Setiap hari minggu, ratusan orang—mayoritas laki-laki—berkumpul di pasar mingguan di Geedam Bazaar di Dantewada, Chhattisgarh. Mereka datang bukan untuk berbelanja, melainkan memasang taruhan demi kemenangan ayam jago favorit masing-masing.Sabung ayam resmi dilarang dengan dasar Undang-Undang Perlindungan Binatang yang disahkan sejak 1960. Hukuman makin berat, karena pemerintah India juga menerbitkan beleid anti perjudian pada 1974. Walau berulang kali terjadi penggerebekan polisi, popularitas kegiatan ini tidak berkurang. Haat atau pasar mingguan di Bastar tidak lengkap tanpa olahraga berdarah sabung ayam. Meski dikecam banyak aktivis hak-hak binatang, sabung ayam dianggap sebagai aspek khas dari identitas budaya suku Bastar.
Iklan
Ring darurat itu dikelilingi oleh kerumunan besar yang berdiri berderet-deret, sementara dua ayam jago dengan pisau tajam dua inci di kaki mereka saling terjerumus. Orang banyak menempatkan taruhan mereka dengan cepat karena perkelahian tidak berlangsung lebih lama dari lima hingga 10 menit. Ada jeda 15 menit antara putaran, memungkinkan waktu pemenang untuk mengumpulkan kemenangannya dan ayam jantan yang masih hidup. Sebanyak 40 sampai 50 serangan dapat terjadi dari siang hingga senja. Saat perkelahian berkecamuk, penduduk setempat dan penonton menyerap mahua dan selphi (minuman keras yang diseduh secara lokal).Olahraga ini tidak hanya mematik bagi ayam yang diadu; manusia pun dapat jadi korban. Pada 2014, seorang lelaki yang diduga intel polisi ditikam anggota kelompok bersenjata Maois saat menghadiri arena sabung ayam.Foto-foto ini diambil di Geedam Bazaar, pada 2016.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India.