Para personel band indie Yo La Tengo
Foto dari arsip band

FYI.

This story is over 5 years old.

Band Legendaris

Tak Ada Kata Terlambat Untuk Mendengarkan Musiknya Yo La Tengo

Band ini punya diskografi yang hebat. Musik mereka bisa dinikmati oleh semua kalangan dan umur. Jadi, sempatkanlah mendengar musik mereka, seperti yang dilakukan penulis artikel ini.
Ryan Bassil
London, GB

Aku mau buat pengakuan memalukan. Sebagai jurnalis musik, aku tidak tahu banyak soal Yo La Tengo sebelum datang ke salah satu konsernya di London, awal Februari 2019. Mengetahui band indie rock yang menarik sama pentingnya seperti mempelajari jenis-jenis tumbuhan yang ada di dunia bagi jurnalis musik. Intinya, banyak yang perlu aku pelajari dari band Amerika ini. Yo La Tengo telah merilis 15 album sejak dibentuk pada 1984. Mereka juga menelurkan karya musik lainnya, seperti soundtrack film, EP, sampai cover album. Semua itu, setelah kupelajari, wajib dimiliki bagi para kolektor musik di luar sana.

Iklan

Aku mendatangi konser mereka di EartH, London, sebagai newbie, bukan sebagai jurnalis musik profesional. Tak seperti para bapak-bapak dan pasangan kekasih di arena konser yang kelihatan sudah paham seluk-beluk band ini, aku cuma tahu satu albumnya Painful yang dirilis 1993, dan suka mendengarkan lagu “Nowhere Near”. Aku juga sering mendengar “ Well You Better” saat dirilis pada 2013. Intinya, aku enggak tahu apa-apa soal Yo La Tengo.

Bermodal pengetahuan super minim, aku nekat nonton konsernya. Musik mereka awalnya sangat rock n roll, bertransformasi menjadi dream-pop dengan sedikit sentuhan funky seiring waktu. Bisa dibilang, setelah datang ke konser itu, aku menyadari ini band yang sanggup terus berevolusi dari masa ke masa.

Tentu saja konser Yo La Tengo enggak cuma soal pengalaman pribadiku, atau fakta kalau aku sudah berpuluh-puluh kali memutar "Nowhere Near" sebelum menulis artikel ini. Konser ini tentang mereka dan para penggemar setia, yang berkembang bersama Yo La Tengo selama beberapa dekade. Semua ini tentang momen-momen penuh lick gitar manis dan musik penuh arti yang bergema ke seluruh ruangan. Momen-momen yang membangkitkan emosi dan tak dapat diungkapkan kata-kata.

Setelah keluar dari kamar kecil di lantai dua area konser yang bau ganja (wajar banget sih, soalnya musik band ini cocok banget didengarkan sambil ngelinting), aku melongok ke bawah dan menyaksikan ratusan penggemar tengah menikmati konser. Setiap orang punya caranya sendiri untuk bersenang-senang. Berbeda dari konser rock lain yang penontonnya terkumpul di satu tempat, kalian bisa membedakan tipe-tipe penggemar yang ada di pertunjukan musik ini.

Iklan

Dekat baris depan, ada dua sejoli yang sibuk sendiri. Mereka berdansa (sambil ciuman). Di sebelah pasangan itu—berhubung venuenya memiliki area berdiri dan duduk— ada penonton yang kelihatannya ga mabuk sama sekali dan sangat menikmati konsernya dari tempat duduk. Para penonton yang kelihata teler ada juga di barisan itu. Semuanya ngumpul jadi satu, kecuali penggemar uzur dan yang masih di bawah umur.

Oke, aku sedang membahas Yo La Tengo dan fansnya yang menarik, tapi artikel ini tetap saja ditulis berdasarkan pengalaman pribadiku. Aku penasaran bagaimana Yo La Tengo bisa bertahan selama ini. Apa yang membuat orang-orang terus kembali mendengarkan musik indie rock yang mereka tawarkan?

Jawaban sederhananya tentu karena mereka menghasilkan musik bagus yang terdengar seperti gabungan sound band-band keren lainnya. Musik Yo La Tengo bahkan mempengaruhi band indie lain, karena eksistensi dan konsistensi mereka selama ini. Uniknya, Yo La Tengo juga dipengaruhi sama band yang menjadikan mereka sebagai patron di kancah indie dunia.

Mengarungi diskografi band seperti Yo La Tengo (arti nama band ini secara harfiah adalah “Aku memilikinya” dalam bahasa Spanyol) sangat menakjubkan sekaligus menakutkan. Rasanya seperti membaca ensiklopedia. Namun, itulah yang membuat mereka jadi band penting. Mereka adalah band pilihan kritikus musik. Band yang akan kalian perkenalkan ke anak-cucu kalau hidup kalian panjang.

Iklan

Dua konsernya di London tidak menampilkan band pembuka. Mereka tanpa tedeng aling-aling langsung memainkan set yang lebih kalem, sebelum akhirnya lanjut ke musik yang keras. Aku pulang sebelum konsernya selesai, karena aku merasa sudah mendengarkan semua yang aku tahu. Yo La Tengo punya banyak karya dari berbagai genre, tetapi tetap mempertahankan akar musik rocknya.

Penggemar musik kawakan yang membaca artikel ini mungkin akan berpikir, “plis deh. Yo La Tengo kan band legendaris. Ngapain masih diperkenalkan ke pembaca?"

Eits jangan salah. Aku sendiri masih muda, dan banyak pilihan band lainnya di luar sana. Aku punya teori kalau Yo La Tengo adalah band yang bisa menjadi "pembuka jalan." Kira-kira kayak The Strokes, Blink-182 atau band lainnya yang kalian suka semasa remaja, dan membuat kalian jadi lebih terbuka dengan genre musik lain setelah dewasa.

Ada juga band-band besar seperti Radiohead, atau band apa pun yang albumnya dirilis Creation Records sepanjang dekade 80-an. Atau band-band aneh lain yang temanmu suka. Yo La Tengo melampaui mereka semua. Yo La Tengo punya cara dan gayanya sendiri.

Beberapa hari setelah berulang tahun ke-27, aku merasa harus mulai lebih serius mendengarkan musik mereka. Kalau kalian sama sepertiku, baru tahu apa itu Yo La Tengo, aku saranin kalian dengarkan karya band ini sekarang juga.


Jangan lupa follow Ryan di Twitter dan ajak dia diskusi soal band-band keren

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey