Instagram

Membongkar Tren Viral ‘Plant A Tree’ di Instagram. Modus Penipuan Baru?

Ini bukan kali pertama Plant A Tree Co berjanji menanam pohon untuk setiap postingan yang dibagikan ke Instagram.
Plant A Tree Co
Akun Instagram Plant A Tree Co dan kalung yang sempat dijual di situs resmi perusahaan. Foto: @plantatreeco dan plantatreeco.com

Kalian pasti sudah sering melihat stiker “Add Yours” di InstaStory teman-teman. Beberapa di antaranya yang sempat beken dan bikin geger adalah pamer foto KTP, nama panggilan dan tanda tangan. Lalu ada juga stiker viral yang mengajak pengguna Instagram “berbagi foto anak bulu untuk menanam pohon”. Kedengarannya mulia, tapi apa benar dilaksanakan?

Setelah seharian penuh mengulik tren satu ini, saya mengungkap modus penipuan berkedok kegiatan amal. Orang dibujuk membeli kalung mahal sampai mengunduh aplikasi “sewa lahan parkir” dengan dalih tanam pohon. Dalang di balik semua ini adalah Zack Saadioui, lulusan teknologi komputer berusia 23 di Florida.

Iklan

Plant A Tree Co mengaku kewalahan begitu stiker ciptaan mereka dibagikan lebih dari empat juta kali di Instagram. Usut punya usut, perusahaan tersebut dirintis Saadioui pada 2019. Pada akun Instagram, mereka mengekspresikan ketidaksanggupannya menepati janji: menanam jutaan pohon. Namun, mereka telah membuka penggalangan dana untuk menanam pohon sebanyak mungkin. Sejauh ini, dana telah terkumpul sebesar Rp502 juta.

“Kami cuma ingin mencoba stiker Instagram baru dengan cara yang seru dan bermanfaat bagi lingkungan. Jadi kami membuat postingannya tanpa benar-benar memahami cara kerja ‘Add Yours’,” Saadioui memberi tahu VICE.

Namun, Exposing Instagram Scams, akun yang menyelidiki aktivitas mencurigakan di platform, menuduh Plant A Tree Co kerap memanfaatkan Instagram untuk melaksanakan penggalangan dana yang diragukan kebenarannya. “Yang jelas, satu-satunya tujuan Plant A Tree Co yaitu mengambil keuntungan dari situs dropship mereka,” demikian bunyi postingan yang diunggah pada awal November. Saadioui menyangkal tuduhan itu. 

Di Instagram, perusahaan berperan sebagai penggerak aksi kemanusiaan dan pelestarian lingkungan. Para pengikutnya diajak menyisihkan sebagian rezeki setiap ada postingan tertentu yang beredar di media sosial. Mereka juga diminta menyebarkannya ke InstaStory, menyukai dan mengomentari postingan, serta mengikuti akun Plant A Tree Co. Kegiatan amalnya bervariasi, dari kebakaran hutan Australia, konservasi gajah hingga bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.

Iklan

Berdasarkan keterangan di situs resminya, Plant A Tree Co telah menanam 6.500 pohon dan berencana menanam sejuta pohon pada akhir 2021. Akan tetapi, laman arsip situs tersebut menunjukkan angkanya pertama kali diterbitkan pada 2020. Jumlah pohon yang ditanam tak kunjung bertambah.

Bagaimana caranya menanam pohon melalui Plant A Tree Co? Di sinilah, segalanya menjadi membingungkan. “Kami menjual kalung untuk mencapai target menanam satu juta pohon,” demikian yang tertulis di situs mereka pada saat artikel ini ditulis. “Untuk setiap kalung yang terjual, kami akan menanam satu pohon.” Ketika VICE pertama kali menghubungi Saadioui, kalungnya dijual seharga $29,95 (setara Rp430 ribu), tapi akhirnya digratiskan. Kalian cukup membayar ongkos kirim sebesar $8,95 (Rp128 ribu) untuk menanam pohon.

Namun, tampaknya ini tak lebih dari sekadar taktik jualan dropship. Sebagaimana dijelaskan Saadioui dalam videonya di YouTube, “Dropship adalah sistem menjual produk yang tidak kalian miliki. Ketika ada yang membeli barang darimu, kalian akan memesannya dari tempat lain dengan harga lebih murah dan mengirimnya langsung ke alamat pembeli.”

Kalung liontin yang dijual Plant A Tree Co terlihat sangat identik dengan yang diiklankan di Alibaba. Di situs e-commerce, kalungnya dijual grosir dengan harga eceran $0,52 atau setara tujuh ribu perak. Pada 2019, Saadioui melakukan hal serupa di Indiegogo. Setiap orang yang menyumbang $10 (Rp143 ribu) akan mendapat gelang yang juga berfungsi sebagai sedotan minum dan menanam pohon. Di Alibaba, harga gelang sedotan mirip Plant A Tree Co berkisar antara $0,15-$2,20 (Rp2,2 ribu hingga Rp32 ribu).

