Taliban

Milisi Taliban Tak Boleh Lagi ke Taman Bermain Sambil Bawa Senapan dan Roket

Petinggi Taliban mengumumkan setiap mujahidin harus menghormati aturan taman bermain serta menghormati pengunjung kawasan rekreasi lainnya.
Dipo Faloyin
London, GB
Milisi Taliban Tak Boleh Lagi Pelesir ke Taman Bermain Sambil Bawa Senapan AK-47
Milisi Taliban naik wahana perahu raksasa di Taman Bermain Danau Qargha, Kabul, sambil menenteng senjata. Foto oleh WAKIL KOHSAR/AFP VIA GETTY IMAGES

Foto-foto mujahidin Taliban menenteng senjata api di sebuah taman bermain Afghanistan, termasuk peluncur roket, viral pada September 2021. Ternyata perilaku macam itu tak cuma sekali dua kali terjadi, lama-lama bikin gerah petinggi kelompok militan terebut.

Muncul arahan dari petinggi Taliban, agar anggota muda yang berniat pelesir tidak lagi mengenakan seragam atau membawa senjata api. Mujahidin boleh ke taman bermain, tapi harus berpakaian sipil dan menaati aturan jika ingin masuk wahana di dalamnya.

Iklan

“Mujahidin yang menjadi garda keamanan Emirat Islam Afghanistan tidak boleh lagi membawa senjata, mengenakan seragam, atau membawa kendaraan dinas ke taman bermain,” demikian pernyataan resmi dari juru bicara Taliban di Twitter, pada 2 Februari 2022. “Jika ingin pelesiran, maka ikuti aturan tempat yang anda kunjungi.”

Mayoritas milisi Taliban adalah anak muda dari pelosok dan pegunungan terpencil. Ketika organisasi militan itu berhasil merebut kembali Ibu Kota Kabul pada Agustus tahun lalu, tak sedikit mujahidin muda yang tertarik mendatangi lokasi wisata di sekitaran Kabul. Salah satu lokasi terpopuler bagi para milisi adalah wahana bermain di sekitar Danau Qargha. Di tempat itulah, terlihat sebagian mujahidin naik perahu kora-kora dan perahu bebek, sembari tetap menenteng AK-47.

Taliban tidak menjelaskan lebih lanjut, apakah ada protes dari pengelola taman bermain akibat kebiasaan para mujahidin pelesir sambil bawa senapan dan roket. Meski demikian, Taliban pernah mengumumkan bahwa rezim anyar ini tidak akan mengulang berbagai kebijakan ekstrem berbasis agama, seperti saat mereka berkuasa sepanjang 1996 hingga 2001.

Realitasnya di Afghanistan beberapa bulan setelah Taliban kembali berkuasa, hak perempuan dibatasi, musik kembali dilarang, jurnalis lokal dikekang, dan unjuk rasa damai diberangus pentungan aparat. Tapi setidaknya, mujahidin tidak akan bikin pengunjung wahana bermain takut karena menenteng senjata.