Satu keluarga berpose membelakangi tiga unta
F: Ahmed Zaher
Budaya

Merekam Keriuhan Lomba Bersejarah Balap Unta Mesir

Lomba balap Wadi Zalaqa di Mesir mempersatukan suku nomaden di sepanjang Semenanjung Sinai.

Saya beruntung bisa nonton lomba balap unta Wadi Zalaqa pada Januari lalu. Diselenggarakan setahun sekali di gurun Sinai, Mesir, nama pacuan unta ini terinspirasi oleh lembah Zalaqa di selatan Semenanjung Sinai. Wadi Zalaqa merupakan lomba balap unta tertua di dunia. Unta-unta harus menempuh jarak 28 kilometer dengan kecepatan tinggi untuk keluar sebagai juara.

Iklan

Balap unta dipopulerkan di Timur Tengah setidaknya sejak abad ketujuh. Lomba Lomba tersebut dirayakan dengan meriah di Uni Emirat Arab (UEA) dan negara-negara Teluk lainnya. Unta telah didomestikasi oleh manusia selama lebih dari 3.500 tahun. Suku Badui mengembara ke seluruh Jazirah Arab dengan menunggang hewan berpunuk.

Jarak perlombaan pada umumnya hanya sekitar 1,5 - 8 kilometer, dengan kecepatan unta mencapai 65 kilometer per jam. Berbeda dari balapan modern, Wadi Zalaqa berlangsung lebih lama dan berfokus pada ketahanan. Lomba ini diikuti oleh dua suku Badui terbesar di Sinai — Tarabin dari utara dan Mazina dari selatan. Acaranya menjadi ajang perayaan tradisi suku Badui dan semakin mendekatkan para anggota suku Sinai.

Dua lelaki Badui memakai serban.

Dua lelaki Badui memakai serban.

Tapi seperti bagian utara yang penuh konflik dan kekerasan Jihadis, Sinai selatan begitu damai sehingga wisatawan berbondong-bondong menyaksikan langsung balap unta.

Iklan

Setiap tahun, anggota suku akan memilih 30 anak laki-laki berbadan kurus untuk berkompetisi sejak pagi-pagi sekali. Penonton riuh rendah menyemangati dari mobil. Sebelum tampil dalam balapan, unta menjalani pelatihan dan diet yang ketat agar lolos nominasi. Pemenang akan membawa pulang hadiah mobil 4x4 dan sejumlah uang tunai.

Tiga lelaki Badui duduk di atas mobil.

Tiga lelaki Badui duduk di atas mobil.

Selama puluhan tahun, anak-anak dari Pakistan, India dan sejumlah wilayah di Afrika dijual ke Timur Tengah untuk menjadi joki unta. Pada 2005, Uni Emirat Arab melarang joki anak dan menggantinya dengan robot. Namun, LSM Anti-Perbudakan Internasional masih menemukan kasus penyelundupan anak di sekitar wilayah Teluk Persia. Sementara di Wadi Zalaqa, para jokinya adalah anak-anak anggota suku itu sendiri. Orang tua dan sesepuh mengajarkan mereka berpacu unta sejak kecil.

Suku Tarabin berhasil mengalahkan juara bertahan suku Mazina pada balapan kali ini. Mereka merayakan kemenangan dengan melepaskan tembakan ke udara dan kemudian bergabung dengan para joki lainnya — bintang utama kompetisi ini.

Simak foto-foto lainnya di bawah ini.

Iklan
Lomba balap unta.

Lomba balap unta.

Unta berlari di gurun pasir, deretan mobil mengangkut penonton di belakangnya
Joki memecut unta.

Joki memecut unta.

Bapak-bapak dan anak lelaki Badui duduk di mobil pikap.

Bapak-bapak dan anak lelaki Badui duduk di mobil pikap.

Lelaki Badui melepaskan tembakan ke udara dari atas mobil.

Lelaki Badui melepaskan tembakan untuk merayakan kemenangan.

Anak kecil mengangkat piala

Pemenang lomba balap.

Bocah Badui mengenakan pakaian tradisional.

Bocah Badui mengenakan pakaian tradisional.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Arabia.