Iklan

Perusahaan mengklaim penggalangan dananya dilakukan untuk Trees For The Future. Namun, organisasi nirlaba tersebut mengungkapkan biaya penanaman satu pohon menghabiskan kira-kira 25 sen alias tiga ribu perak saja — itu pun sudah termasuk ongkos pelatihan, membeli benih dan menggaji tenaga kerja. Bayangkan berapa banyak pohon yang bisa kalian tanam jika donasinya sesuai yang ditentukan Plant A Tree Co.

“Trees for the Future tidak berafiliasi dengan Plant A Tree Co,” juru bicara organisasi menegaskan kepada VICE. “Begitu kami mengetahui keberadaan penggalangan dana itu, kami segera menghubungi organisasi untuk meminta klarifikasi mereka terkait penggalangan dananya. Kami telah melaporkan postingannya ke Instagram.”

Setidaknya beberapa kegiatan penanaman pohon yang diklaim dilakukan perusahaan tidak pernah terjadi. Dalam Insta Story tahun 2019 yang merinci pohon-pohon yang seharusnya ditanam di seluruh dunia, mereka memposting foto orang menanam 150 pohon di Toronto. Hasil pencarian membawa saya ke artikel tentang latihan menanam pohon yang diinisiasi perusahaan wiski Kanada pada 2017.

Saat VICE meminta tanggapannya, Saadioui mengirim DM Instagram yang berbunyi: “Kami mengadakan penggalangan dana untuk kegiatan amal yang kami peduli, menyumbangkan apa yang telah kami janjikan dan menjual kalung untuk mendanai bisnis kami. Di mana letak penipuannya?”

Iklan

Dia lalu menunjukkan profil Plant A Tree Co pada Eden Reforestation Projects, yang menyebutkan perusahaan telah menanam 6.500 pohon. Melalui VICE, juru bicara organisasi menanggapi: “Kami telah memeriksa catatan dan menemukan Plant A Tree Co baru memberikan sumbangan yang tidak diminta dan menciptakan profil pendonor di situs kami. Kebijakan privasi tidak mengizinkan kami untuk membagikan informasi tanpa persetujuan pendonor.” Menurut versi profil yang diindeks di Google, laman itu baru diterbitkan pada Rabu malam

Postingan-postingan pada akun Instagram Plant A Tree Co menghasilkan engagement yang luar biasa tinggi. Dalam video YouTube yang sekarang telah dihapus, Saadioui membahas pentingnya menggunakan media sosial untuk menarik pelanggan ke toko. “Guna menemukan ceruk yang ideal untuk bisnis e-niaga, kalian harus mencari ceruk yang luas dengan komunitas interaktif [...] Mereka sangat interaktif dan sering terlibat di media sosial.”

Di video lain, dia memuja-muja Buzzsumo, platform yang membantu pemasar melacak tren online. “Platformnya membantu kalian menemukan produk atau topik paling viral di media sosial saat ini.”

Di masa lalu, Plant A Tree Co telah mengarahkan pengikutnya ke bisnis Saadioui lainnya, Parkr. Ini aplikasi sewa tempat parkir, tapi anehnya meminta pengguna memasukkan empat digit terakhir dari nomor jaminan sosial saat membuat akun.

Iklan

Dengan iming-iming mendonasikan satu sen untuk setiap share, like, comment dan follow, Plant A Tree Co sebenarnya telah mencapai kesepakatan yang sangat bagus. Tapi kenapa mereka perlu menarik semua pengikutnya? “Setiap repost meningkatkan jumlah orang yang melihat profil kami,” tulis Plant A Tree Co di Instagram. “Semakin banyak view yang kami terima, semakin banyak kalung yang kami jual. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kalung sepenuhnya disumbangkan untuk kegiatan amal.”

Kepada VICE, Saadioui bersikukuh “100 persen” keuntungan telah disumbangkan, tapi dia tidak menyediakan rincian keuangannya. Seandainya hanya satu persen dari jutaan pengikut Plant A Tree Co membeli perhiasan itu, perusahaan akan menerima 10.000 pesanan. Seperti yang dibeberkan Saadioui di salah satu video YouTube-nya, dia menghasilkan pendapatan pasif $5.300 (Rp76 juta) sebulan dari bisnis semacam dropship. “Ini pada dasarnya arbitrase ritel, tetapi sangat terukur jika kalian memahami apa yang kalian lakukan.”

“Tanpa pemasaran yang tepat, kalian takkan pernah bisa sukses dalam bisnis ini,” imbuhnya.

Tentu saja, Instagram penjahat sesungguhnya. Artikel ini hanyalah gambaran kecil bagaimana keserakahan bertabrakan dengan aktivisme tingkat permukaan yang dangkal dan penyebaran informasi keliru di platform.

Bagi Saadioui, dia tampaknya sukses melakukan strategi pivot klasik. Ketika artikel ini ditulis, Plant A Tree Co memperbarui keterangan di situsnya. Mereka menekankan uang yang terkumpul disumbangkan ke berbagai kegiatan sosial. Mereka juga sudah tidak berjualan kalung.

@cormac_mccafe