Cuaca Ekstrem

Ada Kawasan di Pulau Jawa Jadi Nyaris Bersalju Menjelang Puncak Kemarau

Saking dinginnya cuaca belakangan, sampai minus 9 derajat, muncul embun beku di dataran tinggi Dieng atau Semeru. Anomali di negara tropis ini mengundang wisatawan, tapi bikin pusing petani.
Muncul embun beku di dataran tinggi Dieng atau Semeru pada musim kemarau 2019
Pemandangan embun beku mirip salju di pelataran Candi Dieng, di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Foto via Shutterstock.

Sepekan terakhir suhu dingin ekstrem tercatat muncul saban malam hingga subuh di Jawa, Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Sumatra. Saking dinginnya, kulkas-kulkas bisa minder. Hawa dingin ekstrem memicu munculnya embun di dataran tinggi Dieng, yang diapit Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Beku serupa terjadi di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, dan Semeru. Gimana tak beku, Senin (24/6) pagi saja suhu di Dieng tembus minus 9 derajat Celsius. Ceritanya ini Banjarnegara rasa Winterfell.

Iklan

Minus 9 derajat menjadi rekor dingin yang paling dingin di Dieng dalam beberapa tahun terakhir. “Kalau tahun-tahun sebelumnya katanya suhu terendah minus 8 derajat Celsius," ujar Aryadi Darwanto selaku Kepala Unit Pengelola Teknis Pengelolaan Obyek Wisata Banjarnegara kepada Kompas.com. Fenomena embun es atau frost di Dieng sudah terjadi tiga hari berturut-turut sejak Sabtu pekan lalu.

Fenomena embun es ini, kata Aryadi, akan terus muncul hingga September atau malah sampai Oktober, dengan prediksi puncaknya terasa pada Agustus 2019. Jadi, siap-siap aja nih. Minus 9 derajat itu belum puncaknya.

Buat pengusaha pariwisata di Dieng, kemunculan embun es dianggap berkah. Beberapa hari terakhir jumlah wisatawan yang penasaran pengin nonton embun es membludak.

Berhubung embun es munculnya pagi hari, usaha penginapan yang ketiban rejeki. "Hari Minggu kemarin kunjungan sekitar 9.500 orang," kata Aryadi, dilansir Liputan6.com.

Ketika sektor pariwisata bersuka ria, petani dirundung nestapa. Nyaris seluruh jenis tanaman hortikultura terancam mati karena terdampak embun es, terutama kentang. Ada sekitar 30-50 hektare kebun kentang di seputaran lokasi embun beku yang menutupi kawasan Dieng.

"[Kentang beku] begitu terkena sinar matahari, langsung layu," kata Muflihin, petani kentang, kepada Detik.com saat melihat tanamannya. Terbayang kekhawatiran akan embun es yang lebih tebal dan makin mengancam di puncak musim kemarau nanti.

Iklan
1561450428387-Screen-Shot-2019-06-25-at-151327

Pantauan di sejumlah kota, suhu malam hari turun 5-8 derajat dari situasi biasanya. Misalnya suhu malam hari Yogyakarta yang biasanya 24 derajat Celcius, kini menjadi 16-19 derajat. Angka mirip-mirip terjadi di Malang dan Kabupaten Bandung. Sementara pada kawasan Penanjakan, spot buat nonton matahari terbit di atas Gunung Bromo, malam hari suhunya mencapai 0 derajat atau enam derajat lebih dingin dari suhu kulkas.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjelaskan, cuaca dingin sejak bulan ini merupakan efek dari kedatangan angin monsun Australia yang dingin dan kering. Karena bersamaan dengan musim kemarau yang tanpa awan, wilayah khatulistiwa tak terlindungi dari angin dingin ini. Efeknya malam dingin ekstrem, sementara siang panas banget.

Cuaca dingin ekstrem membuat aktivitas mendaki tidak disarankan untuk sementara waktu. Di Gunung Lawu, Jawa Tengah, seorang pendaki dilaporkan pingsan karena kedinginan. Suhu di sana dilaporkan mendekati minus 3 derajat Celsius. Sialnya, suhu rendah Gunung Lawu tidak bisa diatasi dengan membuat perapian karena dilarang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan. BPBD mengimbau pendaki untuk tidak menghangatkan diri dengan perapian selama pendakian, karena kemarau bikin kebakaran hutan lebih mudah terjadi.

Cuaca ekstrem musim kemarau tidak hanya berkaitan dengan yang dingin-dingin saja. Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, saat ini tengah berperang melawan kekeringan di 10 kecamatannya lewat distribusi air bersih BPBD dan pos anggaran dana darurat.

Bergeser ke Jawa Timur, provinsi ini juga sedang menghadapi perangnya sendiri. Di sana, 556 desanya mengalami potensi kekeringan, di mana 199 di antaranya berpotensi tidak ada air sama sekali. Keadaan ini diperparah karena diperkirakan Jawa Timur akan menghadapi 60 hari tanpa hujan.

BMKG menyarankan masyarakat tak khawatir dengan iklim saat ini karena dianggap rutinitas saban masuk musim kemarau. Sejauh ini sih otoritas terkait belum mengaitkan cuaca ekstrem dengan global warming. Malah, kata Aminudin Al Roniri selaku Kepala BMKG Stasiun Karangploso Malang, suhu dingin tak biasa untuk negara tropis itu sebetulnya wajar belaka. "Tahun ini bisa sampai 15 (derajat), luar biasa, kan? Boleh dikatakan iklim di Karangploso sudah mulai kembali ke 20 tahun yang lalu. Mengarah pada hal yang positif," katanya, dikutip dari Kompas.com.