FYI.

This story is over 5 years old.

Sisi Gelap Musisi

Flea Tulis Surat Terbuka, Berbagi Pengalaman Pahit Kecanduan Obat Penenang

Basis RHCP ini menceritakan masa lalu kelam ketika terjerat narkoba, termasuk obat resmi dokter. Penyebab dia akhirnya sembuh juga ada dalam surat yang diterbitkan Majalah TIME itu.
KC
Queens, US

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Bassis Red Hot Chilli Peppers, Flea, blak-blakan bercerita tentang pengalamannya kecanduan obat-obatan, dalam sebuah surat terbuka yang dimuat di majalah TIME. Sebagai bagian dari seri tulisan berjudul "The Opioid Diaries," Flea mengakui zat psikotropika terlarang dan narkoba pernah jadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Pria bernama asli Michael Balzary itu mulai menggunakan zat-zat berbahaya saat berusia belasan. “Aku mulai mengonsumsi ganja pada usia sebelas tahun. Dari situ, aku kemudian menjajal semuanya, dari ngelem, nyuntik, ngeganja, nelen ekstasi hingga pakai heroin sepanjang berusia belasan hingga aku berusia 20 tahunan,” demikian tulis Flea di TIME.

Iklan

Flea lantas menjelaskan dia baru bisa meninggalkan zat-zat berbahaya ini saat menjadi seorang ayah.

Aku menyaksikan tiga teman dekat mati karena obat-obatan sebelum berumur 26 tahun. Aku juga pernah hampir tewas akibat obat-obatan. Keinginan kuat menjadi seorang ayahlah yang akhirnya bisa menyadarkanku pentingnya menjaga diri. Akhir pada 1993, umurku waktu itu 30 tahun, aku sadar narkoba dan obat-obatan terlarang sangat merusak dan merenggut daya hidup saya. Aku insyaf dari segala macam narkoba dan obat-obatan saat itu juga.

Yang mengejutkan, Flea menyebut sebagian sumber obat-obatan yang dia konsumsi tak selalu para pengedar di jalanan. Dalam surat terbuka tadi, Flea menceritakan dirinya pernah berjuang melawan adiksi akan OxyContin setelah lengannya patah dalam kecelakaan snowboarding. Padahal OxyContin adalah obat penenang legal yang sering diresepkan dokter.

“Dulu waku aku kecil dokter memberi permen butterscotch setelah memeriksa pasien, sekarang mereka enteng sekali memberi resep (obat-obatan).”

Tak ayal, Flea menyempatkan memberi saran agar industri farmasi ikut serta dalam usaha memerangi penyalahgunaan obat-obatan. Di berbagai negara, opioid—alias obat penenang—sedang menjadi masalah sosial besar. Banyak orang, awalnya karena depresi atau sakit parah, menenggak obat penenang atau pereda nyeri. Rupanya resep dokter tadi memicu kecanduan parah. Beberapa penelitian sudah mengungkap betapa sebagian merek pereda nyeri punya kandungan lebih berbahaya dibanding opium.

“Jelas sekali kalau peresepan opium harusnya dibarengi dengan tindakan susulan, pengawasan, serta solusi yang jelas dan akses rehabilitasi jika ada yang kecanduan obat penenang.”

Kalian bisa membaca surat terbuka Flea di sini.

Kristin Corry adalah staf redaksi Noisey. Follow dia di Twitter, jangan ragu ajak ngobrol soal musik.