilo, terendah sepanjang hidup. Dan saya harus akui, saya mulai hobi berpose di depan cermin gym. Teman saya lalu mengatakan, "Coba aja jadi model. Kayaknya elo cocok deh."

Iklan

Wah ini dia!
Nah betul. Itulah panggilan saya. Seseorang baru memvalidasi mimpi saya yang mungkin bisa menjadi kenyataan. Disaat itulah saya semakin bersemangat. Di angka 68 kilo, saya termasuk kurus. Maka saya mulai mengangkat beban demi membentuk otot. Saya memulai regimen angkat beban dan merubah diet agar memasukkan karbohidrat.

Prosesnya masih panjang lho tapi. Ini masih di 2015 waktu itu.
Gak ada yang gampang. Banyak masa-masa tanpa kemajuan. Untuk bisa terus maju, saya terus membayangkan tubuh impian saya dan terus berusaha. Saya sering membaca internet, melihat upaya orang lain yang juga berolahraga dan berdiet. Jadi ini semacam perubahan pola hidup kedua saya. Saya menyadari bahwa saya bisa makan apa saja selama semuanya imbang.

Mengingat orang-orang yang pernah menertawakanmu juga selalu menjadi dorongan motivasi yang bagus. [tertawa]

Akhirnya gimana mulai jadi model?
Simpel banget sih. Saya melakukan sesi foto dengan seorang fotografer dan dia menyarankan saya mengirim foto ke beberapa agensi model. Saya lakukan itu. Dan kemudian ada yang tertarik dan mengontrak saya sebagai seorang model.

Pertanyaan paling penting nih: Ingin ngomong apa ke mereka-mereka yang menertawakanmu selama ini?
Sempat ada masa-masa, terutama setelah saya turun berat badan, saya mulai memiliki mindset yang lebih sombong. Saya ingin mengacungkan jari tengah ke mereka dan berkata, "Coba liat gue sekarang." Saya sempat memiliki keinginan itu. Tapi saya tetap rendah hati karena dua tahun lalu, ayah saya tiba-tiba meninggal. Dia adalah motivator saya. Dia berolahraga dengan saya ketika saya masih gemuk di SMA. Ketika dia meninggal, semuanya berubah. Dia adalah alasan saya pergi ke gym. Kematiannya merubah mindset saya tentang alasan saya melakukan semua hal. Dia menyadarkan saya akan pentingnya waktu. Dan orang lain.

Jadi sekarang saya menginvestasikan waktu untuk orang lain. Bahkan para haters, orang-orang yang meragukan saya. Mereka-mereka inilah yang mengontak saya di Facebook dan bertanya gimana caranya saya menjadi seperti ini. Jadi ini mengajarkan saya untuk selalu rendah hati di saat keadaan sedang naik, dan tetap lapar ketika keadaan sedang rendah. Mereka-mereka yang meragukan anda, kalau anda berhasil lewati cemoohannya, suatu saat justru akan meminta bantuan anda. Di posisi saya sekarang, saya ingin membantu karena menurut saya anda butuh kekuatan yang besar untuk bisa meminta bantuan seseorang. Untuk menyingkirkan harga diri dan ego. Saya tidak akan maju dengan cara merendahkan orang lain. Jadi biarpun mudah untuk mengacungkan jari tengah, tidak ada hal positif yang akan keluar dari situ.