Mahasiswa Tewas Tertembak

Mahasiswa di Kendari Tewas Ditembak Saat Demo Tolak RUU Kontroversial

Peluru menembus dada sebelah kanan mendiang Immawan Randi. Politikus DPR menuntut aparat serius mengusut kasus ini. Sementara Pemuda Muhammadiyah menuding polisi bertanggungjawab.
Imawwan Randi Mahasiswa di Kendari Tewas Ditembak Saat Demo Tolak RUU Kontroversial
Foto hanya ilustrasi, diambil saat aksi mahasiswa depan Gedung DPR RI pada 24 September 2019 oleh Elisabeth Glory Victory/VICE.

Seorang mahasiswa gugur dalam rangkaian aksi protes lintas konta menentang berbagai rancangan undang-undang kontroversial yang berlangsung sejak awal pekan ini. Immawan Randi, mahasiswa Perikanan Universitas Halu Oleo berusia 21 tahun, tewas tertembak saat mengikuti unjuk rasa di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Kamis (26/9) siang waktu setempat. Randi adalah kader organisasi mahasiswa Islam, terlibat dalam aksi bersama ribuan mahasiswa lain mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara.

Iklan

Penembakan terjadi ketika Randi sedang berdiri di perempatan Jalan Made Sabara, sekitar 200 meter dari Gedung DPRD. Berdasarkan laporan CNN Indonesia, Randi sedang bersama kawan-kawannya, lantas mendadak dia roboh tak sadarkan diri. Atas inisiatif kawan-kawannya, Randi dibawa ke rumah sakit yang dikelola Komando Resor Militer (Korem) Kota Kendari yang berjarak amat dekat dari lokasi kejadian.

Merujuk laporan Detik, tim dokter berusaha langsung menangani mendiang, melibatkan dokter bedah hingga tim anestesi. "[Randi] Sampai di sini sekitar jam 3 lewat, setelah ashar, lalu dilakukan pertolongan oleh gabungan tim dokter namun tidak tertolong," kata Sersan Mayor Salam SR selaku juru bicara RS Korem.

Dari pantauan petugas RS, terdapat luka bulat di bagian dada kanan. Dugaan kuatnya, itu akibat peluru tajam. Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara membenarkan kabar tewasnya Randi, namun masih belum memastikan apakah penyebabnya benar akibat tembakan. "Akan dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebabnya," kata AKBP Harry Goldenhardt selaku kepala humas Polda Sultra saat dikonfirmasi CNN Indonesia. Keluarga mendiang mendukung dilakukannya otopsi.

Randi adalah sosok kedua yang tewas saat terlibat aksi mahasiswa-pelajar sepekan terakhir. Sebelumnya pelajar SMA bernama Bagus Putra Mahendra asal Tanjung Priuk, meninggal kecelakaan saat hendak berangkat ikut aksi menolak revisi UU KPK dan RUU KUHP di DPR pada 25 September 2019.

Iklan

Sebelum insiden tewasnya Randi, unjuk rasa di Kendari sempat ricuh. Massa mahasiswa berusaha mengepung Gedung DPRD dari empat arah, serta berusaha menembus gerbang. Aparat kepolisian memukul mundur massa dengan gas air mata dan meriam air.

Politikus DPR mendesak polisi serius menyelidiki insiden ini, mengingat dampaknya pada emosi jaringan mahasiswa se-Indonesia amat besar. Anggota Komisi X DPR Putu Supadma Rudana dari Fraksi Demokrat menganggap reputasi kepolisian dipertaruhkan dalam tewasnya Randi. Dia juga meminta Kemenristekdikti ikut mengawal penyelidikan tewasnya mahasiswa Universitas Halu Oleo. "Niat adik-adik mahasiswa ini tulus untuk mengawal reformasi dan menyuarakan aspirasi masyarakat Indonesia," ujarnya.

Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto menuding polisi bertanggung jawab atas tewasnya Randi. Untuk diketahui, Randi semasa hidup pernah mengikuti pendidikan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Lewat keterangan tertulis, Sunanto menilai polisi melanggar prosedur penanganan yang seharusnya mereka taati saat mengamankan demonstrasi.

"Karena itu kami meminta Kapolri memimpin langsung proses investigasi serta menindak secara tegas oknum kepolisian yang bersikap represif," ujar Sunanto.

Selain IMM, Randi juga tercatat mengikuti pelatihan kaderisasi di organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Selain Randi, ada korban lain dalam aksi mahasiswa di Kendari. Yusuf Kardawi, mahasiswa semester tiga Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo saat ini tengah kritis dan dirawat di RS Bahteramas.